Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerja
Selesai makan, Erina duduk santai sambil ngemil dan nonton televisi. Ia juga berkirim chat dengan teman kerjanya.
Sementara di apartemen depan, Rasyad sedang menyiapkan air untuk memasak mie instan. Ia tidak punya persediaan telur karena tadi di mini market juga habis. Pantang baginya masak mie tanpa telur. Mau masak pasta pun ua tidak punya caosnya. Akhirnya Rasyad berinisiatif untuk meminjam telur pada tetangga di depan apartemennya. Karena ia masih baru dan juga hanya kenal dengan Erina saja.
Tok tok tok
Erina tersentak. Belum sehari ia sampai, sudah ada tamu yang datang. Dengan bermalas-malasan Erina pun bangun dan melangkah mendekati pintu.
Erina mengintip dari lubang kecil pintunya. Ia segera memakai jilbabnya karena .
"Huh.. mau apa dia? Hidupku baru saja tenang. Tapi dia sudah menggangguku." Gerutunya.
ceklek
Erina membuka pintunya sedikit. Ia berdiri di ambang pintu.
"Kamu.... "
"Ehem... saya mau pinjam telur. Ada?" Ujar Rasyad tanpa basa-basi.
"Telur... Hem, sebentar aku lihat dulu."
Blum
Erina menutup pintunya kembali. Rasyad masih berdiri di depan pintu.
Erina membuka lemari esnya.
"Tinggal satu ternyata. Sisa seminggu yang lalu. Nggak pa-pa kali ya."
Ia segera menghampiri Rasyad kembali.
"Ini ada satu."
Rasyad mengambilnya.
"Saya pinjam, nanti saya ganti."
"Eh tidak perlu. Ambil saja."
"Ikhlas?"
"Iya 100℅ ikhlas."
"Terima kasih."
Belum sempat Erina menjawab Rasyad sudah berbalik badan dan membuka pintu kamarnya.
Erina yang masih penasaran pun kepalanya celingukan melihat ke dalam apartemen Rasyad dari tempatnya berdiri.
Sadar Erina sedang mengintimidasinya, Rasyad pun menegurnya.
"Kamu sedang cari apa?"
"Huh... tidak, tidak ada."
"Oh... "
Blum
Rasyad pun menutup pintunya.
"Kayaknya dia sendirian." Gumam Erina. Sebelum akhirnya ia masuk kembali ke dalam.
Keesokan harinya.
Bangun tidur Erina mengafirmasi dirinya untuk hidup sehat dan semangat dalam menjalankan hidup. Jam 8 pagi Erina sudah siapa-siap untuk pergi ke tempat kerja. Sekedar info, bahwa Erina bekerja di salah satu maklon yang bergerak di bidang kosmetik dan parfum. Erina adalah sebagai seorang salah satu spesialis formulasi/R&D di sana. Ia sudah bekerja sekitar 5 tahun di tempat itu. Terhitung sejak ia belum lulus S1. Erina keluar dari apartemennya sekitar jam 8.30. Ia berjalan menuju halte bus yang cukup dekat dengan apartemennya. Jika diukur jaraknya sekitar 20 meter. Sebelum jam 9, ia sudah berada di halte untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerja. Tidak disangka, saat tengah menunggu bus, Erina kembali bertemu dengan Rasyad. Rasyad baru saja datang dengan menggendong tas ranselnya. Seperti biasa, ia juga mengenakan topi sebagai penutup kepalanya.
Belum sempat Rasyad duduk, bus pun datang. Mereka dan penumpang yang lain naik. Kebetulan bus sudah penuh, dan Erina harus berdiri. Rasyad yang sudah menemukan tempat duduk memanggil Erina.
"Duduklah!"
"Kamu? "
"Aku sudah biasa berdiri lama. Anggap saja sebagai ganti telur yang kau berikan."
Erina tidak menyangka jika Rasyad akan membahas masalah itu lagi.
"Terima kasih."
"Hem... "
Erina pun duduk. Sedangkan Rasyad berdiri. Tangannya bergelantung memegang pegangan yang ada.
"Sepertinya aku akan sering bertemu dengan orang ini. Sebenarnya dia itu baik. Tapi kadang suka nyebelin." Batin Siena. Ia tidak sengaja memperhatikan Rasyad. Ia tidak sadar jika Rasyad melihatnya. Saat pandangan mereka bertemu, Erina pun pura-pura melihat ke arah lain.
30 menit kemudian.
Erina dan beberapa penumpang lain turun dari bus. Mereka berjalan ke tempat tujuan mading-masing. Dari tempat ia turun, biasanya Erina akan berjalan sekitar 100 meter.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. " Ucapnya saat sampai di depan gedung maklon tempatnya bekerja.
Tidak lupa ia menyapa security yang berjaga di pintu depan.
"Erina.... aahh kangen deh." Sapa Friska. teman kerja Erina yang berasal dari Indonesia. Namun ia menetap di Paris karena menemukan jodohnya di sana dan saat ini sedang hamil 5 bulan.
"Hellow bumil.... aku di Indo cuma tiga hari saja lho."
"Ya, tapi sama perjalanannya lumayan kan."
" Sayang sekali kemarin aku harus cancel itu kerja sama dengan brand XX."
"Nggak pa-pa, belum rejeki kamu. Itu sudah ditangani sama Alea."
"Huf... iya. Lagian aku juga tidak akan perpanjang kontrak ku di sini."
"What... apa aku nggak salah dengar?"
"Kita kerja dulu. Nanti aku cerita."
Friska adalah satu-satunya teman akrab Erina di tempat itu. Bukan berarti Erina tidak punya teman lain. Ia juga berteman dengan semua staf yang berasal dari berbagai negara. Hanya saja ia merasa dengan Friska lebih bebas bergaul dan curhat, karena ia lebih nyaman memakai Bahasa Indonesia meski telah lama tinggal di Paris. Sebenarnya Erina juga pernah bermimpi untuk menikah dengan orang Paris seperti Friska. Ia beranggapan sepertinya laki-laki luar itu lebih setia. Tapi sulit baginya untuk menemukan yang seiman. Kadang ua merasa iri melihat kehidupan Friska yang menikah dengan orang yang dicintainya serta hidup bahagia.
Saat ini Erina sedang fokus meneliti beberapa bahan untuk pembuatan parfum. Ia mendapat tantangan baru untuk membuat parfum yang minum alkohol dengan wangi maskulin dengan aroma musk yang tahan lama dengan jumlah limited edition karena hanya akan dijadikan sebagai koleksi pribadi dan hadiah.
"Friska, sebenarnya siapa yang memesan parfum ini? Dia pasti orang yang aneh."
"Tanya saja sama mrs Shin. Kayaknya sekarang orangnya masih sama dia."
"Oh... aku tanya nanti saja kalau begitu."
Tudak lama kemudian, Mrs Shin datang dengan seseorang. Ia masuk ke ruang uji coba. Di mana di situ ada Erina dan Friska.
"Hello Erina. Perkenalkan ini tuan Rasyad."
Erina yang sebelumnya fokus dengan pekerjaannya pun, langsung menoleh.
"K-kamu?"
"Oh, apa kalian sudah kenal?"
"Iya." Sahut Rasyad.
"Tidak." Sahut Erina.
"Sejak kapan kamu suka berbohong?" Ujar Rasyad. dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Erina menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir kuda. Sebenarnya ua tudak berniat bohong. Hanya saja ia tidak ingin dianggap mengambil kesempatan karena kenal dengannya.
"Iya miss Shin, saya kena dengan tuan Rasyad."
"Oh... puji Tuhan, bagus kalau begitu. Tuan Rasyad anda bisa langsung berkomunikasi dengan Erina. Dia ini salah satu R&D yang handal di maklon kami."
"Mrs Shin, anda berlebihan."
"Wah ternyata saya bertemu dengan orang yang tepat. Mrs Shin, terima kasih."
"Sama-sama, tuan.
Rasyad menjabat tangan Mrs Shin.
Friska melirik Erina seakan meminta penjelasan.
"Nanti aku jelaskan." Bisik Erina. Friska mengangguk setuju.
"Em... tuan, mari ke ruangan saya."
"Baiklah."
Rasyad mengikuti Erina berjalan ke ruangannya.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏