NovelToon NovelToon
Embun Dan Tama

Embun Dan Tama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Dwi Febriana

Menikah?

Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.

"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.

"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"

Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?

Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.

Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlahan Saja

Dalam diam, Embun makan bubur ayam yang sudah Tama beli. Jujur sebenarnya saat ini Embun sama sekali tidak lapar, pusing yang dia rasakan membuat Embun rasanya ingin memilih tidur dibandingkan makan seperti ini. Tapi karena Tama sudah mau repot-repot datang ke rumah dan membelikan semua ini, Embun jadi merasa sungkan untuk menolaknya. Alhasil tidak ada yang bisa Embun lakukan selain menurut.

"Gimana? bubur ayamnya enak enggak Mbun? tadi aku asal beli, soalnya cuma bubur ayam itu yang aku temuin waktu jalan kesini," tanya Tama kepada Embun.

"Ehm, mungkin enak, Bang. Tapi karena sekarang aku lagi enggak enak badan, jadi yang aku rasain cuma hambar," jawab Embun jujur.

Saat ini bubur ayam yang masuk kedalam mulut Embun benar-benar terasa hambar. Dan jujur saja Embun merasa mual saat memakannya. Tapi ya seperti yang sudah Embun katakan tadi, dia merasa sungkan kalau tidak memakannya.

Tama terdiam, tatapannya tertuju pada Embun yang sedang makan dengan kepala tertunduk. Bisa Tama lihat kalau Embun memang seperti terpaksa memakannya.

"Kamu mual?" tanya Tama tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan Tama, Embun langsung mengangkat kepalanya menatap kearah laki-laki yang duduk tepat didepannya. Dan tidak berselang lama, Embun menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Tama.

"Ya sudah, bubur ayam nya dimakan sedikit aja enggak papa. Yang penting setelah ini kamu bisa langsung makan obat. Nanti kita beli makanan lain yang kamu pengen," ujar Tama.

Tama tau betul bagaimana rasanya sakit. Dimana nafsu makan kita biasanya memang akan berkurang tidak seperti biasanya. Jadi Tama tidak mau kalau memaksa Embun untuk banyak makan padahal gadis itu merasa mual dengan makanannya. Daripada dipaksa untuk terus makan dan berakhir muntah, lebih baik secukupnya saja kan?

Embun yang mendengar itu jelas merasa sangat bahagia. Setidaknya dia tidak perlu bersusah payah menghabiskan bubur ayam ini disaat ini memang tidak menginginkannya.

"Makan 2 sendok lagi aja boleh nggak Bang?" tanya Embun kepada Tama.

Embun sudah tidak kuat kalau makan lebih banyak lagi.

Tama menatap bubur ayam dimangkuk yang hanya berkurang seperempat. Meskipun sedikit, tapi itu sudah cukup untuk mengisi perut guna minum obat.

Tama menganggukkan kepala.

"Iya, boleh kok," jawab Tama seraya tersenyum tipis.

Melihat bagaimana Embun benar-benar menurut kepada dirinya membuat Tama merasa sangat bahagia. Tama merasa dirinya dianggap oleh gadis itu. Kalau seperti ini, Tama kan jadi semakin jatuh cinta kepada Embun.

Dan benar, setelah makan 2 sendok lagi, Embun mengakhiri sarapannya. Tama sendiri dengan sigap langsung mengambilkan air putih dan obat yang tadi dia beli di apotek.

"Bang Tama beli obat juga?" tanya Embun saat melihat Tama mengeluarkan beberapa obat dari kantung kresek putih diatas meja.

Tama menganggukkan kepala.

"Iya, takutnya di rumah kamu enggak ada obat. Jadi tadi aku sekalian beli," jawab Tama.

Padahal sebenarnya Embun sendiri memiliki beberapa persediaan obat di rumahnya. Tapi karena Tama membelinya lagi, sekali lagi Embun tentu saja harus berterima kasih kan?

"Makasih Bang, Bang Tama udah repot-repot beliin obat juga," ujar Embun.

Tama tersenyum tipis.

"Enggak repot, Mbun," jawabnya.

Tama sendiri sudah membukakan obat tersebut agar Embun bisa langsung meminumnya dengan mudah. Perhatian kecil seperti ini nyatanya berhasil membuat jantung Embun berdetak menjadi lebih kencang dari sebelumnya.

"Mau tidur lagi?" tanya Tama setelah Embun meminum obatnya.

Lagi-lagi Embun menganggukkan kepala. Mau bilang tidak pun juga tidak mungkin, karena saat ini Embun memang benar-benar ingin membaringkan tubuhnya diatas ranjang lagi. Kepalanya yang masih terasa pusing membuat Embun rasanya ingin terus tidur.

Tama beranjak dari posisi duduknya.

"Ya sudah, ayo," ujar Tama.

Embun mengerutkan dahinya bingung.

"Ayo kemana?" tanyanya.

Wajah bingung Embun yang terlihat lucu membuat Tama tersenyum tipis.

"Tidur," jawab Tama.

Embun tentu saja sangat terkejut mendengar jawaban Tama. Apa maksudnya coba? tidur? mereka tidur bersama gitu? heii, bagaimana mungkin mereka tidur bersama. Mereka bahkan bukan suami istri.

Tama sadar kalau Embun pasti syok mendengar jawabannya. Tama kembali tersenyum, kali ini sebuah senyum smirk mengandung penuh arti. Satu alisnya terangkat seraya menatap Embun.

"Kamu mikir apa sampai denger kata 'tidur' aja kaget banget gitu, Mbun?" ujar Tama.

Dengan cepat Embun langsung menggelengkan kepala.

"Enggak mikir apa-apa kok, Bang," jawab Embun.

Tama tau kalau Embun pasti salah paham dengan kata 'tidur' yang dirinya ucapkan.

"Kamu tidur, aku tunggu disini," jelas Tama.

Karena tidak mungkin Tama meninggalkan Embun dalam kondisi seperti ini. Sementara Embun, tidak merasa tidak enak dan merepotkan laki-laki itu kalau Tama tetap disini.

"Bang Tama enggak ke kantor? bukannya jam segini harusnya Bang Tama di kantor ya? aku enggak papa kok kalau sendirian di rumah. Lagian sekarang kondisi aku juga udah baik-baik aja," ujar Embun.

Embun tidak ingin membuat Tama repot karena dirinya. Lagi pula kalau Embun sakit, itu juga bukan tanggung jawab Tama kan? kenapa juga harus Tama yang repot dengan sakitnya dirinya.

"Kebetulan lagi enggak ada kerjaan. Jadi enggak masalah kalau aku enggak ke kantor," jawab Tama, "udah, soal itu enggak usah dipikirin Mbun. Kamu istirahat aja biar cepet sembuh," tambahnya lagi.

Meskipun begitu, Embun tidak enak kalau meninggalkan Tama sendirian saja disini. Masa iya di rumah sedang ada orang tapi Embun malah meninggalkannya untuk tidur. Ya memang sih saat ini Embun sedang dalam kondisi tidak sehat. Tapi apakah itu pantas dijadikan alasan?

Tiba-tiba Tama beranjak dari posisi duduknya.

"Ayo, aku antar kamu lagi ke kamar. Kepala kamu masih pusing kan?"

Embun menganggukkan kepala, namun tidak langsung beranjak dari kursi. Embun masih menimbang apakah dia harus ke kamar atau tidak.

"Kalau aku ke kamar, Bang Tama sendirian disini? nanti Bang Tama bosen loh," ujar Embun.

Secara tidak langsung Embun menyarankan kepada Tama agar sebaiknya laki-laki itu pulang saja. Tapi--- Tama tentu saja tidak akan melakukan itu. Tama tidak bisa meninggalkan Embun sendirian di rumah sementara gadis itu bahkan sedang dalam kondisi sakit. Ya memang hanya pusing dan sepertinya Embun juga sudah terlihat jauh lebih baik setelah minum obat, tapi tetap saja Tama tidak tega.

"Enggak, aku enggak bakal bosen. Nanti aku bisa sambil main game disini. Kamu enggak perlu pikirin aku, Mbun. Sekarang, ayo aku antar kamu ke kamar. Kamu harus banyak istirahat supaya cepet sembuh," jawab Tama.

Dan akhirnya Embun pun menuruti ucapan Tama. Lagi pula saat ini Embun sudah sangat ingin kembali tidur. Jadi ya sudahlah, Embun memilih untuk menurut. Terserah Tama mau melakukan apa di rumahnya ini saat Embun tidur. Lagi pula Embun tau kalau Tama tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak-tidak di rumahnya.

Canggung, itulah yang Embun rasakan saat Tama mengantarkan dirinya kembali ke kamar. Namun sebisa mungkin Embun mencoba untuk bersikap biasa. Lagi pula Tama juga terlihat biasa saja.

"Udah sekarang kamu tidur. Kalau butuh apa-apa, aku ada dibawah. Kamu bisa langsung telfon aku aja nanti," ujar Tama kepada Embun.

Embun hanya diam, namun kepalanya menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Tama.

Melihat itu, Tama tampak tersenyum tipis. Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Embun. Setelah itu Tama meminta Embun untuk berbaring diatas ranjangnya. Dan jujur, hal itu membuat jantung Embun berdegub sangat kencang.

"Gordennya mau ditutup sebagian aja? biar kamu tidurnya lebih nyaman, Mbun," ujar Tama.

Tama merasa kamar Embun terlalu terang untuk dipakai tidur. Yang ada nanti Embun malah tidak bisa tidur dengan nyaman.

Embun tersenyum tipis.

"Boleh," jawabnya.

Mendengar jawaban Embun, Tama dengan sigap langsung menutup sebagian gorden kamar Embun. Hal ini membuat suasana kamar Embun menjadi lebih temaram dan sangat cocok kalau dipakai untuk tidur.

Setelah menutup gorden, Tama tidak langsung pergi. Dia justru berjalan mendekat kearah Embun yang sudah berbaring. Sekali lagi tangannya terulur mengusap puncak kepala Embun.

"Cepat sembuh ya," ujarnya.

Lagi-lagi Embun hanya bisa terdiam. Sikap Tama kepada dirinya membuat Embun untuk sejenak lupa dengan pusing yang dia rasakan. Padahal tadi kepalanya terasa sangat pusing dan berat, tapi sekarang--- yang Embun rasakan hanya jantungnya yang berdebar tidak karuan.

Baru setelah mengatakan itu, Tama keluar dari kamar Embun. Sengaja pintunya tidak Tama tutup rapat agar kalau seandainya Embun memanggil dirinya, Tama bisa langsung dengar.

Sementara Embun, sebuah senyum mendadak tersungging dibibirnya. Kalau boleh jujur, Embun suka dengan perlakuan manis Tama kepada dirinya.

"Ternyata Bang Tama yang keliatannya cuek dan dingin bisa bersikap semanis ini ya," gumam Embun dengan suara lirih.

Bang? kenapa secara mendadak Embun tidak lagi kesulitan memanggil Tama dengan sebutan 'Abang' ya? padahal tadi dia masih sering keceplosan memanggil Tama dengan panggilan 'Pak'.

***Tama POV***

Sesampainya dibawah, aku memilih untuk duduk di sofa ruang tengah. Aku mencoba untuk menenangkan jantungku yang berdetak dengan begitu keras.

Tidak, aku yakin sekali ini bukan gejala dari penyakit jantung. Melainkan karena sejak tadi aku terlibat banyak interaksi dengan Embun.

"Kayanya gue beneran jatuh cinta sama Embun deh," gumamku.

Ya, aku sangat yakin dengan perasaanku ini. Kalau aku tidak jatuh cinta kepada Embun, untuk apa aku melakukan ini semua secara suka rela? dan untuk apa juga jantungku berdetak kencang hanya karena aku bersama dia?

Seandainya saja Embun memperbolehkan, sebenarnya aku sangat ingin menemani dia tidur di kamar. Tapi, aku yakin Embun tidak akan mau. Melihat bagaimana Embun saat ini, gadis itu terlihat belum terlalu nyaman denganku. Jelas terlihat kalau Embun masih canggung. Dan sebagai orang yang lebih dewasa, aku mencoba untuk mengertikan hal itu. Aku tidak ingin terlalu memaksa Embun agar bisa mengerti perasaanku.

Lebih baik pelan-pelan saja, mengingat hubungan kita berubah menjadi dekat juga belum lama kan? selama 2 tahun ini hubunganku dan Embun murni hanya sebatas dosen dan mahasiswa saja. Jadi sangat wajar kalau Embun masih canggung meskipun semalam aku sudah memberitahukan soal perasaanku kepada dirinya.

\-*Iya, pelan-pelan aja. Jangan sampai Embun malah jadi semakin enggak nyaman sama gue.- gumamku mengingatkan diri sendiri*.

1
Yorairawan Yorairawan
bagus ceritanya..semangat othor..💪
Sugiharti Rusli
apa jawaban si Embun penolakan, kalo Tama ga bisa meyakinkannya sih seperti nya iya menolak🤭🤭🤭
Sugiharti Rusli
memang yah terkadang yang bikin sebuah pertengkaran antar pasangan atau siapa pun itu adalah diksi dan intonasi yah, kadang bikin salah paham
Sugiharti Rusli
tancap gas bang dengan ide menafkahi si Embun,,,
Hearty💕💕
Menikah adalah keputusan yang tepat
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Tama bisa aja jurus2 ke sana ngajak nikah 😂😂😂
Lina Mumtahanah
terima aja embun, jadi kamu ada yang jagain
Lina Mumtahanah
cepat ambil tindakan bang tama, jangan ditunda lagi
bimawati
ayo bunnn gaskenlah biar ngk kesepian.
Opi Sofiyanti
kyk di ksh jln aja buat belok k stu... 😁😁
Sugiharti Rusli
semoga juga si Embun ga merasa terganggu yah kamu tungguin tuh sampai selesai kerjanya🙃🙃😉
Sugiharti Rusli
memang sebaiknya didiskusikan sama kedua ortu kamu sih Tam, mana tahu mereka bisa kasih win" solution bagi hubungan kamu dan Embun
Sugiharti Rusli
namanya juga baru jadian dan fall in Love yah Tam, jadi semua sah" aja😅😅😅
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Tama bucin mentok sama Embun😍
bimawati
perbucinan dimulai🤣
Lina Mumtahanah
mulai posesif bang tama
Hearty💕💕
Kak, hanya mau kasih masukkan aja deh. Kayaknya nggak semua harus dijelaskan "kenapa sering" kenapa harus pakai singlet dst dst.
Sugiharti Rusli
sabar dulu bos, jangan buru" dan grasak-grusuk ambil keputusan, nanti malah buat si Embun ga nyaman
Sugiharti Rusli
sebaiknya jangan buru" Embun resign sih Tam, dia pasti akan menolak kalo kalian belum ada ikatan apa"
Sugiharti Rusli
memang yah terkadang ada orang" yang dianugerahi kalo masak apa saja yang simpel pun enak😆😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!