Kayla Ayana, seorang karyawan di sebuah perusahaan besar terpaksa menerima tawaran untuk menikah kontrak dengan imbalan sejumlah uang.
Ia terpaksa melakukan ini karena ia harus bertanggung jawab atas biaya rumah sakit seorang wanita yang mengalami kelumpuhan akibat tertabrak sepeda motor yang ia kendarai.
Tapi siapa sangka, ia yang dinikahi dengan alasan untuk menepis isu negatif tentang pria bernama Kalandra Rajaswa malah masuk terlalu jauh dalam kerumitan keluarga yang saling berebut warisan dan saling menjatuhkan.
Pernikahan kontrak diantara keduanya bahkan sempat dicurigai oleh anggota keluarga Kalandra.
Akankah Kayla dan Kalandra mampu menyembunyikan fakta tentang pernikahan kontrak mereka?
Akankah cinta tumbuh diantara konflik-konflik yang terjadi?
Ikuti kisah Kayla dan Kalandra di Istri Bar-Bar Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fie F.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Warisan
Tengah malam...
Kalandra terbangun karena merasa gerah. Ia yang terbiasa tidur tanpa baju itu terpaksa mulai membiasakan diri tidur dengan kaos. Hal yang mulai ia biasakan sejak beberapa hari lalu sebelum menikah. Karena ia tahu, ia akan tidur sekamar dengan Kayla.
"Mengapa panas sekali?" Gumamnya sambil menarik-narik bagian depan kaosnya.
Ia melihat kearah Ac. "Mengapa suhunya dinaikkan?"
Kalandra mencari remote Ac di nakas dan menurunkan kembali suhunya dan kembali tidur.
Sementara itu, Kayla mulai menggigil. Ia sudah menaikkan suhu Ac agar ruangan ini tak terlalu dingin. Tapi, sekarang udara kembali dingin.
Kayla mengucek matanya dan melihat suhu Ac kembali seperti semula.
"Apa dia menganggapku seperti daging sapi di supermarket? Mengapa dia tidak tidur saja di dalam kulkas!" Kesal Kayla karena ia sangat kedinginan. Di rumahnya tidak ada AC sehingga ia belum terbiasa tidur dengan suhu sedingin ini.
Ia berjalan dengan sedikit terhuyung ke depan dan belakang untuk mengambil remote Ac. Ia menaikkan lagi suhunya dan meletakkan asal remote di nakas.
Gltak! Benturan remote dan meja nakas membuat Kalandra terbangun. Ia melihat Kayla berjalan seperti zombie dan kembali tidur di lantai.
"Oh, ternyata dia pelakunya." Gumam Kalandra pelan.
Kalandra memperhatikan Kayla yang tidur memunggunginya. Gadis itu meringkuk dibalik selimut tebal berwarna abu-abu.
Kalandra menghela nafas. "Di rumahnya mungkin ia tidur dengan nyaman."
"Tapi, karena rencana ini dia harus tidur dilantai dan kedinginan."
Kalandra melihat ranjangnya yang luas dan masih ada ruang kosong hanya untuk sekedar menampung tubuh Kayla yang kecil.
"Mikir apa aku ini?" Kalandra menepis ide buruk di otaknya. Tidak mungkin ia membiarkan Kayla tidur di ranjangnya.
Biar bagaimanapun dia adalah pria normal dan ia tidak ingin melanggar perjanjian diantara mereka. Kalandra kembali berbaring dan terlelap.
Pagi hari...
"Kamu mau kemana?" tanya Kalandra saat melihat Kayla memakai setelan kerja. sementara dirinya masih meringkuk dibawah selimut.
"Saya harus bekerja."
Pria itu terkejut. "Kerja?"
"Apa Jendra sialan itu tidak memberimu cuti?"
"Saya yang tidak ingin, Pak."
Kalandra mengambil ponselnya dan meletakkannya ditelinga.
"Beri Kayla cuti selama seminggu!"
Kayla langsung berbalik dan menatap Kalandra yang sedang bicara melalui ponselnya.
"Pak!" cegah Kayla.
"Sudah. Saya sudah meminta izin pada Jendra." Ia kembali meletakkan ponselnya.
Kayla menghela nafas. Bahkan bosnya itu sepertinya belum menjawab permintaan Kalandra, Tapi pria itu sudah mengakhiri panggilannya.
"Kalau begitu, saya akan pulang ke rumah sebentar."
"Mau apa?"
"Saya harus mencari orang untuk bekerja membersihkan rumah saya beberapa hari sekali dalam seminggu karena saya harus tinggal disini."
Kalandra mengangguk. "Pergilah! Aku juga harus ke kantor." Kalandra masuk ke dalam kamar mandi.
Kayla terbengong saat mendengar kalimat itu.
"Dia menyuruhku libur, tapi dia sendiri malah ke kantor?" gerutu Kayla dengan suara pelan.
Keduanya turun ke lantai bawah, untuk sarapan pagi.
"Pengantin baru sudah bangun?" Sambut Riana saat Kalandra dan Kayla turun dari lantai dua dengan setelan kerja.
"Kalian mau kemana?" Lanjut Riana karena keduanya tidak menanggapinya.
"Kerja!" Jawab keduanya kompak.
Riana tertawa sinis. "Mana ada pengantin baru menikah kemarin dan langsung kerja!"
"Ada." Jawab Kalandra.
"Tidak ada, Andra!"
"Ada ma. Kamilah orangnya!" Jawab Kayla saat ia mendudukan diri di kursi tepat di samping Kalandra.
Gia menatap keduanya yang tampak kaku. Tidak seperti pasangan pengantin baru yang saling mencintai. Gia mulai merasa curiga.
"Ehm... kakak ipar, bagaimana malam pertama kalian?"
"Uhukk..." Kayla tersedak saat ia sedang meneguk segelas air putih. Ia segera menatap ka arah Gia yang tersenyum sinis.
"Pelan-pelan, sayang!"
Deg!
Kali ini ia menatap Kalandra yang sudah menyodorkan tissu kearahnya.
"Sini, biar ku bersihkan!" Kalandra hendak mengusap bibir Kayla tapi gadis itu menolak.
Kayla tersenyum palsu. "Aku saja..."
Aduh, aku harus memanggilnya apa?
"Aku saja, Mas!" Kayla mengambil tissu di tangan Kalandra.
"Gia, jangan menggoda sepasang pengantin baru ini." Riana melirik senang kearah Gia.
"Sepertinya mereka belum... ya... lihat saja, cara berjalannya masih baik-baik saja!" Riana dan Gia tertawa bersama.
Kayla mengusap lembut bibirnya. Ia meletakkan tissu diatas meja dan melipat tangannya disana.
"Mengapa kalian jorok sekali? Membahas hal sesensitif itu di meja makan."
"Mas, bisakah kita pergi sekarang?" Ajak Kayla.
"Aku kehilangan selera makan." Lirihnya pura-pura takut terdengar Riana.
Kayla berdiri dan meninggalkan meja makan. Kalandra juga berdiri dan berjalan dibelakang Kayla.
"Miskin saja belagu!" Gumam Riana.
Kayla masih bisa mendengarnya, tapi ia sedang tidak ingin membalas sindiran itu.
"Ternyata aku dibayar untuk menghadapi ibu mertua dan ipar dengan mulut tanpa filter." Gumam Kayla sangat pelan.
Kalandra tertawa sinis. "Abaikan saja jika tidak ingin kelelahan!"
"Selamat pagi, Mas!" Kalandra berhenti saat pengacara papanya tiba di rumah.
Kalandra dan Kayla masuk lagi ke dalam rumah karena pengacara ingin membicarakan mengenai wasiat almarhum pak Bagas.
Kayla sebenarnya penasaran siapa pria paruh baya yang bertamu pagi-pagi begini. Tapi, ia berusaha untuk tidak ikut campur karena tidak diberitahu oleh Kalandra mengenai masalah ini.
Mereka berkumpul di ruang tamu. Gia dan Reyga duduk bersebelahan. Kalandra dan Kayla juga. Sementara Riana dan Pengacara duduk berhadapan.
"Mengapa pagi-pagi sekali anda datang, Pak?" Tanya Riana basa-basi.
"Dan Andra baru saja menikah kemarin."
"Saya harus ke Bali sore nanti. Dan saya akan berada di sana selama satu minggu."
Pria itu mengeluarkan surat wasiat yang ditulis oleh Almarhum Bagas.
"Karena Mas Kalandra sudah menikah dan syarat untuk membacakan surat wasiat bapak sudah terpenuhi, maka saya akan bacakan surat wasiat itu pagi ini."
Deg!
Jantung Kayla rasanya berhenti berdetak. Ternyata karena hal ini juga yang membuat Kalandra harus menikah? Dia memanfaatkanku untuk banyak hal. Tapi terserahlah, yang penting kali ini aku tidak ingin ikut campur.
Pak pengacara membacakan isi surat wasiat Bagas dengan sangat berhati-hati. Selama pengacara membacakan surat wasiat itu, Riana merasa jantungnya akan copot. Bukan karena harta yang ia terima berjumlah banyak, tapi karena ia tidak mendapatkan sesuai apa yang ia harapkan.
Rumah yang mereka tinggali menjadi hak Kalandra selaku anak pertama. Jika Riana ingin tinggal di rumah itu, ia harus mengikuti peraturan yang Kalandra buat sebagai kepala keluarga yang baru.
Riana dan Reyga masing-masing mendapatkan satu unit rumah minimalis dua lantai di salah satu komplek perumahan.
Kalandra mendapatkan 50 persen saham dari total 80 persen saham yang Bagas miliki di perusahaan. Riana mendapatkan 10 persen sementara Reyga mendapat 20 persen.
"Apa anda tidak keliru saat membacakan surat wasiat itu?" Tanya Riana.
"Mengapa pembagiannya tidak merata seperti ini?"
"Saya hanya menyampaikan apa yang bapak tulis, Bu!"
Riana melihat tulisan tangan Bagas. Ia melirik Kalandra yang tak mengatakan apapun.
Sementara Kayla juga tampak tenang karena seberapa besar pun warisan yang Kalandra punya, tak sedikitpun ada haknya disana. Ia cuma istri yang dikontrak.
mlhan marH dia