NovelToon NovelToon
SHE LOVE ME, I HUNT HER

SHE LOVE ME, I HUNT HER

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dokter / Transmigrasi / Idola sekolah
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.

Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.

Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?


cover by perinfoannn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Secret Angel

Menyadari ada yang aneh, Larast mengurungkan niat membahas masa depan dengan Aries.

“Apa?” Agatha menepuk bahu kanan Larast.

“Nggak jadi, aku mau pulang.” Larast bangkit dari duduknya.

“Eit, jangan bikin penasaran.” Agatha menarik pergelangan tangan kanan Larast.

Larast menunduk. Sentuhan Agatha membuatnya berdebar. Untuk menyembunyikan, Larast menginjak sepatu kanan Agatha keras-keras, “Jangan pegang-pegang!”

Agatha segera melepaskan cengkeramannya.

“Kamu preman atau anggota gangster? Badan penuh luka!” Agatha menunjuk satu per satu luka di tangan Larast.

“Cih, bukan urusan loe! Gue ada urusan,” sahut Larast.

Agatha menarik tas Larast, menahan langkahnya.

“Lepasin! Gue udah telat!” Larast menarik tasnya kuat-kuat hingga terlepas dari tangan Agatha.

“Mau ke mana? Busnya udah sampai.” Agatha mendorong pundak Larast dari belakang. Keduanya masuk bus dan duduk bersebelahan.

“Aku bayarin, Rast. Udah duduk! Daripada lari terus, emang kamu atlet maraton?”

Sesekali mereka saling melirik, lalu membuang muka, dan melirik lagi.

“Rast…” Agatha menoleh, hendak menatap wajah Larast, tapi Larast langsung membuang muka ke jendela.

“Em…” Larast hanya berdehem.

“Ada yang sakit, selain tangan? Muka pucat gitu?” Agatha mencoba menyelidiki penyakit Larast, mengingat di masa depan Larast menderita leukemia.

“Ada?” jawab Larast tanpa menatap Agatha. Dadanya berdebar kencang, hingga ia menekan nya kuat-kuat dengan tasnya.

“Apa, Rast? Coba aku periksa.” Agatha tampak antusias, jiwa dokternya bersemangat menerima pasien.

“Dompet gue,” sahut Larast.

Agatha mengernyit, lalu menelan ludah kesal, “Selain dompet, maksudnya di dalam diri gitu. Pusing kah? Mimisan? Nggak nafsu makan?”

“Nggak ada, sakit gue cuma di dompet, titik!” Larast bangkit, lalu mengetuk jendela bus. “Bang, stop, Bang!”

Bus berhenti. Larast mendorong kaki Agatha agar ia bisa keluar, “Minggir!”

“Rumahmu dekat sini, Rast?” tanya Agatha penasaran.

“Ah, diem berisik! Terimakasih untuk ini.” Larast segera keluar dari kerumunan penumpang, lalu keluar dari bus.

Agatha melihat Larast dari jendela, menatap sebuah resto yang dimasuki Larast. “Makan siang, mungkin,” batin Agatha.

Sementara di dalam, Larast langsung menuju ruang ganti. Memakai seragam resto dan celemek. Tangannya siap bertanding di bawah kucuran air keran dan tumpukan piring kotor.

Setelah bangkit dari kematian, ia perlahan mengingat apa saja yang ia lakukan di November 2004.

Saat kembali ke rumah kemarin, ia membuka buku harian yang sering ia tulis untuk menuangkan kesehariannya. Tertulis jika hari-harinya membosankan sebagai pencuci piring di resto.

Karena itu, ia mulai pulang sekolah hari ini kembali ke resto untuk mendapatkan uang, sambil memikirkan jalan keluar lain. “Tidak mungkin, aku kembali ke masa lalu hanya untuk mencuci piring. Pasti ada hal lain yang bisa kulakukan!”

Larast menatap tangannya yang lebam. Dulu, ia hanya gadis lemah yang menjadikan tubuhnya tameng untuk melindungi ibunya dari pukulan kakak laki-lakinya yang brengs*k.

‘Kali ini aku tidak akan diam saja!’

‘Akan ku pastikan dia masuk penjara!’

Harapan buruk seorang adik pada kakaknya. Namun, Larast lakukan agar hidupnya tidak sengsara seperti dulu. Yang hanya diam, dengan tekanan dari kakaknya dan menyembunyikan kejahatan kakaknya demi sebuah label ‘persaudaraan’.

Setelah hampir 7 jam bekerja, waktu pulang tiba. Seperti biasa, Larast membawa dua kantong plastik berisi lauk dari restoran untuk makan malam bersama ibunya.

Namun, kali ini kebahagiaan lebih didapatkan karena dia mendapatkan tambahan uang transport yang bisa digunakan untuk naik bus menuju pulang ke rumah.

Dengan langkah tergesa-gesa, saat melihat bus datang, Larast segera berlari. Namun, seseorang tanpa sengaja menyenggol sikunya hingga membuat lauk yang ia bawa terjatuh.

Ditambah, penumpang lain yang ingin masuk berdesak-desakan hingga menginjak kantong plastik yang ingin ia ambil.

Melihat makanan itu berhamburan keluar dari plastik, Larast pun meninggalkannya.

Mendengus kesal karena uang di tangannya hanya cukup untuk naik bus malam ini dan bekal besok pagi. “Akh…”

Perjalanan pulang pun diliputi rasa kecewa. Ia mengeluarkan beberapa koin dari kantong seragamnya. “Ini untuk beli makanan besok, malam ini makan mi instan lagi aja, ya?” pikirnya.

Menarik napas dan mencoba menenangkan pikirannya, Larast mengamati lampu sepanjang jalan saat bus melewatinya. “Semua terlihat sama saja, lalu untuk apa aku hidup lagi?”

Tiba di depan gang, Larast turun dari bus. Berjalan gontai, mengusap perutnya yang perih karena tidak makan siang di sekolah, dan di resto pun hanya bisa mencicipi diam-diam sedikit makanan karena terus diawasi anak pemilik resto.

“Akh… kenapa harus hidup, jika lagi-lagi menderita!” teriak Larast, memasuki lorong gang sepi menuju rumahnya.

Seorang wanita paruh baya berdiri di depan rumah kontrakannya. Ia melihat ibunya menunggunya sambil melambaikan tangan dengan senyum tanpa kata.

Larast menyambut senyum ibunya dan membalas lambaian tangan itu. Dia bergegas berlari ke arah ibunya.

“Sudah aku katakan, Ibu di dalam saja,” kata Larast, merapikan sweater ibunya.

“A.. a.. a.” Ibunya memberikan jawaban sesuai batas kemampuannya berbicara.

“Ibu sudah makan?” tanya Larast.

Ibunya mengangguk. Namun, Larast tahu ibunya berbohong.

“Aku akan buatkan mi, aku masih menyimpan dua di dalam lemari.”

TENG!

TENG!

Saat keduanya akan membuka pintu, suara berisik di depan pagar membuat Larast menoleh.

“Ibu tunggu sebentar, sepertinya ada sesuatu di luar,” ucap Larast, mendekat ke arah pagar.

GUBRAK!

Meong… suara kucing memecah keheningan.

Larast melihat kanan-kiri, tampak sepi. Saat akan menutup pintu pagar, dia melihat dua kantong plastik tergantung. Larast mengambilnya karena penasaran. Ia terkejut melihat satu styrofoam berisi buah-buahan, dan dua kotak makanan cepat saji berisi nasi dan ayam.

“Hah? Siapa yang menaruh ini?” Larast kembali penasaran dan menoleh kanan kiri lagi. Namun, tidak tampak siapa pun.

Dia menyentuh kotak makanan itu, terasa hangat dan ada aroma harum rempah dari balik kotak.

“Apa ini dari malaikat?” gumamnya. Tanpa pikir panjang, senyumnya merekah dan membawa dua kantong plastik itu masuk ke dalam rumah.

⚔️⚔️⚔️⚔️⚔️⚔️

Flashback On (POV Agatha)

Setelah Larast keluar dari bus, Agatha berniat mengikuti gadis plester itu. Dia masih penasaran dengan kehidupan Larast.

Ketika memasuki resto, Agatha duduk di salah satu kursi. Setelah memesan 3 gelas lemon tea, dia tidak melihat keberadaan Larast di antara pengunjung.

Akhirnya Agatha menanyakannya pada seorang pelayan. Pelayan itu mengatakan jika Larast bekerja di bagian dapur dan pulang pukul 11 malam.

“Hah? Pantas,” gumamnya.

Agatha baru menyadari jika Larast hidup dalam kekurangan ekonomi.

Setelah meneguk 3 gelas terakhir lemon tea-nya, Agatha pulang ke rumah. Dia memikirkan lagi caranya menyelesaikan teka-teki di hidupnya sekarang.

‘Kedatangannya ke masa lalu untuk menyelamatkan ibunya? Atau menyelamatkan Larast?’ Mengingat saat membaca buku harian Larast, gadis itu menulis semua kesakitannya dan rencana untuk bunuh diri berulang kali.

Agatha mengamati jam dinding kamarnya, sambil terkantuk-kantuk dia bertahan terjaga untuk menemui Larast usai pulang kerja.

Ketika hampir jatuh ke alam sadar, suara jam beker membuatnya terkejut.

Agatha melihat jam pukul 10 malam, dia bergegas memakai jaketnya dan keluar dari kamar.

“Mau ke mana?” tanya ayahnya yang baru saja pulang, tengah berada di ruang makan bersama ibunya.

Agatha menggaruk pelipisnya, memikirkan alasan. “Hanya keluar sebentar.”

Agatha melihat tumpukan makanan kotak di meja makan. Dia tersenyum, memikirkan hal lain yang terbesit.

“Ibu, aku mau ini!”

“Ya sudah, makan saja.”

Agatha menoleh kanan kiri, kemudian membuka lemari es. Dia melihat sekotak styrofoam berisi potongan buah. Dia pun mengambilnya.

Kemudian, memasukkan dua kotak makanan dan potongan buah ke kantong plastik.

“Mau kamu bawa ke mana?” tanya ibunya, menjewer telinga kanan Agatha.

“Ah… ah, sakit.” Agatha meringis kesakitan.

“Aku mau nonton bola bareng Reza sebentar, takut laper jadi bawa bekal sekalian,” jawab Agatha.

“Jangan lama-lama, cepat pulang!” ujar ayahnya.

“Siap, Ketua!” sahut Agatha, kemudian bergegas keluar rumah. Dia berlari menuju halte bus.

Tiba di depan resto tempat Larast bekerja, Agatha yang akan turun dari bus mengurungkan niatnya setelah melihat Larast akan naik.

Agatha kembali ke tempat duduknya, kemudian menutup kepalanya dengan topi jaketnya.

Matanya melirik ke arah jendela, ketika melihat Larast terlihat frustrasi ketika barang yang dibawanya jatuh ke tanah.

Kemudian Larast naik ke dalam bus, Agatha kembali menarik topinya. Dia mengamati wajah lelah Larast dari pojok kursi, sedang Larast berdiri di antara penumpang yang saling berdesakan.

“Apa dia tidak capek? Pulang larut malam seperti ini?” gumam Agatha.

Beberapa menit kemudian, Larast turun dari bus. Agatha pun ikut turun, dan mengawasi Larast dari kejauhan.

Dia melihat Larast seperti orang tidak waras, berteriak sendiri dan tertawa sendiri membicarakan nasibnya.

“Ck, astaga.” Agatha geli sendiri.

Kemudian, Agatha melihat Larast melambaikan kedua tangannya sambil melompat dengan wajah bahagia. Seolah gambaran rasa lelah itu berubah tiba-tiba menjadi bahagia.

“Ah… dia pandai menyembunyikan segalanya,” gumam Agatha lagi.

Agatha menunduk melihat makanan yang dibawanya, namun ia masih malu jika harus berterus terang untuk memberikan ini semua kepada Larast. Takut jika gadis yang selalu berbicara kasar itu memakinya.

Setelah Larast masuk melewati pagar, Agatha segera berlari. Namun, karena jalanan menanjak dan licin, Agatha pun terjatuh.

“Ah…” Dia meringis kesakitan. Tapi untung saja masih bisa menyelamatkan makanan yang dibawanya. Agatha segera menggoyangkan gembok pagar, sebagai tanda ada sesuatu yang ditaruh di pagar.

Melihat Larast kembali menuju pagar, Agatha segera berlari karena kebingungan. Ditambah tidak ada lampu jalan di depan rumah Larast, membuat pandangan mata Agatha sedikit buyar.

GUBRAK!

Dia menabrak beberapa kantong plastik dan tumpukan dus di tempat sampah.

Mendengar langkah Larast, Agatha segera menutup wajahnya dengan dus.

“Meong,” ucapnya, berusaha meniru suara kucing agar Larast tidak mendekat.

Flashback Off

Bersambung.

1
ig:@kekeutami2829
jan2 org2 yg punya masalah sama kakak mu rast
ig:@kekeutami2829
bandel lo ries.

eh itu jmnya nyla lgi sprt waktu dia mau pergi ke masa lalu ya .
ada apa iti?
Drezzlle: jamnya nyala kalau Larast bahasa dan butuh melintasi waktu
total 1 replies
kalea rizuky
author kayaknya pro rena ya/Sleep/
Drezzlle: Keliatan ya 🤣
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
awas copot tu jantung🤭🤭🤭
Wida_Ast Jcy
Enak aja lu bilangin bau
Bulanbintang
Sat set banget, Ris.
Bulanbintang
Makanya, baik-baik sama donatur.😌
Shin Himawari
Yang suka genre time travel merapat sini! Penulisannya rapih dan alur ceritanya seru. Bagus juga yang suka judo karena ada istilah istilah judonya buat belajar. Ganbatte terus berkarya kak Dre 💪💪🤍
Drezzlle: terimakasih
total 1 replies
TokoFebri
jangan memasukkan nama gadis itu lagi riess.. nanti gak ada gunanya dong kamu transmigrasi?
Shin Himawari
Sabar ya Aga-kun, biasanya cewe cuek diawal nanti juga luluh kalo terus diperhatiin🫣
Shin Himawari
cuma diajak ngobrol aja kook santai dooong larast🤣
mama Al
apa ini kerjaan kakaknya Laras
mama Al
bener Bu omelin tuh di kasih tahu ngeyel
kim elly
jemput ries
kim elly
😭😭😭ya ampun nangis baca nya
kim elly
larast sumpah kamu tuh kayak aku jaman dulu 😩😩
Drezzlle: Berasa lagi baca buku harian kamu sendiri 😄😄
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Agatha begitu karna kmu duluan yg berkhianat Rena!
Drezzlle: belum tentu
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Dorong aja rena dari atas kasur🤭
Mutia Kim🍑
Berdoa aja ries, semoga larast baik-baik aja. Dan ayahmu segera menemukan larast
sunflow
ya allah.. kasihan.. sini aku peluk..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!