Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Cinta
Pandu pulang menaiki sepeda ontel ke rumah. Mobilnya dia tinggal di markas. Tiba-tiba di tengah jalan sepeda Pandu dicegat oleh Diah. Terpaksa Pandu berhenti.
"Kak Pandu, aku mau bicara," pinta Diah.
"Ini sudah malam, kenapa tidak besok saja?" jawab Pandu.
"Kamu sudah dengar Lilia membantu warga tadi siang untuk mengungkap korupsi yang dilakukan Pak Gugu? Aku tidak tau apa yang direncanakan Lilia sampai menjadi pura-pura baik begitu, tapi yang jelas, pasti ini hanya trik Lilia untuk menarik perhatian Kak Pandu," kata Diah.
"Diah, kamu masih berharap padaku? Hubungan kita sudah berakhir setahun yang lalu."
"Kalau bukan gara-gara Lilia, sekarang aku sudah jadi istri Kak Pandu. Lilia itu jahat Kak, Kak Pandu terlalu baik padanya. Tolong ceraikan Lilia dan menikahlah denganku."
Permintaan Diah sangat mustahil, Pandu sedikit kesal mendengar permintaan Diah barusan. "Lupakan aku, Diah. Kamu masih muda, kamu bisa dapatkan pria manapun. Sekarang aku tidak punya niat bercerai dengan istriku, aku mau hidup rukun dengannya sampai maut memisahkan," jawab Pandu, membuat harapan Diah hilang seketika.
"Aku belum bisa melupakan Kak Pandu. Apa kak Pandu tidak mencintaiku lagi?" Air mata Diah jatuh dari celah matanya, hatinya menahan sakit yang begitu menusuk.
"Aku hanya menganggap mu adik. Rencana pernikahan kita dulu hanyalah janji perjodohan mendiang orangtuaku. Ku akui aku bersalah karena tidak bisa menepati janjiku pada mereka untuk menikahi mu. Tapi aku sadar, semuanya terjadi karena kita tidak berjodoh."
"Tega kamu, Kak Pandu!"
"Aku harap kamu mengerti. Jadi jangan mengharapkan ku lagi. Aku harus pulang, Lilia dan mertuaku sudah menunggu di rumah." Pandu pergi meninggalkan Diah. Dia sudah tidak peduli lagi pada Diah.
"Lilia itu jahat, Kak Pandu! Dia hanya terobsesi padamu! Tidak ada wanita di luar sana yang mencintaimu sebesar aku mencintaimu. Kak Pandu akan menyesal!" teriak Diah, mencoba menghentikan kepergian Pandu, tapi Pandu tetap tidak peduli. Dia tetap pergi. Diah menangis nyaring di pinggir jalan, menumpahkan segala kekesalan dalam hatinya karena dia sudah tidak punya kesempatan lagi untuk menikahi Pandu.
Sesampai di rumah, Pandu langsung masuk ke kamar. Pandu melihat Lilia sedang tidur dan dia tidak mau mengganggunya. Wajah Lilia tidur dengan tenang, namun setelah Pandu mendekatinya, tiba-tiba Lilia terbangun dalam kondisi kebingungan.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Pandu dengan khawatir.
"Kapan kamu datang?" tanya Lilia balik, dia masih sedikit bingung dan mencoba untuk memahami situasi sekitarnya. Lilia mengabaikan mimpinya, karena berpikir mimpi barusan adalah bunga tidur semata.
"Barusan, syukurlah kamu baik-baik saja," jawab Pandu dengan nada yang penuh kasih. Dia merasa lega karena Lilia tidak apa-apa dan bisa berinteraksi dengan normal.
"Sudah berapa lama aku tidur?" tanya Lilia lagi.
"Kurang lebih sejam," jawab Pandu dengan nada yang santai. "Lilia, ada yang mau ku bicarakan," sambung Pandu dengan nada yang sedikit serius.
"Apa?" tanya Lilia dengan rasa ingin tahu yang besar.
"Aku sudah dengar dari ibu mengenai peristiwa tadi siang di rumah kepala desa. Jujur aku takut dengan hatiku. Perubahanmu membuat aku terpikat. Tidak salah kan aku jatuh cinta pada istriku?" tiba-tiba Pandu menyatakan cintanya dengan nada yang penuh emosi yang menyentuh.
Pernyataan Pandu membuat Lilia terdiam, pasalnya ini pertama kalinya pria menyatakan cinta padanya. Dulu para pria takut padanya, sampai tidak berani mendekatinya, walau dirinya cantik dan mempesona. Lilia merasa bahwa dia tidak siap untuk menerima pernyataan cinta seperti itu, tapi di sisi lain, dia juga merasa bahagia karena Pandu telah menyatakan perasaannya.
Lilia memandang Pandu dengan mata yang penuh kasih, dia mencoba untuk memahami perasaan Pandu dan mencari jawaban yang tepat untuk pernyataan cintanya. "Kak Pandu, aku...," Lilia mulai berbicara, tapi dia tidak tahu apa yang harus dikatakan selanjutnya.
Pandu memandang Lilia dengan mata yang penuh harap, dia menunggu jawaban dari Lilia dan berharap bahwa dia bisa menerima perasaannya. "Aku hanya ingin tahu apakah kamu merasakan hal yang sama," kata Pandu lagi, dengan nada yang sama, masih penuh emosi yang menyentuh.
"Bukankah kamu dulu mencintaiku? Sampai menjebak ku segala. Kamu mengurungku di rumahmu seolah kita telah tidur bersama sampai warga desa memaksa aku menikah denganmu," kata Pandu, mengingatkan Lilia pada peristiwa setahun yang lalu. "Apa perasaanmu sudah berubah?"
"Tapi dulu kamu tidak mencintaiku. Aku masih ingat penolakan keras darimu," jawab Lilia.
"Sekarang aku mencintaimu. Aku cinta pada kamu yang sekarang. Aku harap aku tidak terlambat. Aku ingin membina rumah tangga sungguhan sama kamu. Saling mencintai, hidup rukun, punya anak, dan menua bersama, aku ingin kamu jadi istriku selamanya," kata Pandu lagi, dengan penuh harap.
"Sudah terlambat, hatiku sudah berubah," sahut Lilia, jual mahal.
"Tolong beri aku kesempatan lagi, kesempatan terakhir. Aku minta maaf atas semua sikap dinginku selama ini," pinta Pandu.
"Taro, dia sangat tampan, cintanya padaku begitu besar, aku tidak punya alasan menolaknya," ucap Lilia bicara pada sistem dalam hatinya. Dia berharap bisa mendapat solusi dari sistem.
"Maaf nona, itu urusan nona. Tidak ada ruginya juga jika nona menerima cinta Kolonel Pandu. Toh di dunia ini Kolonel Pandu adalah suami nona," jawab sistem.
"Iya juga sih. Taro, jangan anggap aku brengsek ya, dia duluan yang cinta sama aku, tidak ada salahnya memanfaatkan cintanya, aku juga perlu belaian pria."
"Nona licik juga, kasihan kolonel cuma dapat cinta palsu dari nona." Sistem kembali menghilang.
"Aku mau baikan sama kamu. Mengenai cinta, tidak semudah itu kembali lagi," jawab Lilia dengan nada yang lembut namun penuh arti. Perkataan Lilia membuat Pandu senang bukan main, dia merasa bahwa Lilia telah memberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka.
Meskipun tidak langsung mendapat cinta Lilia secara penuh, setidaknya Pandu merasa bahwa dia telah diberikan kesempatan untuk menjadi suami sesungguhnya bagi wanita yang dia cintai. Pandu tersenyum dan memandang Lilia dengan mata yang penuh kasih, dia merasa bahwa dia telah mendapatkan kesempatan untuk membuktikan cintanya.
"Aku akan berusaha membuat kamu bahagia, Lilia," kata Pandu dengan nada yang penuh tekad. "Aku akan melakukan apa saja untuk membuat kamu percaya dan mencintaiku lagi," tambahnya dengan penuh semangat. Lilia mengangguk, apapun yang dikatakan Pandu dia percaya begitu saja.
Pandu pun memeluk Lilia dengan hangat. Pelukan itu Lilia sambut dengan senang hati. "Wow, tubuhnya kekar sekali, enak tidak ya rasanya kalau di makan?" batin Lilia, pikirannya menjalar kemana-mana menjadi tidak senonoh.
"Sayang, aku akan bersabar menunggu kamu mencintaiku lagi," ucap Pandu, memeluk Lilia semakin erat.