Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro Malaikat Baik Hati?
Rabella mencengkram erat penutup wajahnya, dadanya bergemuruh.
'Hah, omong kosong apalagi yang diucapkan bajingan tengik ini? minta maaf? Sialan!' batin Rabella kesal. Ingin sekali rasanya Rabella mencakar wajah pria itu.
Sekarang, dia tidak bisa bergerak lagi. Rasa ingin memb*unuh pria yang ada di belakangnya ini tiba-tiba memuncak.
"Kak Rabel, berhenti bersikap seperti ini. kalau papa tahu kak Rabel berencana kabur, papa pasti akan marah besar!"
"Haa.. tau apa lo, hah? Emang lo siapa bisa atur-atur Gue?"
Rabella berbalik, langsung berlari ke tempat Alvaro berdiri, menerjang pria itu dengan sekali lompatan.
Keduanya terjatuh, dengan Alvaro yang ada di bawah, sedangkan Rabella menduduki tubuh bagian atas Alvaro.
"Tuan muda!"
"Nona!"
"Cepat pisahkan Tuan muda dan Nona," pekik para penjaga, tepat setelah mereka melihat niat terselubung Rabella yang nekat menerjang Alvaro secara tiba-tiba.
"Argh... khak.. Rabel..." Suara Alvaro sedikit tersendat, karena Rabella mencekik lehernya.
"Mati lo... lo harus mati, gara-gara lo hidup gue jadi berantakan! Gue gak rela Lo hidup bahagia kayak gini!" teriak Rabella, dia tak lagi peduli dengan rencana kaburnya.
Hasrat membunuh sudah menguasai otak dan tubuhnya.
Sejenak yang ada di otak Rabella hanya dipenuhi dengan tuntutan bagaimana cara untuk bisa melenyapkan seorang Alvaro yang selama ini mengganggu kehidupannya.
"Nona.. harap lepaskan Tuan muda," tuntut penjaga yang paling dekat dengan Rabella saat ini.
Beberapa pelayan Juga heboh. Tak menyangka jika Rabella akan nekat seperti inj.
Padahal mereka saja masih terkejut dengan insiden tadi pagi, 'dimana Rabella terbangun di ranjang Alvaro dalam kondisi tanpa sehelai benang pun.'
"Sialan kalian! Lepasin gue, Gue majikan kalian, bukan bajingan tengik itu!"
Rabella berteriak kesal, karena cekikannya terpaksa lepas karena ulah para penjaga yang menariknya menjauh dari Alvaro.
Membuat pria itu bisa kembali bernafas dengan leluasa, lantas kembali berdiri dibantu beberapa pelayan.
"Maafkan Aku, Kak Rabel. Aku harus segera kembali, Aku pastikan Papa tidak akan tahu apa yang baru saja kaka lakukan dan rencanakan!"
Alvaro menoleh ke Salah Satu penjaga.
"Tolong jaga kak Rabel dengan baik dan jangan sakiti dia. Masalah kak Rabel yang mencekik ku barusan jangan Sampai ke telinga papa, ya."
"Tapi, Tuan muda...."
"Aku mohon. kak Rabella hanya sedang dalam kondisi buruk, dia pasti tidak sengaja melakukannya."
Perkataan Alvaro barusan sukses membuat penjaga itu terdiam, tak lagi protes. Kemudian langsung menuruti ucapan Alvaro untuk mengurusi Rabella dengan lembut.
Rabella meronta-ronta saat tubuhnya akan dibawa kembali naik ke lantai atas, kembali ke kamarnya Lagi.
"Heh, Alva brengsek! Lepasin gue, sampai kapan pun gue gak sudi jadi istri lo! Gue juga gak butuh sama bantuan lo yang munafik itu. "
Para penjaga juga bingung, sebenarnya mereka juga tak mau bersikap kasar pada nona mereka ini, Rabella.
Tapi tuan Besar atau yang merupakan papa kandung Rabella mengizinkan mereka berlaku kasar pada Rabella jika memang nona muda mereka ini sudah bertingkah kelewatan.
Dan menurut mereka, perbuatan Rabella barusan pada Alvaro sudah sangat kelewatan.
Tapi apa daya, Tuan muda mereka yang sangat baik hati akhirnya membiarkan semua kelakuan Nona Rabella, seolah tak terjadi apapun.
"Haa.. bukankah Tuan Alvaro terlalu baik untuk jadi suaminya Nona Rabella?"
"Iya benar. Sepertinya Nona Rabella sudah hilang akal."
"Kasihan sekali Tuan muda Alvaro harus mengurus semua masalah yang ditimbulkan Nona."
"Husst... sudah-sudah, jangan bergosip. Mau seburuk apapun Nona, dia masih anak kandung Tuan besar!"
Rabella bisa dengar semua ucapan para pelayan barusan, tubuhnya masih meronta saat digendong naik tangga.
'Semua orang sudah gila.. baik dari mana?' batin Rabella menertawakan para pelayan yang sudah tertipu dengan wajah malaikat baik hati seorang Alvaro.
Tapi Rabella tahu betul, bahwa wajah malaikat baik hati itu hanyalah topeng untuk menutupi bangkai di dalamnya.
Rabella tahu kebusukan hati Alvaro, yang selama ini pria itu sembunyikan rapat-rapat. Hal itu juga yang membuat Rabella semakin benci pada Alvaro.
Alvaro munafik, itulah yang Rabella tahu.
Tapi yang orang-orang tahu, Rabella penjahat dan Alvaro hanyalah korban yang menyedihkan.
Bruk..
Rabella jatuh di atas lantai kamarnya yang dingin.
"Maafkan kami sudah bertindak tidan sopan, Nona. Kami hanya menjalankan tugas yang diberikan tuan besar!"
"Sialan! Kalian itu cuma babu dan gue majikan kalian, gue yang anak kandung papa! Bukan Alvaro!"
"Maaf Nona. Saya harap anda tidak melakukan hal yang berbahaya lagi, kami pamit, Nona!"
"Son, jaga bergantian di depan kamar Nona!
"Siap, Ketua!"
"Hahahahah kalian semua itu udah ditipu sama Bajingan tengik itu... sialan kalian!"
Namun, teriakan Rabella itu tak berguna sama sekali.
Pintu kamar Rabella sudah tertutup rapat. "Sialan!! Sialan!"
Rabella masih memaki, hingga membuat Putri yang ada di ranjang dengan seluruh tubuh ditutupi selimut, langsung terkejut.
"Nona? Anda gagal kabur?" Putri langsung beranjak dari ranjang, beralih mendekati Rabella yang masih mencak-mencak.
"Nona," pekik Putri, sedetik setelah dia mendekati Rabella, wanita muda itu akhirnya ambruk, tak sadarkan diri.
***
Hotel, tempat acara pernikahan Alvaro dan Mika diselenggarakan.
Mika sejak tadi mengerutkan keningnya, bibirnya camberut.
Kesal karena Alvaro harus pergi tepat, setelah acara ijab qobul. Belum lagi Mika juga terkejut dengan permohonan Alvaro untuk menikahi Rabella. Di hari bahagia mereka, malah banyak sekali masalah yang terjadi.
"Sayang, jangan cemberut terus... Malu dilihatin sama tamu-tamu yang lain." Mama dari wanita yang jadi pengantin hari ini, memberikan nasihat.
Tapi nasihat dari mamanya itu tak dapat menenangkan kegelisahan hatinya sama sekali.
Alvaro, laki-laki yang menjadi suaminya sudah pergi cukup lama dan belum kembali lagi.
Mika jadi sendirian di pelaminan sekarang, uring-uringan sendiri.
"Lah tadi kamu juga iyain aja pas alvaro mau pergi, Kok sekarang kamu sendiri yang uning-uringan. Udah tenang aja, Mama yakin kalau bentar lagi Alvaro juga baik disini. Kalian baru nikah loh hari ini, jangan terlalu posesif sama Alvaro. Nanti kalau dia risih dan cari wanita lain gimana?"
"Tapi ini kan udah kelamaan, Ma... Lagian mama udah telat, Alvaro juga udah nikahin Rabella. Ish kesel banget, Rabella itu emang ya, gak bisa kihat orang lain bahagia dikit. Untung aja Kak Lyan ga jadi nikah sama dia, aku jijik banget punya kakak ipar kayak dia."
"Iya kamu benar. Mama juga beruntung gak jadi punya menantu kayar dia," timpal Rani, mamanya Mika.
"Ck, tapi dia malah jadi istri keduanya Alvaro, Ma!" rengek Mika.
"Kamu tenang aja, Sayang. Papa sama Mama bisa urus Rabella supaya dia bisa cepat cerai dari Alvaro. Kamu fokus aja sama Alvaro, pastikan dia gak berpaling dari kamu!"
"Bener ya, Ma?"
"Iya bener dong, Sayang! Emang apa sih yang gak bisa Mama kabulkan buat kamu?"
"Heem, sayang deh sama Mama."
"Mama juga, eh tuh kan.. Alvaro udah datang! Mama tinggal kе tempat papa kamu dulu ya, baik-baik sama Alvaro! Jangan cemberut terus." Mika mengangguk, setelah itu Rani langsung meninggalkan anaknya sendiri.
Alvaro kembali, senyum Mika juga kembali mengembang. Seolah melupakan fakta bahwa Alvaro baru saja meninggalkannya di acara penting mereka.
"Sorry yah, aku lama tadi urusannya. Jalanan juga cukup macet."
Alvaro tersenyum lembut, sembari mengusap pipi Μika. Membuat pengantin wanita itu tersipu malu, dengan apa yang dilakukan Alvaro barusan.
Lagi pula, wanita lain juga pasti memberikan respon yang sama. Jika berada di posisi Mika.
Menikah dengan pria yang dicintai dan dicintai oleh pria yang dicintainya ini. Bukankah hidup Mika bisa disebut penuh keberuntungan?