NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RENCANA KELINCI YANG GAGAL

Zhao menatap Hwajin penuh semangat. Matanya berbinar-binar seperti seseorang yang baru saja mendapatkan ide cemerlang untuk membuat dunia bertekuk lutut.

“Nona Hwajin, hari ini kita mulai rencana pertama. Kau harus bertemu dengan Pangeran Wang,” ujar Zhao sambil menepuk pundak Hwajin, seolah-olah itu bisa menyalurkan keberanian.

Hwajin langsung menegang. “M-...Maksudmu... bertemu langsung dengan beliau?”

“Tentu saja,” Zhao mengangguk mantap. “Tapi tenang, bukan kau yang akan mencarinya. Aku yang akan membawanya padamu. Kau cuma perlu berdiri cantik di taman belakang istana dan tersenyum manis. Bisa kan?”

Hwajin tersenyum kecil, namun matanya menyiratkan kecemasan yang dalam. >Kenapa aku merasa seperti hendak menghadapi ujian hidup? batinnya.

Tapi melihat semangat Zhao yang meluap-luap seperti anak kecil yang sedang menyiapkan pesta kejutan, dia tak tega menolak.

Zhao pun segera mencari Pangeran Jae Min. Ia tahu satu-satunya orang yang tak bisa menolak permintaannya adalah pangeran kocak itu.

Dan benar saja.

“Kau memang wanita yang tidak pernah tahu kapan harus menyerah,” ucap Jae Min sambil tertawa kecil, tangan bersedekap di depan dada.

Zhao menjulurkan lidah sambil tersenyum bangga. “Tentu tidak. Aku nggak akan menyerah sebelum benar-benar tahu isi hatiku sendiri.”

Jae Min menggeleng pelan, tapi senyumnya tidak bisa disembunyikan. “Baiklah. Aku akan mengurusnya.”

---

Tak lama kemudian, di depan pintu kediaman Pangeran Wang…

“KA-KAKAAAK! Aku butuh bantuanmu!” Teriak Jae Min dari luar, seperti anak kecil yang kehilangan mainan.

Pangeran Wang membuka pintu dengan alis terangkat. “Berisik sekali …”

“Aku sedang mengerjakan sesuatu. Tapi cuma kakak yang bisa membantuku!” ucap Jae Min cepat, matanya memelas seperti anak kucing kelaparan. “Kau bisa ke taman belakang? Aku akan menyusul setelah mengambil barang yang tertinggal.”

Pangeran Wang menatap adiknya dengan mata menyipit, curiga. “Apa ini akal-akalanmu lagi?”

“Tentu bukan! Aku serius! Kau bisa pergi duluan, aku akan menyusul!” sahut Jae Min sambil cepat-cepat pergi sebelum Wang sempat bertanya lagi.

Pangeran Wang menatap punggung adiknya yang menghilang. Ia menghela napas pelan. Karena memang tidak sedang sibuk, akhirnya ia menuruti permintaan itu… meskipun firasatnya mengatakan ini pasti jebakan.

---

Taman belakang istana sore itu sangat tenang. Angin sepoi-sepoi membawa harum bunga melati yang sedang bermekaran. Tempat itu cocok untuk menenangkan pikiran jika saja tidak ada sesuatu yang mencurigakan sedang terjadi.

Langkah kaki Pangeran Wang terhenti begitu matanya menangkap dua sosok berdiri di bawah pohon besar.

Zhao… dan Hwajin.

Saat melihat pangeran wang Zhao melirik hwajin dengan tatapan penuh kode, lalu kabur seperti maling yang baru selesai mencuri makanan di dapur kerajaan, Wang langsung tahu: “Akal-akalan kelinci licik itu lagi.”

Pangeran Wang melangkah mendekati Hwajin. Tatapannya masih tajam, tenang, dan penuh jarak.

Hwajin menunduk memberi hormat. “Salam hormat, Pangeran.”

“Nona Hwajin. Sedang apa di sini?” tanyanya, matanya melirik sekeliling seakan mencari jebakan tikus.

Hwajin gugup, jari-jarinya saling menggenggam erat. “Ah… saya hanya lewat, Pangeran.”

Wang masih melirik sekeliling, lalu bertanya, “Kau lihat Pangeran Jae....”

Kalimatnya terputus. Ia mulai menyadari. Tatapannya menajam, bibirnya tertarik ke samping. “Jadi ini rencananya…”

Sementara itu, dari balik semak-semak…

Zhao berjongkok sambil mengintip. Ia menggigit jari seperti kelinci kecil yang baru saja mencuri wortel. “Ayo dong… bicara sesuatu. Tatap matanya. Hwa Jin, senyumin dikit gitu… masa aku yang greget sendiri.”

Tiba-tiba…

“Apa yang sedang nona Zhao lakukan di sini?”

Zhao nyaris melompat karena kaget. Ia menoleh dan mendapati Pangeran Yu berdiri di belakangnya. Tatapan matanya lembut tapi memancing jantung Zhao berdetak lebih cepat.

Zhao panik dan hampir jatuh, tapi tangan Yu sigap menangkap lengannya.

Untuk sesaat, mata mereka bertemu. Zhao terpaku. Mata Pangeran Yu… indah sekali, seperti kolam tenang di musim semi. Ia bahkan bisa melihat bayangannya sendiri.

Yu tersenyum tipis. “Nona Zhao?”

“Eh? A-Aku… aku cuma… menikmati udara sejuk. Ya! Udara!”

Yu tertawa pelan. “Dari balik semak?”

Zhao salting luar biasa.

“Kau benar-benar seperti kelinci kecil,” ucap Pangeran Yu sambil mengusap kepala Zhao dengan lembut.

Jantung Zhao nyaris copot.

Namun dari kejauhan, sepasang mata lain sedang mengawasi mereka.

Pangeran Wang.

Tatapannya tajam. Rahangnya mengeras. Ia tidak bicara, tapi ekspresi wajahnya… sangat jelas.

Cemburu.

Pangeran wang pergi dengan raut wajah yang terlihat kesal

Hwajin memperhatikan itu. Ia menyadari dengan cepat arah tatapan Wang. “Dia… menatap Zhao. Bukan aku…” Hatinya mencubit, tapi ia tetap tenang. Ia berjalan menghampiri keduanya.

“Nona Zhao. Pangeran Yu.” sapanya lembut.

Pangeran Yu tersenyum sopan. “Nona Hwajin, kau di sini juga?”

Zhao langsung melirik ke belakang Hwajin, seolah bertanya “Gimana?”

Hwajin menggelengkan kepala pelan, matanya sayu. Gagal.

Zhao menghela napas, sementara Yu menatap keduanya curiga.

“Apa kalian… menyusun sesuatu?”

“Haha! A-apa? Tidak kok! Kami cuma… ya… bertemu saja, iseng,” ujar Zhao dengan tawa kaku.

Hwajin menimpali, “Sebenarnya saya ingin lebih banyak berbicara dengan Nona Zhao. Saya merasa dia akan jadi teman baik saya di istana ini.”

Yu tersenyum hangat. “Itu hal yang baik. Semakin banyak teman, semakin indah kehidupan di istana.”

Zhao cepat-cepat menarik tangan Hwajin. “Pangeran Yu, kami permisi ya. Ada urusan kecil.”

“Silakan,” ucap Yu ramah, menatap kepergian mereka dengan senyum samar.

---

Beberapa langkah dari taman…

Zhao menatap Hwajin penuh harap. “Pangeran Wang… dia nggak bilang apa-apa padamu?”

Hwajin menggeleng. “Sepertinya… dia bukan orang yang mudah dijebak.”

Zhao merengut kesal. “Dasar pria es batu! Gagal lagi rencana ini…”

Meilan tiba-tiba muncul dari arah berlawanan, wajahnya kesal setengah mati. “Nona! Saya sudah keliling istana mencari Anda. Bisa-bisanya Anda hilang begini lagi!”

Zhao melipat tangan di dada. “Kalau dia tahu ini jebakan, artinya Pangeran Jae Min dalam masalah besar!”

Meilan menatap langit, pasrah. “Dan rencana gila nona dimulai lagi…”

Zhao mulai resah. Matanya bergerak cepat ke arah langit, seolah menghitung waktu. Ia menoleh pada Hwajin dan tersenyum kaku.

“Nona Hwajin, nanti kita susun ulang rencananya, ya? Aku harus pergi dulu—ada urusan mendadak.” Tanpa menunggu jawaban, Zhao langsung menarik lengan Meilan dan setengah berlari menjauh.

Hwajin mengangguk pelan, senyumnya tetap lembut, tapi mata beningnya menatap kosong ke depan. Angin sore menggerakkan helaian rambutnya saat ia menatap punggung Zhao yang semakin menjauh.

“Dia benar-benar bersinar… bahkan ketika pergi seperti itu. Tapi... kalau tatapan Pangeran Wang tadi bukan untukku…”

Hwajin menggigit bibirnya. Suaranya hampir seperti bisikan untuk dirinya sendiri.

“Walaupun akhirnya... aku memang harus berhenti berharap.”

---

Zhao berlari menuju kediaman Pangeran Jae Min, keringat mulai membasahi pelipisnya.

“Semoga belum dimarahi… semoga belum…” gumamnya panik.

Tapi harapannya langsung pupus ketika dari kejauhan ia melihat Pangeran Wang berdiri tegap di halaman kediaman Jae Min.

Aura dingin dan tekanan menyesakkan itu tidak bisa disalahartikan.

Pangeran Wang berdiri dengan tangan di belakang punggung, tatapannya tajam menyorot Jae Min yang berdiri seperti anak kecil tertangkap basah mencuri kue di dapur.

Zhao memperlambat langkah, menelan ludah, lalu berlari kecil mendekat.

“Wah… aku cuma bantu sedikit, kenapa kakak seolah ingin menebasku hidup-hidup?” keluh Jae Min dengan wajah pasrah.

Pangeran Wang hanya menatapnya tanpa emosi, tapi sorot matanya cukup untuk membuat Jae Min ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri.

“Kau pikir aku tak tahu kalau kau ikut dalam rencana konyol itu?” ucap Wang, suaranya pelan tapi sangat dingin. “Apa kau pikir ini mainan?”

Jae Min menggaruk kepala. “Ya bukan mainan juga sih… cuma iseng sedikit… dan lagipula yang minta bantu juga bukan sembarang orang…”

Wang mengangkat alis. “Zhao.”

“Yap,” Jae Min mengangguk cepat. “Kelinci itu. Dia yang minta tolong aku cuma… mmmmm, menyampaikan.”

“Dan kau tidak berpikir untuk MENOLAK?” nada suara Wang mulai meninggi, walau ekspresi wajahnya tetap datar.

“Dia senyum padaku, kak. Senyum! Mana bisa aku nolak?”

Pangeran Wang menghela napas panjang dan memalingkan wajah, seolah menahan ledakan yang akan muncul dari dadanya sendiri.

Tepat saat itu, Zhao muncul dari sisi samping, napasnya terengah-engah. Ia buru-buru membungkuk sedikit dan berdiri di antara mereka.

“Pangeran Wang! Jangan marahi Pangeran Jae Min… semua ini… ini rencanaku!” ucap Zhao cepat.

Ia menatap Wang dengan tatapan sungguh-sungguh. “Aku yang menyuruhnya. Jadi kalau kau ingin menghukum… hukum saja aku.”

Wang menatap Zhao. Lama. Tatapan yang biasanya dingin, kini tampak jauh lebih tajam—dan untuk pertama kalinya… menyakitkan.

Matanya seperti menyiratkan kemarahan yang lebih dari sekadar rencana bodoh atau jebakan kecil.

Ia tidak menjawab. Hanya menatap bibir Zhao yang perlahan tersenyum canggung… senyum yang sama seperti yang ia lihat saat wanita itu berdiri terlalu dekat dengan adiknya.

Pangeran Wang memutar tubuhnya, berjalan pergi, dan sebelum benar-benar menghilang, ia berucap pelan namun tajam…

“Tidak cukupkah... senyum itu hanya untukku?”

Zhao terpaku "apa maksudnya"

Nafasnya tercekat.

Meilan yang baru datang, ikut terdiam menyaksikan semuanya. Jae Min menatap ke arah punggung kakaknya yang menjauh sambil mengerutkan kening.

“...Kakakku bukan marah karena aku,” gumamnya. “Dia marah karena... perasaannya sendiri.”

---

Sementara itu, di sebuah tempat tersembunyi…

Ruangan itu remang-remang. Hanya cahaya lentera yang berpendar di antara dinding batu yang dingin. Dua pria berdiri membelakangi jendela, wajah mereka tertutup bayangan.

“Sepertinya kaisar memang sengaja menjodohkan Pangeran Wang dengan keluarga berpengaruh dari selatan,” ucap salah satu dari mereka pelan. “Untuk mengikat kekuatan dan dukungan.”

“Dan itu… bisa berbahaya bagi tuan kita,” sahut pria lainnya. “Kalau Pangeran Wang benar-benar menjadi Putra Mahkota, kekuatan politik akan condong ke arah yang salah.”

“Ada yang harus kita lakukan. Kita harus menggagalkan pernikahan itu… sebelum semuanya terlambat.”

Pria pertama menatap peta di meja dengan penuh amarah yang ditahan.

“Kita mulai bergerak… sekarang.”

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!