NovelToon NovelToon
Putraku Menggila

Putraku Menggila

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Bad Boy / Keluarga / Teen School/College / Anak Yang Berpenyakit / Idola sekolah
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rere Lumiere

Bima, seorang mahasiswa semester akhir yang stres kerena skripsi nya, lalu meninggal dunia secara tiba-tiba di kostannya. Bima kemudian terbangun di tubuh Devano, Bima kaget karena bunyi bip... bip... di telinganya. dan berfikiran dia sedang mendapatkan hukuman dari Tuhan.

Namun, ternyata dia memasuki tubuh Devano, remaja berusia 16 tahun yeng memiliki sakit jantung dan tidak di perdulikan orang tuanya. Tetapi, yang Bima tau Devano anak orang kaya.

Bima yang selama ini dalam kemiskinan, dan ingin selalu memenuhi ekspektasi ibunya yang berharap anak menjadi sarjana dan sukses dalam pekerjaan. Tidak pernah menikmati kehidupan dulu sebagai remaja yang penuh kebebasan.

"Kalau begitu aku akan menikmati hidup ku sedikit, toh tubuh ini sakit, dan mungkin aku akan meninggal lagi," gumam Bima.

Bagaimana kehidupan Bima setelah memasuki tubuh Devano?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[6] Dekorasi Kamar

Devano kini menjinjing tas belanjaannya di kiri dan kanannya dengan senyum bahagia, dia berjalan kearah luar mall itu. Namun, tubuh berhenti dan mata nya melirik pada penjual figura dan perlengkapan cosplay.

"O ya, Gue lupa kamar gue harus ada pajangan seperti itu, Gue harus liat," gumam Devano menuju kearah sana.

Tidak berselang lama, dia sudah sampai di hadapan kios yang ramai sesak dengan beberapa cosplayer yang sedang melihat jualan kios itu.

Devano kemudian melihat tombak yang seperti nya untuk cosplay, namun Devano tertarik dengan benda itu yang nampak asli.

"Kak, gue lihat tombak ini," ujar Devano menujuk tombak itu pada penjaga toko yang sedang berdiri di dekat stan.

"O iya kak, barang ini asli loh, kakak mau beli," jawab penjaga toko itu mengosok tangannya dengan kasar seraya tersenyum simpul pada Devano.

"Gue mau coba dulu, bisa kan?" tanya Devano.

"Ini barang asli, kami tidak bisa mengeluarkan nya dari kacanya," ucap pelayan toko itu meringis mengangkat bibirnya sedikit seperti tidak dengan suka keinginan Devano.

"Oke kalau gitu, apa dengan kartu ini, gue bisa beli barang yang gue mau?," ujar Devano menujukkan black card miliknya pada penjaga toko itu.

"Black card seperti di anime-anime crazy rich itu," cicit penjaga toko itu, kini tangannya gemeteran ingin mengambil black card dari tangan Devano.

Setelah penjaga toko itu mengambil kartunya, dia pun berkata, "Sekarang apa gue boleh coba," ujar Devano.

"Tentu saja, ada lagi yang kakak mau beli?" tanya penjaga toko itu kini terlihat bersemangat.

"Gue mau ambil semua koreksi figura di tempat lo satu persatu," jawab Devano menujuk semua pajangan di kios itu.

"Et… tapi gue nggak mau yang baju seksi, yang seksi di skip," tolak Devano ketika penjaga toko itu, ingin mengambil salah satu figura perempuan seksi namun Devano menolaknya dan dengan lesu pria itu mengembalikan nya.

Penjaga toko itu lebih dulu memberikan tombak yang sangat di inginkan oleh Devano, Devano mengenggam tombak itu seperti sangat mahir mengunakan. Dia melihat dari atas ke bawah, kemudian mutarnya seratus delapan puluh derajat di samping kanannya.

Semua orang yang berada di sana terpukau, "Wah!"

Devano lalu memutar menuju kearah belakang tubuhnya dan dengan cepat tangan kiri nya mengambil kendali tombak itu dan memutar ke atas.

"Wah… dia ini Jendral Ming atau raja naga ya," ucap salah satu pengunjung bertepuk tangan atraksi Devano.

"Kak, hati-hati mengunakan barang ini, bisa berbahaya," ancam penjaga toko itu kerana barang yang Devano beli adalah barang asli bukan replika.

"Ya gue tau, gue cuma mau coba sedikit," kata Devano mengambil kartunya kembali dari tangan penjaga toko.

Sedangkan di tempat lain, terlihat seseorang memandangi Devano dari jauh seperti tidak suka nampak jelas dari kerutan matanya, dia sedang sangat murka.

"Eh, Arsen bukan nya anak itu, anak yang sering lo ganggu itu kan, kenapa dia ada disini, yak?" tanya Vino menyenggol bahu Arsen dan terkekeh tidak jelas ketika Arsen berhenti.

"Gue nggak tau ngapain lo tanya gue, emang gue siapanya," gerutu Arsen memalingkan wajahnya.

"Ya kali, mungkin lo mau jahilin dia kan, Sen,"

"Udah lah ngapain juga ngurusin tuh anak," ujar Damian tidak ingin terprovokasi dengan Vino yang memang suka memancing emosi Arsen untuk berbuat hal buruk.

"Yah, aneh aja kalo, Dam, dia selalu pakai seragam lusuh itu dan sepatu yang menganggap, bisa belanja di mall ini, sebanyak itu lagi," ujar Vino makin mengompori.

"Udah biarin, ngapa dah sibuk amat? siapa tau dia dapat donasi," ketus Damian menoleh kearah Devano.

"Kayaknya jadi simpenan om-om, hahaha…" kekeh Vino yang seperti tusukkan jarum di telinga Damian, sangat menyakitkan namun apa mau dia kata Vino tetap lah teman mereka.

Sedangkan Arsen mencengkram tangan kuat dan menatap nyalang pada Devano, "Awas lo di rumah nanti, lo bakalan dapat batunya," geram nya dalam hati.

*

*

Beberapa jam kemudian, akhirnya semua yang Devano inginkan sudah ada di tangannya, dia pun menuju ke lantai atas untuk pergi ke kamarnya yang sesuai persetujuannya dengan Sebastian.

Lima belas menit yang lalu dia bertemu dengan Sunarti yang menghampirinya dari ruang dapur, terlihat wanita tua itu mengelap tangannya yang sedikit basah.

"Aden, sudah pulang, bibi di minta membersihkan kamar kosong di atas, katanya untuk Aden, Bibi baru sapu dan pel saja tadi," ujar Sunarti menyeka keringatnya yang ada di ujung pelipis nya.

"Sudan tidak papa, Bi, Devano akan lihat dulu, kalau aku bisa, akan di kerjakan sendiri kalau tidak nanti panggil tukang," jawab Devano tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, Bibi, akan kembali kedapur, tapi jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan panggil bibi," tawar Sunarti menujukan jempolnya kearah dapur.

"Okey Bi," Devano mengarahkan tangan ke depan dan membentuk gerakkan bulat di jarinya, kemudian menganggukkan kepala nya.

Setelah itu Sunarti meninggalkan tempat itu, dan Devano menuju ke lantai atas ketempat yang Sunarti katakan tadi. Hingga sampai Devano ke pintu yang berwarna coklat yang gagangnya terlihat baru namun sangat jelas kamar itu tidak pernah di pakai.

"Astaga sepertinya kamar ini tidak pernah di pakai, tapi malah membuat anak mereka tidur di gudang, sangat kejam," gumam Devano sembari menggelengkan kepalanya.

Selepas itu, Devano kemudian membuka pintu itu terasa debu halus menempel di tangannya, namun Devano tidak memperdulikan nya.

Sehabis membuka pintu terlihat lah Kamar itu kosong, ada satu ranjang dengan kasur king size yang terpasang di atas ranjang itu selebihnya kosong seperti tidak pernah di tinggali.

Devano menarik nafas sejenak kemudian menjatuhkan barang-barangnya di lantai kamar itu, dia memegang pinggang nya dengan tangannya, melihat kesan kemari, apa yang harus dia susun terlebih dahulu.

"Mungkin gue cuma perlu ngecat temboknya, semua nya nampak terawat, jadi ini cukup mudah," lirik Devano pada sekitaran ruangan itu.

Devano mulai mengerjakan semua yang dia mampu, karena selama ini dia hidup untuk mandiri dan tidak membutuhkan orang lain sehingga dia sudah terbiasa.

Devano menarik lengan baju nya ke arah atas, dan membuka tirai lebih dulu agar udara masuk kedalam ruangan, dan mulai mengecat tembok nya dengan cat drak gery, kemudian memasang rak-rak di ruangan itu.

Namun, jantung nya terasa sesak, dia mencoba menghirup udara sebanyak mungkin, "Padahal gue baru kerja dikit, udah bengek kayak begini, kenapa dah sama tubuh ini?"

Devano memudarkan tubuhnya kearah ranjangnya. Lalu, merebahkan tubuhnya di atas ranjang itu. Memejamkan matanya sejenak mencoba menetralkan jantung nya yang bedebar-debar kencang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!