Sang Penakluk Hati
Brak
Suara pintu kamar Erina menggema seisi rumah. Bagaimana tidak? Erina membanting pintu kamarnya dengan sangat keras. Ia emosi karena Ayahnya meminta dirinya pulang dengan alasan Oma dan Opanya sakit. Nyatanya itu hanya alasan Ayahnya agar Erina pulang dan mau dijodohkan dengan seorang laki-laki pilihan Ayahnya. Untungnya Oma dan Opa tidak sedang di rumah. Mereka menginap di rumah tua orang tuanya.
Dengan kesal Erina menjatuhkan dirinya di tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya. Pasalnya demi bisa pulang je Indonesia, Erina sudah membatalkan kontrak dengan salah satu pemilik produk. Padahal hal tersebut adalah impiannya sejak dulu. Ia melakukan hal tersebut karena khawatir dengan keadaan Oma dan Opanya. Namun kenyataannya ia malah dibohongi oleh orang tuanya sendiri.
Saat sang Bunda ingin membujuknya, sang Ayah melarangnya.
"Bun, biarkan dulu dia sendiri. "
"Ini gara-gara Ayah. Bunda tidak pernah setuju dengan ide Ayah ini."
"Tapi ini Ayah lakukan demi kebaikan Erina, Bun."
"Tapi lihat hasilnya. Erina justru semakin menutup diri. Pasti dia sangat kesal saat ini."
Ayah dan bunda Erina pun masuk ke dalam kamar. Mereka membicarakan rencana selanjutnya.
Sedangkan di dalam kamarnya, Erina meluapkan kekesalannya dengan menumpahkan air matanya. Sarung bantalnya pun basah karena tangisannya.
Sampei sore hari, Erina tidak keluar dari kamarnya. Ia bahkan tidak makan siang. Bunda meminta kepada Erika untuk membujuk adiknya.
"Baiklah aku akan coba membujuknya, bun."
"Iya cepat bujuk adikmu. Bilang ayah sudah pingin cucu lagi." Sahut Ayah Fadil.
"Astaghfirullah, ayah. Udah tahu anaknya ngambek masih saja ngaco."
Ayah Fadil hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sadar bahwa sebenarnya dirinya sudah salah. Erina putri bungsunya itu memiliki watak yang kurang lebih sama dengannya. Anak itu terlalu aktif sehingga tidak perduli dengan kehidupan pribadinya. Kepribadiannya hampir sama dengan Erik kakak keduanya. Selain aktif dan sedikit bar-bar, Erina adalah tipe perempuan yang susah untuk jatuh cinta. Di usianya yang sudah menginjak 25 tahun, Erina masih saja setia menyendiri. Sudah tiga tahun Erina bekerja di salah satu perusahaan kosmetik di Paris. Dulu ia sempat kuliah S2 di sana, lalu melanjutkan bekerja di sana. Ketekunannya dalam bekerja sehingga membuatnya tidak memikirkan masalah asmara. Selama beberapa tahun ini bahkan ia terpantau tidak pernah berhubungan dengan seorang laki-laki. Meski sebenarnya memang Ayahnya melarang untuk berpacaran, namun ayah tidak melarangnya untuk dekat dengan seorang laki-laki asal ia bisa menjaga marwahnya. Mereka, sudah mencoba beberapa kali menjodohkan Erina dengan anak sahabat bahkan kerabat, namun tetap saja Erina punya banyak cara untuk menolak dan menghindarinya. Kali ini orangtuanya berharap Erina akan luluh.
Erika berjalan menuju kamar Erina.
Tok tok tok
"Dek... adek.... buka dong! Ini mbak."
Sedangkan Erika tertidur setelah capek seharian menangis. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk menggagalkan rencana sang ayah.
"Tidur kali ya." Lirih Erika.
Erika pun kembali menemui orang tuanya.
"Tidak ada pergerakan, yah. Kayaknya tidur. Atau pura-pura nggak dengar. Nanti kalau lapar pasti keluar kamar, yah. Dia kan nggak tahan lapar."
"Hem, ya sudah."
Malam pun tiba.
Erina baru saja bangun satu jam yang lalu. Ia memang tidak bisa shalat karena sedang datang bulan. Ia berasa perutnya sudah sangat lapar. Namun ia gengsi untuk keluar dari kamar. Akhirnya Erina menelpon bibi'.
"Hallo, bi'."
"Eh iya, non. Ada apa?"
"Bi' boleh minta tolong ya?"
"Iya, apa non?"
"Tolong bawakan makanan ke kamarku. Laper banget, bi'."
"Non, ndak mau makan malam bareng?"
"Nggak bi', em... itu lagi nggak enak badan."
"Oh iya, baik non."
Bi' Mina pun akhirnya menyendokan nasi dan lauk ke piring.
"Maaf bu, Pak, ini non Erina minta dibawakan nasi ke kamarnya."
"Oh, iya mbak." Jawab Bunda.
Bunda pun melirik ayah. Ayah hanya bisa mengedikkan bahu.
Mereka melanjutkan makan malam bersama.
Setelah makan malam selesai, mereka membahas soal rencana membujuk Erina. Akhirnya mereka memutuskan untuk membiarkan Erina sampai besok pagi.
"Mungkin besok adikmu dapat hidayah." Ujar Ayah kepada Erika.
"Memangnya anak kita sedang tersesat, yah."
"Ya kali aja nanti malam dia mimpi dapat petunjuk lalu besok dia Jawa iya, bun."
"Huh... ayah ini. Dari tadi diajak serius kok."
"Lho, ayah dua rius kok, bun."
Bunda hanya bisa geleng-geleng kepala.
Sementara Oma dan Opa sedang menikmati ketenangannya di rumah tua. Mereka tidak ingin ikut campur masalah cucu mereka. Erina adalah cucu kesayangan mereka karena memang Erina dari kecil tinggal bersama mereka di rumah itu. Opa tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada Erina. Dan mungkin Opa juga tidak terlalu setuju dengan pilihan ayah. Jadi kali ini Opa memilih untuk diam.
Keesokan harinya.
Erina bangun jam 7 pagi. Sebenarnya jam 5 dia sudah bangun. Namun karena tidak bisa shalat, ia tidur kembali. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya. Ia bercermin memperhatikan dirinya sendiri. Matanya terlihat bengkak karena terlalu lama menangis.
"Oh come on, Erina. Masa cuma gara-gara ini kamu menangis. Sudahlah, anggap saja ini ujianmu. Yah meskipun kamu harus kehilangan mimpi besarmu, tapi kamu harus tetap semangat kembali lagi ke Paris." Lirihnya.
Ia pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia memakai body lotion, skincare dan menyisir rambutnya.
"Sebenarnya laki-laki seperti apa yang kamu inginkan?Usiamu sudah 25 tahun. Apa yang sebenarnya ingin kamu capai? " Tiba-tiba pertanyaan itu terlintas dalam pikirannya.
Usia 25 tahun bagi orang luar negeri masih dini untuk menikah. Orang-orang di sekitar Erina kebanyakan menikah di usia 30 tahun ke atas. Tapi itu di luar negeri. Sedangkan keluarga Erina adalah orang Indonesia. Usia 25 tahun bagi seorang perempuan itu sudah sangat matang untuk berumahtangga.
Erina mengacak-acak rambut yang baru selesai disisir.
"Ya Allah... apa aku iya kan saja permintaan mereka? Ish... tapi nanti kalau laki-lakinya mokondo gimana? Tidak-tidak.... aku harus mendapatkan pilihanku sendiri."
tok tok tok
"Dek... adek.... "
Suara Erika mengagetkan Erina. Ia menghela nafas panjang.
Tok tok tok
"Dek.... buka dong!"
Erina pun akhirnya membukakan pintu.
Ceklek
"Alhamdulillah, akhirnya dibuka juga." Batin Erika.
"Boleh mbak masuk, dek?"
"Hem... "
Erika pun masuk ke dalam kamar itu. Ia menutup pintunya kembali.
Erina duduk lagi di depan meja rias. Ia menyisir kembali rambutnya lalu mengikat rambutnya sembarang.
"Dek, mbak kangen loh. Dari kemarin kamu nggak keluar kamar."
"Jangan basa-basi, mbak. Bilang saja mbak disuruh ayah."
Erika menelan salivanya sendiri. Ia jadi takut untuk berbicara lagi kepada adiknya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Teh Euis Tea
wahhh srkarang keluarga fadil nih
kira2 erina di jodohin dm siapa ya?
di tunggu ya othor up nya
2025-08-22
3
Sri Rahayu
Karya baru Thorr, skrg ganti anaknya Fadil...uda mampir ditunggu lanjutan nya Thorr 😘😘😘
2025-08-22
2
Elin Lina
Selalu suka thooorr.., sama karyanya.. Di tunggu episode selanjutnya ya thooorr..
2025-08-22
2