NovelToon NovelToon
DENDAM SANG TERKHIANATI

DENDAM SANG TERKHIANATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Kala Azure adalah seorang kapten agen rahasia legendaris yang ditakuti musuh dan dihormati.

Namun, karier cemerlangnya berakhir tragis, saat menjalankan operasi penting, ia dikhianati oleh orang terdekatnya dan terbunuh secara mengenaskan, membawa serta dendam yang membara.

Ajaibnya, Kala tiba-tiba terbangun dan mendapati jiwanya berada dalam tubuh Keira, seorang siswi SMA yang lemah dan merupakan korban bullying kronis di sekolahnya.

Berbekal keahlian agen rahasia yang tak tertandingi, Kala segera beradaptasi dengan identitas barunya. Ia mulai membersihkan lingkungan Keira, dengan cepat mengatasi para pembuli dan secara bertahap membasmi jaringan kriminal mafia yang ternyata menyusup dan beroperasi di sekolah-sekolah.

Namun, tujuan utamanya tetap pembalasan. Saat Kala menyelidiki kematiannya, ia menemukan kaitan yang mengejutkan, para pengkhianat yang membunuhnya ternyata merupakan bagian dari faksi penjahat yang selama ini menjadi target perburuannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Terkalahkan

Gelak tawa riuh ketiga pemuda itu sama sekali tidak menggoyahkan Keira. Sebaliknya, suara-suara sinis itu justru menyulut percikan api di dalam dirinya. Ketenangan mematikan menyelimuti wajahnya di balik bayangan tudung hoodie. Ini adalah kesempatan sempurna untuk menguji batas kemampuan fisik Keira.

Apakah memori dan teknik bertahun-tahun yang ia miliki benar-benar bisa mengimbangi keterbatasan raga yang ringkih ini?

"Wah, seru nih. Ayo main!" tantang pemuda yang paling tinggi, ia maju selangkah dengan senyum remeh, tangannya bersiap meraih.

Tepat pada momen itu, Keira melepaskan energinya. Ia bergerak lebih dulu, tidak memberikan celah bagi lawan untuk bereaksi.

Pemuda yang maju itu mendapati dirinya tiba-tiba berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Keira menggunakan prinsip fisika yang sederhana namun efektif. Ia membiarkan tinjuan liar itu meleset jauh di samping kepalanya, dan dalam sepersekian detik, tangannya yang ramping mencengkeram pergelangan tangan si pemuda.

Dengan kecepatan kilat, Keira memutar pergelangan tangan itu ke sudut yang membuat seluruh tubuh pemuda itu tertarik dan kehilangan keseimbangan. Kunci persendian, teknik mendasar yang mengandalkan kelemahan struktur tubuh, bukan kekuatan otot.

BRUK!

Pemuda pertama tersungkur ke tanah sambil meringis, sendi bahunya terasa tertekan.

Kedua temannya sontak terkejut. Tawa mereka langsung menguap, digantikan oleh tatapan kemarahan dan kebingungan. Mereka tidak melihat pukulan telak, hanya gerakan halus yang menghasilkan rasa sakit instan.

"Tangkap dia!" teriak pemuda gempal yang kedua. Mereka berdua menyerbu, mencoba mengeroyok.

Keira kini harus bergerak lebih cepat, mengandalkan kelincahan tubuhnya yang lebih kecil. Ia melompat mundur sekali, membuat kedua pemuda itu saling bertabrakan sesaat, lalu ia segera maju ke arah pemuda gempal. Saat tinju si pemuda melayang, Keira menunduk, melewati garis serangannya, dan tanpa jeda, siku Keira menyentuh titik ulu hati dengan tekanan yang sangat tepat.

Tekniknya sempurna. Bukan dorongan, melainkan hentakan yang menyebabkan rasa sakit menusuk dan membuat napas si pemuda tercekat. Ia langsung membungkuk, batuk-batuk menahan rasa sakit.

Keira berputar cepat, menghadapi pemuda terakhir yang kini mulai ragu. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, pengingat bahwa tubuh ini cepat lelah. Namun, ia telah mendapatkan jawabannya teknik lama masih berfungsi, bahkan dengan tubuh yang baru.

Ia menatap pemuda terakhir itu dengan tatapan mengintimidasi. "Giliranmu?" tantang Keira, suaranya tenang, namun penuh ancaman.

Pemuda itu menelan ludah. Ia melihat dua temannya sudah tak berdaya, satu meringis memegangi bahu, satu lagi terengah-engah kesakitan.

"Pergi," perintah Keira. "Bawa teman-temanmu dan jangan pernah kembali ke sini."

Tanpa perlu diancam lagi, pemuda itu segera menyeret kedua temannya, membantu mereka kabur secepat mungkin dari tepi sungai. Mereka menghilang ke dalam kegelapan.

Keira menarik napas dalam, meredakan detak jantung Keira yang kini berpacu kencang. Ia lalu berjongkok di hadapan pemuda yang di rundung itu, wajahnya melembut.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya.

Pemuda dengan tubuh kecil itu mengangguk kaku, matanya masih dipenuhi kekaguman yang luar biasa.

"A-aku ... aku gak papa. Terima kasih," jawabnya ragu.

Keira segera berdiri tegak, sedikit melompat kecil untuk meredakan kegugupan yang baru ia rasakan. Setelah berpindah ke tubuh Keira ia memang harus hati-hati agak tubuh itu tak cidera.

"Tak masalah. Sekarang pulanglah," pinta Keira lalu segera berlari kecil meninggalkan pemuda itu.

Saat di jalanan yang sepi dengan di temani lampu temaram jalan, Keira mulai melangkah santai menikmati momen itu.

ia mengangkat kedua tangan, melihat tangan lentik tanpa otot itu. Kepalanya mendongak, sinar rembulan menyinari wajahnya melewati celah jemarinya.

"Hufff ..." Keira menghela nafas panjang. "Apa aku akan seterusnya berada dalam tubuh ini, ya?"

Fikiran itu tiba-tiba menyeruak. Namun, sekali lagi Keira menggeleng cepat. "Gak peduli gimana akhirnya, yang terpenting mulai sekarang aku akan jalani hariku sebaik mungkin, dan tentunya tijuan utamaku. Balas dendam."

Kilatan mata Keira penuh tekat dan ambisi. Ia segera berlari kembali ke rumahnya.

*

*

Pagi itu, mentari baru saja menarik tirai kegelapan, menyisakan cahaya keemasan yang hangat. Di dalam rumah yang berpadu dengan restoran, Keira sudah siap dengan segala keperluannya. Ia duduk di kursi kecil dekat pangkal tangga, jari-jarinya terampil mengikat tali sepatu olah raga barunya.

"Turunlah! Jangan lupa sarapan," teriak Marvin, ayahnya, dari lantai bawah. Aroma masakan yang gurih sudah mulai menguar, bercampur dengan uap kopi.

Keira mendongak sejenak, wajahnya berseri. "Baiklah, Ayah!" balasnya riang.

Tali sepatu itu diikat kuat, memberikan dukungan mantap pada kakinya. Keira berdiri tegak, membiarkan semangat pagi merasukinya.

"Baiklah, Keira. Kita siap memulai hari," bisiknya pada diri sendiri. "Semangat!"

Dengan langkah tergesa-gesa namun lincah, ia menuruni tangga. Begitu sampai di lantai bawah, ia langsung menarik kursi dan duduk di dekat meja kerja Marvin, tempat ayahnya sibuk di dapur.

Marvin, dengan senyum khas seorang koki yang bangga, mendekat. Di hadapan Keira, ia meletakkan sepiring penuh ayam krispi berwarna cokelat keemasan.

"Cobalah menu baru Ayahmu ini. Kira-kira, enak gak?" tanyanya, matanya penuh harap.

Keira, dengan antusiasme yang tak dibuat-buat, segera mengambil satu potong ayam. Ia menggigitnya, mengunyah dengan perlahan, matanya sempat terpejam sejenak, mencoba menikmati perpaduan rasa yang pas. Kemudian, senyum merekah di wajahnya.

"Wah ... ini enak. Enak banget, Yah," pujinya tulus.

Mendengar pengakuan itu, wajah Marvin tampak berseri-seri, dipenuhi kebahagiaan yang sederhana. "Sungguh? Benarkah?" Tentu saja ia senang, sebab pujian tulus dari Keira terasa sangat langka akhir-akhir ini atau justru dulu.

Keira hanya mengangguk, sambil terus menikmati ayam krispi buatan ayahnya itu hingga piringnya tandas.

Setelah merasa kenyang, ia menenggak habis air di gelasnya dan langsung beranjak, bergegas menuju pintu.

"Tunggu, Keira. Ayah akan mengantarmu," ujar Marvin buru-buru, sambil melepaskan celemek yang masih melilit tubuhnya.

Keira menoleh dari ambang pintu, menggeleng cepat. "Tidak usah, Yah. Aku akan naik bis aja."

Marvin terdiam sejenak. Sebelum sempat berkomentar, Keira sudah berlari menjauh, menyusuri trotoar dengan langkah yang tegap dan teratur, seolah ia tengah menjalani sesi latihan pagi.

Marvin menyusul hingga ambang pintu restorannya, berdiri di sana, menatap punggung putrinya yang semakin menjauh. Ia hanya bisa menggelengkan kepala dengan rasa takjub bercampur bingung.

"Sejak kapan dia jadi hobi lari?" gumamnya.

Perubahan ini begitu drastis. Marvin tahu, Keira yang dulu lebih suka tidur larut dan menghindari kegiatan fisik. Kini, putrinya tidak hanya bangun pagi dan ceria, tetapi juga gemar berlari. Marvin tidak mengerti, tetapi jauh di lubuk hatinya, ia merasa lega melihat semangat itu kembali menyala.

Keira terus berlari sampai ke halte bis.

Saat tiba di halte bis, ia sontak berhenti. Ia membungkuk, menunduk, memegangi kedua lututnya yang gemetar. Napasnya terengah-engah, terdengar berat dan kasar, seolah paru-paru Keira memprotes beban yang baru saja mereka tanggung. Wajahnya memerah, dipenuhi keringat tipis.

Keira memejamkan mata sejenak, memaksa dirinya menegakkan tubuh. Ia menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu kencang. Ia harus membiasakan raga ini.

Tak lama setelah ia berhasil menstabilkan diri, bis yang ia tunggu tiba, menderu pelan di pinggir jalan. Keira segera naik, menunjukkan kartu pelajar, dan memilih kursi tunggal di dekat jendela. Ia menyandarkan kepala ke kaca dingin, menikmati sensasi sejuk yang menyentuh kulitnya, membiarkan tubuhnya sedikit beristirahat. Pemandangan jalanan kota yang mulai ramai bergerak lambat di luar jendela.

Sementara Keira tenggelam dalam kelelahan dan pemikirannya, ia sama sekali tidak menyadari sepasang mata tajam yang mengawasi dari seberang jalan yang sibuk.

1
Meee
Untuk Pak Tua Ma enggak banyak bingung, ya. Soalnya kan agak aneh juga si Kala bisa jadi orang lain. Semangat Keiraaa! tumpas orang-orang jahat ituuu
Its me
siapa sebenarnya dewa agung?
Meee
Wow, Keira 🙈 ngeri juga
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
yang penting kan bsa nangkep penjahat lohh pak
Its me
hmmm tuan Mamoto yang orang lain saja bisa peka kehadiran kala
🪱ᵘᵄᵟᵘᵎᵓᵄᵓ☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃfelon𝐀⃝🥀
waduh, siapa itu si dewa agung itu? tapi kenyataan dimasa sekarang pun sama, yang tinggi semakin tinggi, yang diatas makin atas, dan yang miskin makin miskin.
Aku jadi inget sama YML, dia kan dibunuh gegara memegang kunci rahasia besar.
Semoga tiada yang curiga kalau Keira masih hidup, dan matilah kamu wahai Dewa Agung
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
Astaga sekolah macam apa itu, pembagian kelas ditentukan oleh kasta dan kedudukan ckckck 😏
Addb_Rh
ternyata rumahnya kala.
wuuu bara api mulai menyala.. ayo, hab*skan dan hanc*rkan semua yang menyakiti..
Addb_Rh
ke rumah siapa ya, Kira-kira itu?
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
wehh kukira masuk sekolah yang lebih baik kei eh ternyata tidak lebih baik dari sekolah yang kemarin, tapi gpp nikmati aja kei menyelam sambil minum air sekolah sambil CCTV
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
hati² kei jngn mudah percaya sm orang, belajar dari pengalaman bahwa sedekat apapun kita sm seseorang tidak menjamin dia tidak menusuk dari belakang
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
pantas saja kala diburu ternyata dia memegang kunci rahasia kebusukan orang² di pemerintahan dan komplotannya , yang suatu saat akan menjadi boom waktu yang siap meledak menghancurkan mereka
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
wahh betul tuhh zero
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
astaghfirullah, astaghfirullah dunia mulai bobrok
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
wkwkwk sekolah seperti itu juga ada kasta nya 🤦‍♀️
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
ya Alloh gurunya juga seperti itu, gak ada wibawa
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
anak SMA bicara nya seperti mafia 🤦‍♀️
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
jujur di daerah ku belum pernah mendengar sekolah seperti itu, sekolah tanpa peraturan
WDY
gak diRL gak di novel ternyata musim pembulian ya.
WDY
Lah yang mulai dulu siapa. Kesihan kiera ya kena
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!