Rindu

Rindu

Bab 01

Gadis cantik yang sedang berdiri di balkon kamarnya, menatap sendu ke arah taman belakang, dimana di sana ada keluarganya yang sedang berkumpul, mereka bersenda gurau bak keluarga bahagia lainnya, tanpa perduli dengan gadis cantik itu.

Ya dia Rindu, gadis cantik yang tidak pernah terlihat di mata keluarganya, orang satu satunya yang perduli kepadanya hanya mendiang sang nenek, semenjak neneknya tiada Rindu hanya merasakan kesepian dalam hidupnya.

"Huuuffff.... Aku juga ingin berkumpul bersama mereka." gumam Rindu Lirih.

Tidak kuat menatap pemandangan yang menyayat hati itu, Rindu memilih masuk ke dalam kamarnya, lalu gadis cantik itu mengambil kertas kosong dan pensil.

Untuk menghilangkan rasa sakit hatinya, Rindu mengalihkan perhatiannya Rindu menuangkan segala macam ide di kepalanya, ke kertas putih polos itu.

"Wahhh.... Cantik sekali." gumam Rindu yang puas dengan hasil karyanya.

Ting....

Sebuah pesan masuk ke hpnya.

*Haiii... Cantik, kamu sedang apa?*

Rindu tersenyum bahagia membaca pesan dari sahabatnya.

*Biasalah, ngapain lagi.* balas Rindu.

*Kita keluar yuk... Cari keperluan untuk kuliah nanti.* masuk lagi pesan ke hp Rindu.

Tanpa pikir panjang Rindu mengiyakan pesan itu dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Rindu keluar dari kamarnya dengan memakai rok levis semata kaki, dan kaos putih, tak lupa sepatu kets senada dengan bajunya, di bahunya tersampir tas selempang, rambut di kuncir kuda, membuat gadis berusia 19th itu terlihat sangat imut.

Tak...

Tak....

Tak....

Terdengar gesekan sepatu yang beradu dengan lantai.

Ronald yang mendengar langkah kaki seseorang yang mendekat ke arahnya, langsung menoleh ke arah suara itu, setelah tau siapa yang berada di sana, dia kembali melihat ke arah hpnya.

"Kak, aku izin mau ke luar bersama teman ku." ucap Rindu sopan.

"Hmmm...." jawab Ronald dengan dehaman, tidak ada terniat di hatinya untuk menanyai sang adik.

"Kakak...." pekik Rinda berlari ke arah Ronald, reflek Ronald merentangkan tangannya, dengan wajah sedikit cemas, takut adik kesayangannya terjatuh.

"Hati hati sayang, kenapa harus lari lari, klau jatuh gimana? " tegur Ronald dengan nada lembut.

"Hehehe.... Maaf kakak, aku sangat bersemangat." kekeh Rinda dengan manjanya duduk di pangkuan sang kakak.

Ronald mengusap rambut sang adik penuh kasih sayang.

Tanpa di sadari atau pura pura tidak melihat ada hati yang terluka melihat interaksi mereka.

Mata Rindu berkaca kaca melihat kehangatan kakak dan kembarannya itu.

"Kakak ih... Jangan di acak acak, aku baru aja menyisir rambut ku." cemberut Rinda.

Tidak tahan melihat semua itu, Rindu gegas meninggalkan rumah itu dengan berjalan kaki ke arah gerbang rumah mewah itu.

"Non Rindu mau kemana? " tanya mang jajang.

"Mau keluar sebentar mang." sahut Rindu sopan dan tersenyum manis kepada penjaga rumahnya itu.

"Mau mang Jajang anter non? " tawar mang Jajang yang sangat menyanyangi majikan malangnya itu.

"Tidak usah mang, nanti mamang kena marah lagi sama orang rumah, gara gara lalai menjaga rumah." tolak Rindu halus.

"Baiklah kalau gitu, non hati hati ya, jangan pulang malam malam, takut di marahi sama tuan dan nyonya." ujar mang Jajang.

"Iya mang." ucap Rindu sopan.

Walau tidak di anggap oleh keluarganya, tapi Rindu mendapat perhatian dari para pekerja rumahnya, karena sifat Rindu yang baik dan sopan.

Di saat dia sakit, hanya pekerja di rumah itu yang bergantian merawat Rindu, orang tuanya hanya akan memberi uang saja, tapi tidak dengan perhatian dan kasih sayang, bagi mereka memberi uang itu sudah cukup.

"Kasihan kamu non, Tinggal di rumah bak istana, keluarga kaya raya, tapi kamu jadi anak tersisih." gumam mang Jajang menatap punggung Rindu yang sudah menjauh dari hadapannya.

"Rindu Tri Hapsari.... Kenapa kau lama sekali hmmm.... Hampir jamuran akau menunggu kamu." pekik Gina memanggil nama lengkap Rindu dengan wajah di buat kesal.

"Eleh.... Paling juga baru lima menit." cibir Rindu merangkul lengan sahabatnya itu.

"Iihhh.... Walau pun lima menit, tetap saja aku menunggu kamu kan." ucap Gina tidak mau kalah.

"Iya iya maafkan sahabat mu ini, kamu tau kan bagaimana jalanan di kota ini, bahkan angkot yang ku tumpangi selalu saja ngetem." curcol Rindu.

"Kenapa sih, kamu nggak pakai aja salah satu mobil di rumah mu itu." gerutu Gina.

Rindu hanya tersenyum kecut mendengar ucapan temannya itu.

"Maaf." sesal Gina yang melihat wajah muram sahabatnya itu.

"Nggak apa apa, santai aja." ujar Rindu.

"Ya sudah yukkk.... kita masuk, aku nggak bisa lama lama." Rindu menarik tangan sahabatnya itu, dia tidak suka orang orang mengasihinya.

"Baiklah...." Gina menurut saja saat di tarik oleh sahabatnya itu.

"Kita mau cari apa dulu nih? " tanya Rindu.

"Kita makan dulu yuk..." ajak Gina, dia tau pasti sahabatnya itu belum makan, dia sangat tau apa yang di rasakan oleh sahabatnya itu.

"Baiklah, kita makan dulu." putus Rindu yang kini memang merasakan lapar.

"Rin, lu nggak ada niat gitu untuk ngekos dari pada setiap hari melihat pemandangan menyakitkan itu." tanya Gina yang penasaran.

Rindu menyeruput minumnya, setelahnya tersenyum manis menatap sahabat baiknya itu.

"Mungkin nanti Gin, aku masih menikmati rasa sakit ini, dan aku menunggu sampai mati rasa dengan mereka." ucap Rindu tersenyum pedih.

Sungguh Gina tidak tega melihat sahabatnya itu, sudah berulang kali dia membujuk Rindu meninggalkannya, dan tinggal bersamanya, tapi Rindu selalu menolak, karena belum saatnya dia keluar dari sana.

"Kamu wanita kuat Rin, klau aku ada di posisi kamu, entah lah, apa yang terjadi pada ku, aku rasa aku nggak akan sanggup menghadapi semuanya." ujar Gina memegang erat tangan sahabatnya itu.

"Kamu bisa aja." kekeh Rindu.

"Oh... Iya, apa kak Karen Jadi pulang saat ultah kamu? " tanya Gina lagi.

Karen adalah tetangga Rindu, yang sangat dekat dengan Rindu, selalu ada untuk Rindu, kini laki laki itu sedang menempuh pendidikan di luar negeri.

Itu juga salah satunya membuat Rindu masih bertahan di rumah bak istana ini, ada seseorang yang dia tunggu dan sangat dia rindukan.

"Katanya sih pulang, tapi nggak tau juga sih, kan kamu tau sendiri dia sangat sibuk di sana, selain kuliah dia juga bekerja di perusahaan orang tuanya." terang Rindu.

"Iya juga sih, tapi aku berharap dia bisa pulang, dan kita bisa merayakan ulang tahun mu dengan meriah." ujar Gina dengan berbinar.

Mengingat ulang tahunnya yang tidak lama lagi, Rindu hanya tersenyum kecut, karena tidak ada yang spesial di ulang tahunnya itu, keluarganya tidak perduli kepadanya, mereka hanya merayakan ulang tahun Rinda dengan sangat meriah, tapi mengabaikan anak lainnya.

Selesai mengisi perut mereka, Gina dan Rindu kembali pada tujuan awalnya tadi, mencari keperluan kuliah mereka.

Bersambung....

Haiii... Jangan lupa tinggalkan jejak ya, mamak datang lagi dengan karya baru mamak, semoga lancar sampai tamat😁

Terpopuler

Comments

partini

partini

bisa bisanya pilih kasih seperti itu,,semoga nanti ada keluarga yg mau angkat rindu jadi anak angkat keluarga yg full KK laki laki 4 orang biar dia dapat kasih sayang buaaanyak,,dan suatu saat keluarga nya melihat rindu bahagia mereka menyesal ,,

2025-08-08

0

Bak Mis

Bak Mis

maaf thor nanti lanjutin lagi kisah anak "yg di novel sebelum nya ya please

2025-08-08

0

Liswati Angelina

Liswati Angelina

anaknya kan kembar bukan anak angkat kenapa jadi pilih kasih nih!!!!!!!

2025-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!