Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06
Rindu mencoba gaun yang di belikan oleh sahabatnya tadi, lalu memutar tubuhnya di depan kaca.
"Cantik." gumamnya menatap baju yang di belikan Gina itu.
"Anak ibu selalu cantik." seru seseorang membuat Rindu menoleh kearah suara itu.
"Yang cantik bajunya bu." kekeh Rindu berjalan ke arah ibu angkatnya yang membawakan segelas susu untuk Rindu.
"Gaun itu terlihat cantik, karena yang memakainya adalah anak ibu yang paling cantik ini, bukan hanya wajahnya yang cantik, hatinya juga sangat cantik." puji bi Fatma mengusap sayang wajah Rindu.
"Ibu bisa aja." kekeh Rindu tersipu malu.
"Sudah jangan di intip terus, besok juga ketemu." goda Kenzo menatap sang abang asik mengintip seorang gadis dari balik hordeng jendelanya.
"Ck, loe ganggu aja, nggak tau apa gue sudah sangat merindukannya." keluh Karen.
Kenzo hanya terkekeh melihat wajah kesal sang sepupu.
"Bang, loe yakin mau ngelamar gadis itu sekarang? " tanya Kenzo.
"Yakin lah, hari ini sudah gue tunggu sejak lama." ujar Karen merebahkan tubuhnya di sisi sang adik.
"Apa sih istimewanya dia, sampai sampai loe nggak bisa berpaling dari gadis itu, padahal diluar negeri sana banyak gadis cantik dan sexi." penasaran Kenzo.
"Makanya buruan jatuh cinta, biar loe tau apa itu namanya cinta mati." sergah Karen.
Kenzo hanya mendengus sebel dengan abang sepupunya itu.
"Kalian mau kemana? " tanya Rindu saat melihat keluarganya sudah berkumpul di ruang keluarga, dan berdandan sangat rapi, bukan Rindu tidak tau, hari ini adalah hari ulang tahun dirinya dan kembarannya.
"Ahhh.... Iya, kami mau keluar, kamu tunggu di rumah saja, nggak usah kemana mana." ujar sang mama datar.
"Kami akan merayakan ulang tahun ku di restoran mewah." ucap Rinda dengan seringai liciknya, dia sangat senang membuat kembarannya itu tersakiti.
"Rinda." tegur pak Baskoro sedikit tidak enak hati dan melihat ke arah Rindu dengan sedikit salah tingkah.
Namun Rindu seolah sudah mati rasa, tidak ada raut sedih di matanya, dia hanya mengangguk kan kepalanya tanda mengerti.
"Kenapa pa? kan memang benar kita mau merayakan ulang tahun ku, kan nggak boleh bohong." ucap Rinda dengan tingkah sok manjanya.
Rindu hanya tersenyum miris dalam hati.
"Oh iya tinggi sebentar." lalu mama berlalu dari hadapan mereka.
"Rin, selamat ulang tahun ya, abang sudah tf uang sebagai kado ulang tahun mu." ucap Rian datar.
"Ahh... Papa juga sudah tf." sahut tuan Baskoro ikut menyahut.
Ronald menatap tak suka kepada sang adik. "Ternyata memang loe sematre itu ya, yang loe inginkan hanya uang." sinis Ronald.
Hati Rindu berdenyut nyeri mendengar ucapan kasar sang kakak.
"Siapa yang minta uang? aku nggak pernah sekali pun meminta, hanya kalian yang selalu memberikan uang untukku." seru Rindu membela diri.
"Halah.... Nggak usah ngeles loe!" sinis Ronald.
"Sudah sudah, nggak usah ribut ribut." lerai Tuan Baskoro.
Rinda menyeringai licik menatap saudara kembarnya itu.
"Ini, mama kemaren belikan kamu kado ulang tahun." ucap sang mama memberikan sebuah paper bag.
Dengan ragu Rindu menerima paper bag itu, "Terimakasih ma." ucap Rindu menerima kado itu.
Rinda menatap tidak suka kepada Rindu yang menerima kado itu.
"Ya sudah ayo kita berangkat, nanti terlambat loh, kasian loh Bang Karen dan keluarganya menunggu kita." sela Rinda dengan suara sedikit ketus.
"Baiklah, kita berangkat." mereka keluar begitu saja, tanpa perduli dengan Rindu yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kamu mau abang bawakan apa saat pulang nanti? " tanya Rian yang ternyata masih berada di sana.
Rindu sedikit terkejut, namun dia cepat menguasai dirinya.
"Tidak usah, terimakasih bang." tolak Rindu.
"Kamu yakin? " tanya Rian Lagi.
Rindu mengangguk cepat.
"Bang, buruan.! " pekik seseorang dari luar rumah.
"Iya iya." Rian bergegas keluar tanpa perduli lagi dengan Rindu.
"Ternyata waktunya sudah tiba." gumam Rindu dengan menatap kosong lebih arah pintu yang di lalui oleh keluarganya itu.
"Semangat Rindu, sekarang waktunya memulai hidup baru dan mencari bahagia mu sendiri." gumam Rindu menyemangati dirinya.
"Tapi aku harus memastikan sesuatu terlebih dahulu." gumam Rindu melangkahkan kaki ke arah kamarnya.
"Astaga! kado yang sangat bagus, dan tidak akan bisa terlupakan." kekeh Rindu mengembangkan Gaun yang compang camping pemberian sang mama, gaun itu sudah rusak bekas pisau kater, bahkan di bagian dada terlihat banyak bolongan.
Rindu tidak perduli, lalu dia membuka lemari dan mengambil Gaun yang di belikan oleh Gina, lalu dia memakainya, tidak lupa Rindu juga merias wajahnya tipis tipis lalu memakai sepatu hak tinggi lima cm.
"Perfect." gumam Rindu memutar tubuhnya di depan kaca.
"Selamat ulang tahun sayang, kamu cantik sekali." ucap nyonya Mayang cipika cipiki dengan Rinda.
"Makasih tante, tante juga sangat cantik." puji Rinda malu malu.
Rinda pun bersalaman dengan tuan Dinata.
"Haiii... Bang, apa kabar, sudah lama sekali kakak nggak pulang, aku sudah sangat merindukan abang tau. " ucap Rinda dengan wajah sok manjanya.
Karen tersenyum lembut ke arah Rinda. " Seperti yang kamu lihat." sahut Karen tersenyum hangat.
Semua orang tersenyum melihat interaksi Karen dan Rindu itu.
"Hati hati di jalan ya nak, klau ada apa apa lansung telpon ayah." ucap mang Jajang mengelus sayang kepala anak angkatnya itu.
"Baik ayah, aku jalan dulu ya." ucap Rindu memeluk ayah angkatnya itu.
"Kamu sudah siap? " tanya Gina yang menunggu Rindu di dalam mobil.
"Siap dong, sebelumnya kita mampir ke rumah kak Karen dulu ya? " pinta Rindu.
"Buat apa? " heran Gina.
"Aku hanya ingin memastikan sesuatu." sahut Rindu.
"Baiklah." seolah mengerti keinginan sahabatnya itu, Gina membelokan mobilnya ke sebuah rumah berpagar tinggi yang tidak terlalu jauh dari rumah Rindu itu.
"Selamat malam Pak. " sapa Rindu kepada satpam di rumah besar itu.
"Selamat malam non Rindu, ada yang bisa saya bantu? " sopan satpam itu, yang tau siapa Rindu.
Rindu tersenyum manis, "Kak Karena sudah pulang belum pak? " tanya Rindu dengan senyum manisnya.
"Sudah non." sahut satpam itu.
"Ooh... Kapan? " tanya Rindu lagi.
"Kemaren siang non." sahutnya lagi.
Rindu mengangguk tanda mengerti.
"Sekarang ada di rumah? " tanya Rindu lagi.
Satpam itu menggelengkan kepalanya.
"Kemana? " tanya Rindu lagi, walau dia sudah bisa menebak kemana Karen perginya.
"Menghadiri ulang tahun non Rinda, nyonya dan tuan pun ikut." ucap satpam itu tidak enak hati.
Ada rasa sakit di hati Rindu, namun dia berusaha terlihat baik baik saja, "Baiklah, terimaksih pak, sayang pergi dulu." sopan Rindu.
"Baik non, hati hati." sahut pak Satpam menutup gerbang.
"Gimana? " tanya Gina yang penasaran.
Rindu hanya menggelengkan kepalanya lemah.
"Belum balik dari luar negeri? " tanya Gina lagi.
"Bukan, dia sudah pulang dari kemaren, tapi tidak menemuiku, bahkan dia tidak mengabariku, sekarang mereka pergi menghadiri ulang tahun Rinda." Jawab Rindu tersenyum kecut.
"APA...! " pekik Gina.
"Ais.... Jangan teriak teriak, budek nih." keluh Rindu mengusap kupingnya.
"Hehehe.... Sorry sorry, abis aku kaget aja." kekeh Gina.
Rindu hanya menatap datar temannya itu.
"Lalu apa rencana mu setelah ini? " tanya Gina yang masih fokus sama stirnya.
"Seperti rencana awal, meninggalkan semua yang membuat hati ku sakit, dan mengejar kebahagianku, aku ingin hidup bahagia." ucap Rindu mantab, semua sudah selesai, tidak ada lagi yang dia harapkan di sini.
"Lakukan apa yang membuatmu bahagia, aku akan selalu mendukung mu." ucap Gina tulus.
"Terimakasih Gin, selalu ada untuk ku." ucap Rindu dengan mata berkaca kaca.
Bersambung.....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya