NovelToon NovelToon
When The Webtoon Comes Alive

When The Webtoon Comes Alive

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Cewek Gendut
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.

Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.

Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20.Tanpa Owen.

Tanpa Owen di sekolah hari itu, suasana terasa berbeda bagi Oliv. Biasanya Owen selalu ada di sisinya entah untuk bercanda, melindunginya, atau sekadar menjadi tameng dari tatapan sinis teman-teman sekelas. Namun kali ini, Oliv harus menghadapi semuanya seorang diri.

Saat ia berjalan melewati lorong, beberapa murid berbisik sambil meliriknya. Ada yang sengaja menyenggol bahunya, ada pula yang melempar komentar pedas tentang dirinya.

“Tanpa Owen, ternyata kamu nggak sehebat yang dikira, ya?” sindir salah satu murid laki-laki dengan nada mengejek.

Beberapa anak perempuan ikut tertawa, sengaja membuat Oliv semakin terpojok. Walau ingin melawan, Oliv tahu jika ia meladeni, situasi hanya akan semakin buruk. Ia menggenggam erat tali tasnya, menahan rasa panas di matanya.

Di dalam kelas, buku catatannya disembunyikan, dan beberapa coretan kasar muncul di mejanya. Semua itu membuat Oliv merasa sendirian dan tak berdaya. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar menyadari betapa besar peran Owen dalam hidupnya bukan hanya sebagai teman, tapi sebagai satu-satunya orang yang bisa membuatnya merasa aman di sekolah itu.

Mereka bukan manusia, teganya terus-terusan membully ku. Aku jadi merindukan omelet, pikir Evelyn.

Di tempat lain, ayah Owen bernama Vito seorang presiden direktur yang seorang pengusaha yang tidak mau rugi. Dengan uang yang ia keluarkan, setelah mendengar laporan mengenai putranya yang memberikan beasiswa untuk teman sekelasnya, ia menjadi marah dan membatalkan perjalanan bisnisnya.

"Dasar anak bandel, memangnya sekolah yang aku bangun itu ladang amal!" Gerutunya dengan kesal.

"Sekertaris Jon, suruh orang rumah untuk mencegah Owen keluar sebelum saya pulang"

"Baik Pak " Jawab John adalah orang kepercayaan Vito dalam urusan kantor.

Sementara itu, Owen sedang menunggu dirumah dengan tidak sabar, ia tidak tahu kalau ia akan menghadapi masalah di rumah.

Ayahnya Vito seorang pria keras dan diktator di mata keluarganya,baru saja pulang dengan wajah masam. Ia marah besar setelah mengetahui bahwa Owen sembarangan memberikan beasiswa kepada salah satu temannya tanpa izin.

Dan tak beberapa lama Vito masuk kedalam kamar Owen, lalu menutup pintu kamar Owen.

"Kamu pikir sekolah yang ayah bangun itu ladang amal! "

"Ayah ini, pulang-pulang tidak membawa oleh-oleh malah bawa omelan" Ucap santai Owen.

“Berapa kali harus Ayah bilang, semua keputusan keuangan harus lewat persetujuan Ayah dulu?!” bentak sang ayah, suaranya menggema di kamar Owen yang besar dan sunyi.

Owen terdiam. Ia ingin menjelaskan bahwa temannya benar-benar membutuhkan bantuan itu, tetapi tatapan tajam ayahnya membuat kata-kata terasa lumpuh di tenggorokannya.

"Kalau itu temanku benar-benar butuh ayah"

"Prestasi apa yang ia punya, beasiswa itu untuk orang yang berprestasi bukan sembarangan kamu memberikan kepada temanmu"

Mereka berdua terus berdebat, perbedaan cara pandang mereka pun berbeda.

Bagi Owen, kebaikan selalu lebih penting daripada aturan kaku ayahnya, tapi ia tahu pertengkaran malam ini tak akan berakhir mudah.

Ayahnya berdiri dengan tangan terlipat, sorot matanya dingin. “Mulai hari ini, kau dilarang keluar rumah. Tidak ada sekolah, tidak ada teman. Sampai aku sendiri yang mengizinkanmu, kau tetap di sini. Mengerti?”

Owen mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, menahan emosi yang mendidih. Ia ingin membantah, tapi ia tahu setiap kata bisa memperburuk situasi. Ia hanya mengangguk pelan, meski matanya memancarkan perlawanan yang tak tersuarakan.

"Tapi ayah.. "

"Ini keputusan ayah!, ayah akan melihat teman seperti apa yang kamu berikan bantuan itu" Ucap tegas Vito.

Setelah mengucapkan itu Vito, langsung keluar dari kamarnya. Di luar kamarnya Vito memerintahkan beberapa bodyguard untuk mengawasi kamar Owen.

Siang itu, kamar Owen terasa seperti penjara. Ia duduk di tepi ranjang, menatap ponsel yang kini disita ayahnya, dan memikirkan bagaimana ia akan menghadapi hari-hari berikutnya,terkekang di bawah aturan sang ayah, sementara di luar sana, teman-temannya mungkin sudah menyadari ketidakhadirannya.

Keesokan harinya, Oliv yang mulai gelisah karena Owen tidak muncul di sekolah memutuskan untuk mencari tahu. Ia menghampiri Leo dan Damian yang sedang nongkrong di kantin sekolah.

“Leo, Damian, kalian tahu kenapa Owen nggak masuk beberapa hari ini? Aku udah coba hubungin dia, tapi nomornya nggak aktif,” tanya Oliv, nada suaranya terdengar cemas.

Mata mereka melihat kearah Oliv dengan rambut yang berantakan, "Kamu kesekolah tidak mandi, atau ini penampilan barumu? " Tanya Damian dengan usil.

"Mereka mulai membully ku, karena Owen tidak ada" Jawab tenang.

"Beraninya mereka, tenang Liv biar kami yang mengatasi mereka" Ucap Leo yang kesal.

"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku, sementara ini aku bisa mengatasi sikap mereka. Tapi jika seperti ini , aku tidak bisa belajar dengan tenang"

Mereka berdua terdiam, mereka tahu kebiasaan rantai makanan disekolah mereka, tidak bisa hilang semudah itu.

"Kami juga tidak tahu keberadaan Owen sekarang, beberapa hari ini ia sulit di hubungi"jawab Damian.

" Benar Liv, kami juga mencarinya bahkan di rumahnya hanya pelayan yang kami temui selalu mengatakan kalau Owen tidak dirumah "sahut Leo.

Leo mengangkat bahu, sementara Damian tampak berpikir. “Nggak tahu pasti. Tapi aku dengar ayahnya lagi pulang. Kau tahu sendiri kan… ayahnya Owen itu galak banget. Mungkin ada masalah di rumah.”

" Jika benar, seperti itu. Maka Owen memang tidak boleh datang! "Ucap Olivia dengan tatapan pasti.

" Tapi kenapa ayahnya menghukumnya? "Tanya Luna.

" Tentu saja karena aku Lun, pasti Owen mendapatkan beasiswa untuk ku dengan cara pemaksaan yang dia lakukan kepada kepala sekolah "jawab Oliv.

" Jika benar, maka Owen dalam masalah. Kita harus membantunya! "Ucap Damian.

" Jangan!, kamu tahu sifat ayah Owen, kamu mau masalah ini di laporkan kepada orang tua kita "cegah Leo.

" Kau benar.. "

Mereka berempat duduk di kursi kantin, dengan diam merenungkan cara agar mereka bisa membantu Owen.

Sore itu setelah Oliv berhasil menghindari para pembully yang biasanya menghadangnya di koridor sekolah, ia melangkah cepat menuju gerbang. Nafasnya masih tersengal karena rasa cemas yang belum sepenuhnya hilang. Begitu kakinya menginjak trotoar di luar gerbang, ia berniat berlari menuju halte agar cepat pulang.

"Mereka keterlaluan!, aku jadi merindukan omelet. Dia itu keterlaluan menyuruhku kembali, tapi ia tidak ada disini. Apa dia tidak tahu kalau dirinya tidak ada, mereka seperti kehausan menggerogoti diriku. Jika tahu seperti ini aku robek saja kertas beasiswa nya! "Gerutunya dengan pelan sambil nafas tersengal.

Oliv yang melihat keadaan sudah aman, ia segera pergi dari sekolah itu dengan tas ranselnya.

Saat sudah keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba ia di kejutkan oleh mobil yang berhenti tepat didepan Oliv.

Namun, suara rem mendadak membuat langkahnya terhenti. Sebuah mobil Mercedes hitam berkilau berhenti mendadak tepat di depannya. Kaca mobil yang gelap membuat Oliv tak bisa melihat siapa pengemudinya. Pintu jendela sisi pengemudi perlahan turun, memperlihatkan sepasang mata tajam yang menatapnya lekat-lekat.

Sebuah suara dingin namun tenang terdengar dari dalam,

" Nona Oliv, silahkan masuk. Tuan ingin bicara dengan anda."

Oliv terdiam. Ia tak mengenali suara itu, tapi ada sesuatu dalam intonasinya yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Maaf, saya tidak bisa masuk kedalam mobil sembarangan. Memangnya anda siapa?, penculik atau orang yang mau berbuat jahat padaku! " Ucap Oliv dengan menyilangkan tangannya keatas dadanya dengan tatapan mencurigai pemilik mobil itu.

Tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka, seorang pria paruh baya berpakaian rapi ia adalah Vito ayah Owen.

"Masuklah!, kami bukan orang jahat seperti yang kamu pikirkan. Saya ayah Owen!. "

Ayah Owen!, cerita apalagi yang aku hadapi sekarang, pikir Evelyn yang kesal.

Evelyn kesal karena setelah ia datang ke dalam webtoon miliknya banyak cerita yang sudah berubah, dan sekarang ia haru menghadapi ayah Owen.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!