Amanda Theresia, begitu populer seangkatan sekolahnya. Kepopulerannya bukan hal yang istimewa melainkan karena dia terkenal dengan images buruknya. Namun, siapa sangka gadis dengan image buruk itu justru menjalin hubungan dengan laki-laki baik. Begitu berbanding terbalik dengan dirinya. Bagaimana awal dan akhirnya nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
"Kamu keterlaluan, Nuel!" Marah Amanda yang kini sudah menatap Imanuel dengan tatapan tajam.
"Kenapa sih? Biasanya aku cium juga udah biasa buat kamu." Bingung Imanuel
"Tapi ini dilihat banyak orang bangsat, gila aja lo." Kesal Amanda yang masih dengan nada amarahnya. Bagaimana Amanda tidak marah sedangkan kelakuan yang dilakukan Imanuel saat menciumnya di kantin tadi dilihat banyak orang termasuk kekasihnya, Jeremi.
"Kalo cuma ada kita berdua sih gak masalah, tapi ini dilihat sama anak-anak satu kantin Imanuel."
Imanuel menghela napas. "Kenapa emang? Apa yang salah? Atau kamu punya pacar?" tanya Imanuel yang membuat Amanda gelagapan.
"Ya—ya, gak gitu juga. Aku ngerasa nggak enak aja sama cewek-cewek yang suka sama kamu dan kalo aja kamu punya pacar kan abis gue."
Imanuel menyeringai kecil dan menatap Amanda yang terlihat tidak biasanya. "Berapa kali harus aku bilang kalo aku ini nggak punya pacar Amanda dan kamu tau aku nggak pernah pedulikan cewek-cewek nggak jelas itu." Jelas Imanuel yang entah sudah sering Amanda dengar.
"Pokoknya jangan cium-cium aku ditempat umum. Titik. Aku bener-bener nggak nyaman." Pinta Amanda seperti tidak ingin dibantah.
"Iya-iya, maafin aku ya." Kalah Imanuel dengan memeluk dan mengusap rambut Amanda.
"Berarti kalo cuman kita berdua boleh dong kan?" tanya Imanuel dengan siratan menggoda berhasil membuat Amanda mengatupkan bibirnya rapat dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Imanuel.
Melihat tingkah Amanda membuat Imanuel tersenyum gemas sendiri. Mengangkat wajah Amanda guna melihat wajahnya, memberikan kecupan di seluruh wajah Amanda, dan kecupan terakhir mendarat di bibir membuat Amanda terdiam membeku dengan apa yang dilakukan Imanuel.
Amanda menatap mata Imanuel yang juga menatapnya, keduanya saling menatap dengan Imanuel yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Amanda. Semakin dekat, dekat, dan.... Amanda menyadarkan dirinya dan langsung memalingkan wajahnya ke kanan kala hidung keduanya sudah saling bersentuhan.
Imanuel mendesah kecewa karena tidak bisa melumat bibir yang selama ini sudah menggoda dirinya. Namun dirinya juga merasa bersalah karena sudah kelewat batas.
"Sorry, maafin Da, aku..." ucap Imanuel menunduk penuh sesal. Mau sebesar apapun rasa kekecewaannya tetap tidak akan sebanding dengan rasa bersalahnya.
Amanda mengangguk mengerti berujung dirinya melamun menatap Imanuel yang menunduk bersalah. Bagaimana bisa dirinya menyia-nyiakan orang seperti Imanuel dan malah memilih Jeremi. Entahlah hanya saja, Amanda menyukai Jeremu bukannya Imanuel.
...****...
Jeremi menyeringai kecil dan menatap Amanda tajam. Terlihat dimatanya kini ia sedang dalam sedang tidak baik-baik saja. Kilatan amarah terlihat berkobar didalam sana membuat Amanda menatap takut-takut pada kekasihnya ini.
"Aku udah marahin Imanuel kok. Dia janji nggak bakalan cium-cium lagi, udah ya." Beritahu Amanda yang kemungkinan presentasi keberhasilan hanya sedikit saja.
"Aku udah diemin tuh cowok waktu berani-beraninya rangkul pinggang kamu Amanda, tapi sekarang apa? Malah makin menjadi-jadi." Kesal Jeremi dengan napas yang menggebu-gebu.
"Ya terus mau gimana lagi?"
"Aku udah peringati Imanuel dan dia udah ngaku salah Jer."
"Nggak usah sebut nama sialan itu, bangsat!!" Teriak Jeremi yang berhasil membuat Amanda kaget.
"Aku nggak suka ya kamu teriakin aku begini Jeremi!" Marah Amanda mengingatkan.
"Aku juga nggak suka sama tuh cowok. Kalau perlu kamu jauh-jauh dari dia bisa, kan?!"
Amanda tahu dan mengerti bagaimana bisa Jeremi semarah ini. Siapapun juga akan bersikap demikian jika kekasihnya dicium laki-laki lain tepat didepan matanya.
"Maaf," ucap Amanda terlebih dahulu berharap agar Jeremi sedikit meredamkan emosinya.
"Kenapa minta maaf? Emangnya kamu ada salah, hmm?" tanya Jeremi datar dengan tangan yang mengusap pipi kiri Amanda.
Damn!! Amanda menggigit bibir bawahnya sensual menatap Jeremi. Amanda memang gila, Amanda gila karena menyukai sosok Jeremi yang seperti ini. Jika sudah seperti ini, sudah dipastikan bahwa mereka akan berakhir dengan kekasaran.
Amanda memang menyukainya, tapi jika memikirkan akhirnya membuat Amanda meringis dan geleng-geleng kepala. Setelah hukuman yang diberikan Jeremi selalu membuat Amanda tidak bisa berjalan dan badannya terasa remuk. Untuk memulihkan butuh dua atau tiga hari agar Amanda terlihat seperti biasanya.
Jeremi kembali mengeluarkan seringainya. Sepertinya kekasihnya ini sangat menyukai hukuman yang selama ini sudah pernah diberikannya atau bahkan kekasihnya ini bahkan menunggu untuk diberikan hukuman.
"Sayang..." Panggil Jeremi dengan suara seraknya dan menjilat bibirnya yang terasa kering.
"Nggak ada!! Nggak usah mikir yang aneh-aneh," ujar Jeremi dengan suara yang keras mengetahui isi kepala kotor kekasihnya. Amanda melengkungkan bibirnya ke bawah cemberut meskipun didalam hatinya bersorak sedikit senang.
"Iya aku juga salah karena biarin dia. Tapi tetep aja dia temen aku Jer, kamu nggak bisa ngelarang aku berteman sama siapapun."
"Temen apaan kayak gitu."
"Beneran deh udah dia nggak akan cium-cium lagi."
Amanda mendekatkan dirinya ke Jeremi sembari membuka kancing seragam sekolahnya dengan gerakan yang amat sangat pelan seperti gerakan slowmo berusaha menggoda Jeremi.
"Bangsat!!! Nggak usah ngalihin permasalahan bego! sange kamu, bangke." Teriak Jeremi berusaha agar tidak tergoda.
Jeremi tidak akan memberhasilkan niat Amanda mengalihkan permasalahan dan meminta maaf dengan cara yang selalu Amanda lakukan. Namun sialnya cara itu selalu berhasil karena Jeremi tidak pernah bisa menolaknya