NovelToon NovelToon
Penebusan Ratu Malam

Penebusan Ratu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.

Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.

Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.

Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.

Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.

Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

​Arsha menatap Jefri, bos The Scarlet Lounge, dengan tatapan mata yang tajam dan mengintimidasi. Ia berusaha mencari celah, kebohongan, atau sedikit pun rasa bersalah di mata pria itu, tetapi Jefri tetap tenang, profesional, dan tampak sepenuhnya jujur. Pria itu adalah dinding tebal yang dilapisi senyum licin.

​"Baiklah," jawab Arsha datar, menyembunyikan kekecewaan yang mendalam. "Aku mengerti, aku akan kembali minggu depan. Dan pastikan dia datang."

​"Tentu saja, Tuan. Janji adalah janji. Kami selalu menjaga pelanggan kelas atas. Selamat menikmati malam Anda," balas Jefri dengan senyum tipis yang terasa dingin. Ia membungkuk sedikit, lalu berbalik, meninggalkan Arsha sendirian di konter bar.

​Arsha meneguk air mineralnya, mencoba menenangkan detak jantung dan api amarahnya. Ia tahu, tinggal lebih lama di tempat ini hanya akan mengotori batinnya. Ia sudah gagal menemui Ayesha, dan yang ia dapatkan hanyalah penundaan yang menyakitkan.

​Ia bangkit dari kursi, melangkah melewati keramaian yang memabukkan, dan keluar dari pintu klub. Di luar, udara malam terasa dingin, seolah ikut meredam bara api di dadanya.

​"Aku gagal menemuinya, ya Allah," bisik Arsha dalam hati, merasakan keputusasaan dan juga tekad yang makin membaja.

​Arsha masuk ke mobilnya, di mana Pak Udin sudah menunggu.

​"Langsung ke apartemen, Pak Udin. Setelah itu, kita langsung kembali ke Pesantren setelah Subuh," perintah Arsha, suaranya terdengar lelah, namun ada nada otoritas yang baru di dalamnya.

​Sepanjang perjalanan pulang ke apartemen, dan kemudian saat fajar menyingsing menuju Pesantren, Arsha sepenuhnya tenggelam dalam pusaran pikiran. Pakaian Gus-nya, baju koko putih dan peci yang ia kenakan kembali, terasa seperti beban sekaligus baju zirah. Ia kembali menjadi Gus Rafka, pewaris Pesantren Al-Falah, tetapi di dalam sana, ia adalah seorang penyidik rahasia yang terobsesi.

​Ayesha Shekilla.

​Ia harus menunda pencarian Ayesha, setidaknya sampai ia bisa mendapatkan alasan baru untuk ke luar kota dan memiliki rencana yang matang. Ia harus menenangkan Kiyai Hafidz dan memenuhi semua kewajiban Pesantren. Perjalanan ini adalah sandiwara terbesarnya.

​Arsha merenungkan dosanya. Selama dua hari, ia menyamar, masuk ke wilayah yang haram, dan berinteraksi dengan dunia gelap. Ia merasa kotor. Ia tahu, jika Kiyai Hafidz tahu, ia akan dicabut dari semua haknya sebagai Gus. Namun, ia membenarkan dirinya dengan hadis, bahwa niatnya adalah untuk amar ma'ruf nahi munkar, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

​"Ya Allah, ampuni niatku yang terpaksa. Aku lakukan ini demi menyelamatkan seorang hamba-Mu. Aku bersumpah, jika aku berhasil membawanya kembali, aku akan membimbingnya hingga ia menjadi wanita salehah seutuhnya," janji Arsha di dalam hati, bersandar pada kursi mobil yang melaju cepat.

​Saat mobil memasuki gerbang Pesantren Al-Falah, Arsha memaksa dirinya untuk tersenyum. Ia menarik napas dalam, memantapkan langkahnya. Wajahnya kembali menunjukkan keteduhan dan kesempurnaan seorang Gus.

​Mobil Gus Arsha berhenti di depan ndalem tepat saat matahari mulai menyinari kubah masjid. Kedatangannya yang tiba-tiba segera menarik perhatian. Beberapa santri putra langsung menghampiri dengan wajah ceria.

"Gus Arsha datang!" seru salah satu dari mereka.

"Assalamualaikum, Gus!"

"Waalaikumsalam,"

Arsha tersenyum kecil sambil turun dari mobil. Ia menyapa satu per satu santri yang menghampirinya, menyalami mereka dengan lembut. Sementara itu, di kejauhan, santri putri yang sedang belajar di kelas mulai melihat dari jendela.

Riuh kecil mulai terdengar.

"Itu Gus Arsha... Ya Allah, akhirnya balik juga..."

"Aku kira beliau masih lama di Jakarta..."

"Masya Allah... tambah ganteng, ya?"

"Tolong jaga pandangan! jaga mata!" tegas salah satu guru dari dalam kelas, membuat para santri putri buru-buru menundukkan kepala sambil menutup mulut, menahan kekaguman mereka.

Santri putri berusaha tidak melihat lagi, meski sesekali mencuri-curi pandang diam-diam.

~

Setelah sampai di ndalem, ​Kiyai Hafidz langsung mengajak Arsha masuk. Ustadzah Halimah menyambutnya dengan cemas, memeluknya dan memastikan ia tidak kurang suatu apapun.

​"Bagaimana perjalananmu, Nak? Kau terlihat lelah sekali," ujar Ustadzah Halimah sambil menyentuh kening Arsha.

​"Alhamdulillah, Ummi. Sedikit melelahkan, tapi relasi sudah terjalin baik," jawab Arsha, sedikit berbohong tentang 'relasi' yang ia maksud.

​Kiyai Hafidz memimpin Arsha ke ruang keluarga. "Duduk, Rafka. Abah mau bicara."

​Suara Kiyai Hafidz terdengar berat. "Dua hari di kota, dan tidak ada kabar yang jelas mengenai donasi. Apa yang sebenarnya kau lakukan di sana?"

​Arsha telah mempersiapkan jawabannya. Ia harus mengalihkan fokus dari masalah asmara ke masalah Pesantren.

​"Maafkan saya, Abah. Saya tidak mendapatkan donasi besar dari Jakarta karena masalah internal. Para donatur ingin melihat Blueprint yang lebih matang, bukan sekadar proposal. Saya harus menyusun rencana kerja yang lebih detail, yang membutuhkan dana awal yang besar," jelas Arsha, membesar-besarkan kesulitan teknis.

​"Mengenai proyek pengembangan Pesantren. Saya berjanji, dalam satu bulan ke depan, saya akan membawa dana awal yang signifikan untuk Pesantren. Ini akan menjadi bukti bahwa saya layak memimpin, baik bagi Abah ataupun Ummi."

​Argumentasi Arsha yang fokus pada bukti dan materi sebagai cara untuk menebus harga diri, menyentuh titik kelemahan Kiyai Hafidz. Kiyai Hafidz, meskipun kecewa, mulai terpengaruh.

​"Satu bulan," tegas Kiyai Hafidz. "Satu bulan kau harus buktikan. Kalau kau berhasil, Abah akan memberimu waktu lebih untuk mencari pendamping. Tapi jika tidak, Abah akan mencarikanmu jodoh yang lain, dan kau tidak boleh menolak."

​"Saya terima tantangan itu, Abah," Arsha mengangguk, merasa lega sekaligus tertekan. Satu bulan. Waktu yang lumayan cukup untuk mengungkap misteri Ayesha.

...----------------...

Next Episode....

1
🌹Widianingsih,💐♥️
duhh .. Arsya..jangan jatuh cinta pada Ayesha, nanti akan mendatangkan masalah besar
🌹Widianingsih,💐♥️
benar-benar cobaan berat bagi seorang Gus , bagaimana nanti jika ada yang tau. ...pasti fitnah besar yang datang !
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!