NovelToon NovelToon
Bunian Cinta Yang Hilang

Bunian Cinta Yang Hilang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Mata Batin
Popularitas:428
Nilai: 5
Nama Author: Ddie

Perjanjian Nenek Moyang 'Raga'' zaman dahulu telah membawa pemuda ' Koto Tuo ini ke alam dimensi ghaib. Ia ditakdirkan harus menikahi gadis turunan " alam roh, Bunian."

Apakah ia menerima pernikahan yang tidak lazim ini ? ataukah menolak ikatan leluhur yang akan membuat bala di keluarga besarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ddie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

Bus tua itu bergerak pelan seperti makhluk purba yang dipaksa bangun dari tidur panjangnya. Setiap kali roda masuk lubang, badan bus bergemeletuk tulang rapuh yang dipaksa menahan beban. Ngiiik… ngook… ngiiik ngook—suara mesin serak itu memantul ke seluruh bodi kendaraan, rintihan dari tenggorokan besi yang tersiksa. Asap hitam keluar dari knalpot, menebal di udara yang lembap dan panas. Baunya pahit, menusuk arang basah terbakar di kuali tua.

Raga sudah hampir 20 jam duduk di kursi yang busanya sudah tinggal menjadi legenda. Per-nya menonjol menyentuh kulit, membuat panas, geli digigit semut api. Ia memilih bus malam karena berharap bisa tidur… tapi setiap kali matanya hendak terpejam, bus menubruk lubang, rem berteriak, dan getaran keras menggelinding dari lantai ke tulang belakang.Tidur hanya menjadi mimpi, bahkan di dalam mimpi.

Udara di dalam bus tebal. Keringat penumpang bercampur dengan bau rokok murahan yang tak pernah padam, membuat dada Raga sesak. Di luar jendela, bayangan hutan sawit dinding hitam yang tak berujung. Sunyi. Mengerikan. Kadang, Raga melihat sesuatu bergerak di antara batang-batang pohon—entah bayangan orang, entah hanya imajinasi yang lahir dari lelah.

Perjalanan ini tidak kurang dari 48 jam.

Dan ia baru melewati setengahnya.

Ketika bus memasuki Palembang, lampu-lampu kota muncul cahaya oasis setelah malam yang panjang. Raga turun. Bau pesing dari toilet umum menusuk keras menampar wajahnya. Ia mencuci muka dengan air dingin memecahkan batu panas di kulitnya. Di warung dekat pom bensin, ia makan pempek lenjer dengan cuko pedas membakar tenggorokan, tapi justru membuat tubuhnya terasa hidup lagi.

Namun pikirannya tetap gelisah.

Suara telepon Ibu seminggu lalu terngiang dengan jelas—terlalu jelas, seolah masih berdengung di telinganya.

“Ayahmu… dua hari tak ke ladang. Badannya panas, menggigil. Dan dia menyebut namamu, Raga. Berkali-kali.”

Cara Ibu mengucap nama itu waktu itu… membuat Raga merinding, ada nada aneh.

nada takut.

Ayah jarang sakit. Bahkan demam sehari pun tidak pernah. Ia tanah yang tak pernah menyerah pada hujan. Tapi sekarang—mengigau, memanggil namanya terus-menerus, seolah ada sesuatu yang hendak disampaikan dan tak sempat diucapkan.

“Ibu takut kalau terjadi sesuatu…”

Kalimat itu, yang biasanya hanya jadi ancaman dramatis, kali ini terasa nyata. Terlalu nyata.

Selama bus melaju kembali, Raga mencoba tidur. Tapi saat matanya tertutup, ia mendengar suara lain di antara derit mesin—parau, jauh, seperti dari dasar sumur.

“Gaa…”

“…Raga…”

Ia tersentak bangun, memandang penumpang lain. Tidak ada yang memperhatikannya. Tidak ada yang bicara. Bus terus melaju, menembus gelap.

Raga mengusap wajahnya, mungkin hanya lelah, mungkin hanya bayangan.

Tapi hatinya tidak sepenuhnya percaya

menatap ke luar jendela. Pohon-pohon tinggi berdiri penjaga sunyi. Awan gelap menggantung rendah, seolah mengikuti perjalanan bus itu, membayangi dari kejauhan.

Di dalam dada Raga, ada sesuatu yang berdenyut—campuran rindu, cemas, dan firasat buruk yang tak bisa dijelaskan. Seakan ada benang halus yang menariknya pulang, semakin kencang tiap kali mencoba mengabaikannya.

Ada yang menunggu di rumah.

Entah kabar baik…atau sesuatu jauh lebih kelam dari sekadar sakit demam.

Matahari terbit perlahan, tapi cahayanya terasa pucat, dingin.

Raga memejamkan mata dan berdoa. Bukan lagi sekadar agar Ayah sembuh—tapi agar apa pun yang menunggunya di rumah, cukup kuat untuk menghadapinya.

Perjalanan masih panjang. Dan entah kenapa, Raga merasa semakin dekat dengan rumah… semakin dekat pula dengan sesuatu yang gelap namanya belum berani ia sebutkan.

1
ayi🐣
semangat thor ayo lanjut/Awkward//Scream/
Ddie
Dapat kah cinta menyatu dalam wujud dimensi Roh ? Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari? Novel ini mencoba mengangkat dimensi ' Bunian' jiwa yang tersimpan dalam batas nalar, '
Rakka
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!