Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Fajar Baru Neo-Kyoto
Kaelen berdiri di dekat mereka, mengawasi dengan tenang. Selama ini, ia tidak tahu bahwa ia adalah bagian dari takdir yang jauh lebih besar. Ia hanya seorang pemburu bayaran, namun kini ia telah menjadi bagian dari kebangkitan sebuah klan kuno. Pedang di tangannya tidak lagi hanya sebuah senjata, melainkan simbol dari masa lalu yang akhirnya terungkap.
"Ryu Hoshi sudah tidak ada," kata Kaelen. "Namun, ia memiliki banyak sekutu. Mereka akan datang mencari Kode Genesis dan juga kalian."
Sora mengangguk. "Kau benar. Kita harus mencari tempat yang aman. Kota ini bukan tempat yang aman untuk kita."
"Ada satu tempat," kata Kaelen, dan ia menoleh ke arah gedung-gedung pencakar langit. "Sebuah tempat di mana teknologi modern dan masa lalu bisa bersatu. Tempat yang bisa kita bangun sendiri."
Anya dan Sora menatapnya, bingung. "Di mana?" tanya Anya.
"Di tengah-tengah Neo-Kyoto," jawab Kaelen. "Di pusat kota. Di tempat yang paling tidak terduga. Kita bisa membangun sebuah markas di sana, dan kita bisa menggunakan teknologi yang ada di Neo-Kyoto untuk membuat sebuah peradaban baru."
Mereka tahu itu adalah ide yang gila, namun juga ide yang paling masuk akal. Mereka tidak bisa selamanya bersembunyi. Mereka harus menghadapi dunia baru ini, dan mereka harus membangun masa depan mereka sendiri. Mereka bertiga, dengan pengalaman yang berbeda, bisa saling melengkapi.
Sora, dengan pengetahuannya tentang dunia kriminal dan teknologi kuno, bisa menjadi pemimpin mereka. Anya, dengan kekuatan Kode Genesis yang baru terbangun, bisa menjadi sumber kekuatan dan perlindungan. Dan Kaelen, dengan pengalaman bertarung dan pengetahuan tentang dunia cyberpunk yang brutal, bisa menjadi pelindung mereka.
Mereka bertiga beranjak, berjalan menuju kota yang gemerlap. Mereka bukan lagi pemburu bayaran, melainkan pendiri dari sebuah peradaban baru. Mereka akan menciptakan sebuah dunia di mana teknologi modern dan kekuatan kuno bisa hidup berdampingan.
Saat mereka berjalan, Kaelen menatap Katana Jiwa di tangannya. Pedang itu bersinar dengan cahaya keemasan, seolah-olah ia sudah menemukan takdirnya. Ia tahu, perjalanan mereka tidak akan mudah. Mereka akan menghadapi banyak rintangan, tapi mereka tidak akan sendirian. Mereka akan bersama-sama membangun fajar baru Neo-Kyoto.
Kaelen, Anya, dan Sora memulai babak baru dalam hidup mereka. Mereka akan membangun sebuah peradaban baru di tengah-tengah kota cyberpunk yang kacau.
Kaelen memimpin Anya dan Sora menuju jantung Neo-Kyoto, di mana gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, menembus langit yang dipenuhi neon dan kabut asam. Di antara bangunan-bangunan megah yang dimiliki oleh korporasi-korporasi raksasa, terdapat satu gedung tua yang hampir terlupakan: Menara Korporasi Terlupakan. Gedung ini dulunya adalah markas sebuah korporasi yang bangkrut, dan sekarang ditinggalkan, menjadi sarang bagi kriminalitas kecil dan sampah elektronik.
Di sinilah tempatnya," kata Kaelen, menunjuk ke arah Menara Korporasi Terlupakan. "Gedung ini tidak dikendalikan oleh siapa pun. Ini adalah tempat yang sempurna untuk memulai."
Mereka masuk melalui pintu belakang yang sudah rusak. Di dalam, gedung itu gelap, berbau apek, dan penuh dengan sampah. Kabel-kabel telanjang menjuntai dari langit-langit, dan drone tikus kecil berlarian di sudut-sudut. Kaelen memindai sekeliling dengan matanya, mencari titik lemah.
"Bukan di sini," katanya. "Kita harus turun. Ada jaringan terowongan servis di bawah gedung ini. Jaringan yang sudah lama ditinggalkan dan tidak diketahui oleh siapa pun."
Mereka turun menggunakan tangga darurat yang sudah berkarat, jauh ke bawah tanah. Di sana, mereka menemukan sebuah lorong servis yang dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba. Kaelen menyentuh dinding lorong, dan Katana Jiwa-nya bergetar.
"Aku bisa merasakannya," bisik Kaelen. "Ada energi kuno di sini. Ini bukan hanya terowongan servis biasa."
Sora mendekat, mengaktifkan pemindai energinya. "Ada medan energi di balik dinding ini. Sebuah medan energi yang menyembunyikan sesuatu."
Dengan Palu Perusak-nya, Anya memukul dinding. Dinding itu retak dan hancur, menampakkan sebuah ruang besar yang tersembunyi. Di dalam, terdapat sebuah ruangan dengan panel-panel kontrol kuno dan sebuah reaktor energi yang masih berfungsi. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja dengan sebuah bola kristal di atasnya.
"Ini... ini adalah pusat kendali," bisik Sora. "Ini adalah tempat di mana teknologi modern dan kekuatan kuno bertemu."
Anya menyentuh bola kristal. Bola kristal itu bersinar, dan sebuah hologram muncul di atasnya, menampilkan peta seluruh Neo-Kyoto. Peta itu menunjukkan jalur-jalur energi, jaringan data, dan titik-titik kekuatan.
"Kita bisa mengendalikan seluruh kota dari sini," kata Anya, matanya membelalak. "Kita bisa mengubah Neo-Kyoto."
Kaelen tersenyum. "Inilah markas kita. Kita akan membangun sebuah peradaban baru di sini. Sebuah peradaban yang seimbang antara teknologi dan kekuatan kuno."
Tiba-tiba, alarm berbunyi. Bukan dari dalam markas mereka, tetapi dari luar. Seseorang telah berhasil melacak mereka. Di hologram, muncul sebuah tanda bahaya. Sekutu-sekutu Ryu Hoshi, yang terdiri dari berbagai sindikat kriminal dan pemburu bayaran, telah menemukan lokasi mereka dan sedang menuju ke sana.
"Mereka datang," kata Kaelen, menarik Katana Jiwa-nya. "Mereka datang untuk menghancurkan kita."
"Kalau begitu, kita harus siap," kata Sora, mengambil posisi bertarung. "Kita akan membuktikan kepada mereka bahwa kekuatan kuno dan teknologi modern bisa bekerja sama."
Anya berdiri di tengah, memegang Palu Perusak-nya. "Ini adalah rumah kita. Kita tidak akan membiarkan mereka mengambilnya."
Pertarungan pun dimulai. Tiga pahlawan ini, dengan masa lalu yang berbeda, bersatu untuk melawan musuh-musuh mereka. Kaelen, Sora, dan Anya, siap untuk melindungi markas baru mereka dan membangun fajar baru Neo-Kyoto.
Alarm terus meraung, dan dari lorong-lorong gelap di luar markas, terdengar suara langkah kaki yang semakin banyak. Kaelen, Anya, dan Sora berdiri tegak di depan pintu masuk rahasia, siap menghadapi musuh-musuh mereka. Mereka bisa melihat bayangan-bayangan yang bergerak, bersenjatakan senapan laser dan pisau siber.
"Mereka datang dari segala arah," kata Sora, suaranya tegang. "Jaringan terowongan ini sangat besar. Kita tidak bisa menahan mereka selamanya."
"Kita tidak harus menahan mereka selamanya," balas Kaelen, menyeringai tipis. "Kita hanya harus membuat mereka berpikir dua kali untuk datang ke sini."
Kaelen menodongkan Katana Jiwa-nya, dan Anya mengangkat Palu Perusaknya. Sora memposisikan dirinya di tengah, bersiap untuk menembakkan tombak energinya. Mereka adalah trio yang sempurna: Kaelen sang penyerang, Anya sang pelindung, dan Sora sang strategis.
Gerombolan pertama dari musuh menerobos masuk. Mereka adalah para pemburu bayaran yang paling kejam di Neo-Kyoto, disewa oleh sindikat-sindikat kriminal yang ingin menguasai Kode Genesis. Mereka menyerang dengan brutal, menembakkan laser dan melempar granat ke arah Kaelen dan kawan-kawan.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉