Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Jadi Dia Orangnya?
"Siapa yang membiarkan Nyonya Belcia ditahan?" seru kepala polisi kepada para anggotanya. Dia mendapat laporan jika Belcia telah ditahan juga.
Itu semua karena gugatan dari Jasper yang terlanjur membenci, dan kekuatan uang yang pria itu gunakan. Padahal sudah jelas bahwa Belcia hanya diminta untuk memberikan keterangan di dalam penyelidikan.
Belum ada yang berani menjawab, semua orang tampak tegang sekaligus takut, hingga membuat kepala polisi menyerukan ancaman.
"Kalian mau dipecat hari ini juga atau ku lubangi kepala kalian satu persatu?!"
Mereka semua menelan ludah dan akhirnya menatap ke arah anggota yang kemarin menangkap Belcia di rumah sakit. Mereka didorong untuk maju, sementara wajahnya sudah pucat pasi.
"Bereskan kekacauan yang kalian berdua buat. Jangan buat instansi kita menjadi buruk di mata masyarakat, apalagi ayah Nyonya Belcia adalah seorang pengacara terkenal. Kalian bisa terkena masalah!" titahnya dengan tegas. Karena dia masih cukup waras untuk tidak menghukum orang yang tidak bersalah, meski terkadang iming-iming uang tepat di depan mata.
Mereka pun bergegas ke sel yang mengurung Belcia. Salah satu dari mereka membukanya dan menjelaskan kepada Belcia bahwa wanita itu sudah bisa bebas.
"Apa? Bebas?" tanya Belcia seraya bangkit dari duduknya, dia menatap tak percaya.
"Benar, Nyonya, maafkan kami karena sudah salah menangkap Anda, karena sebenarnya Anda hanya akan dimintai keterangan tentang kecelakaan hari itu. Sekali lagi maafkan kami."
Keduanya membungkukkan badan di depan Belcia sebagai bentuk penyesalan. Saat itu juga Belcia langsung menutup mulutnya yang menganga, dia mengucap syukur karena Tuhan tak membiarkannya menderita lebih lama.
"Tidak apa-apa, aku sudah memaafkan kalian, tapi apakah aku sudah boleh pulang?" tanya Belcia. Dia memiliki sebuah tujuan hari ini, karena sejak kemarin dia belum sempat merealisasikannya.
"Setelah Anda memberikan keterangan, Anda bisa langsung pulang," jawab sang polisi. Belcia pun mengangguk, lalu dia diantar ke sebuah ruangan. Di sana dia menceritakan awal mula kejadian hari itu.
***
Seorang polisi menelpon untuk memberi informasi kepada Jasper bahwa Belcia telah dibebaskan. Dan hal tersebut tentunya membuat Jasper naik pitam.
"Kenapa dia bisa bebas?" sentaknya sambil menggebrak meja dan membuat Arsen terkejut bukan main.
"Maaf, Tuan, dalam kasus ini orang yang mengemudilah yang menjadi pelaku utama. Jadi, Nyonya Belcia tidak bisa ikut dipidanakan," jelasnya untuk memberi pengertian kepada Jasper. Namun, karena sudah dikuasai oleh amarah Jasper tampak tidak peduli.
"Tapi dia ada di mobil yang sama. Dia ada di sana dan melihat semuanya. Dia juga pelaku!" tandas Jasper sambil meremas tangannya sendiri.
"Sekali lagi maafkan saya, Tuan, permintaan Anda tidak bisa saya turuti. Nyonya Belcia juga sudah pulang setelah memberikan keterangan, dan dia akan menjadi saksi nanti saat di persidangan," pungkas sang polisi sebelum Jasper bicara lebih panjang, dan ujung-ujungnya dia yang disalahkan.
Setelah itu panggilan dimatikan secara sepihak, membuat Jasper menggeram kesal.
"Argh! Kurang ajar, padahal sudah jelas mereka pelakunya, tapi kenapa? Kenapa hanya satu orang yang ditahan?" umpat Jasper mendengus kasar. Dia masih tak terima jika Belcia tidak dihukum juga.
Arsen tak berani menimpali, apalagi membela tindakan polisi yang berjalan sesuai hukum, karena hal tersebut hanya akan memancing amarah Jasper yang lebih besar.
****
Belcia tidak pulang ke rumah orang tuanya. Dia justru menyambangi rumah yang selama ini dia tempati bersama Ronan. Dia membereskan semua barang dan berkas penting, sebelum Ronan yang mengambil alihnya.
Belcia menatap figura foto yang terpasang di atas ranjang kamar. Foto pernikahan mereka yang tampak penuh kebahagiaan.
"Semuanya sudah lenyap. Kebahagiaan itu bukan lagi milikku, tapi semoga saja setelah lepas darimu, aku bisa mendapatkannya lagi. Aku akan mencari kebahagiaan itu sendiri," ucap Belcia dengan mata yang berkaca-kaca. Sebenarnya dia juga menyayangkan semua yang telah terjadi, tapi mau bagaimana lagi?
Saat cairan bening itu menetes, dia langsung mengusapnya lembut dan tersenyum.
"Tidak selamanya perpisahan itu buruk kan?"
Akhirnya wanita itu melangkah gontai, membawa semua yang dia perlukan dan mengunci rumah tersebut. Dia berniat untuk menjualnya.
Dan tujuannya setelah ini adalah kediaman keluarga Smith. Sejak kemarin sebenarnya Belcia ingin menemui mereka untuk meminta maaf dan mengucapkan bela sungkawa, tapi permohonannya ditolak.
"Akan aku coba sekali lagi," gumam Belcia yang telah mendapatkan alamat rumah Jasper. Dia akan berusaha, meski ia tahu memaafkan itu pasti sulit.
Dia pergi menggunakan taksi, dan butuh waktu kurang lebih satu setengah jam untuk sampai di sana. Belcia tiba saat senja menuju malam. Baru saja dia berjalan menuju gerbang, tiba-tiba sebuah mobil mewah juga berhenti.
TIN!
Suara klakson membuat Belcia berjengit kaget, dia membalik badan. Jasper langsung tersentak, karena dari belakang postur tubuh dan rambut Belcia terlihat seperti Maureen.
"Siapa dia?" seru Jasper sambil menyipitkan mata, rasanya wajah itu tidak begitu asing.
Arsen menelan ludahnya kasar.
"Dia—Nyonya Belcia, dia salah satu cucu di keluarga Tan, dan dia juga yang ada di mobil saat kecelakaan Nyonya Maureen," jelas Arsen pelan-pelan, dan berhasil membuat mata Jasper menungkik tajam.
Pria itu berdecih.
"Jadi dia orangnya?" tanya Jasper dengan rahang mengeras. Arsen mengangguk, dan Jasper langsung mencondongkan tubuhnya ke stir.
"Tuan, Anda mau apa?!" cetus Arsen dengan mata terbelalak lebar. Sementara Belcia menunggu sambil celingukan.
"Tabrak dia! Biar dia tahu rasanya," jawab Jasper yang sudah hilang akal. Arsen sontak menggelengkan kepala, dia tidak akan mungkin membiarkan sang tuan menjadi penjahat.
"Sadarlah, Tuan, dendam bukanlah jalan yang terbaik!" kata Arsen berusaha menenangkan hati pria yang sedang berduka ini.
"Tapi dia sudah mengambil Maureen. Seharusnya nyawa dibayar dengan nyawa 'kan, minggir! Biar aku yang lakukan," balas Jasper dengan penuh penekanan. Lalu berusaha merebut kemudi, dan Arsen langsung menangkisnya cepat.
"Saya tidak akan membiarkan Anda bertindak bodoh. Alih-alih senang, Nyonya Maureen pasti akan marah pada Anda," seru Arsen dengan lantang dan mata melotot. Dia segera membuka pintu dan mengambil kunci supaya Jasper tidak nekad.
"Arsen!" panggil Jasper marah. Namun, Arsen tidak peduli, dia justru menghampiri Belcia yang kebingungan sejak tadi.
"Apa yang Anda lakukan di sini, Nyonya?" tanya Arsen dengan sopan. Menatap Belcia dari atas sampai bawah, wanita itu membawa satu ikat bunga.
"Ah aku ingin bertemu dengan Tuan Smith. Aku ke sini ingin meminta ...."
Belcia belum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ada satu pria lagi turun dari mobil dan mengalihkan atensi mereka. Belcia menatapnya dengan lekat, dan dia tersentak sampai membuat bunga di tangannya jatuh.
Deg!
'Bukankah dia pria yang aku temui di ruang jenazah? Dia ....'
setelah dia tau kronologi kecelakaan itu.jaspeer jdi kerasukn jin baik/Facepalm/
kamu tembulu yaaaa....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣