Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Di Izinkan Pulang
"Kastara!" tiba-tiba pintu kamar itu di buka yang membuat Kastara menoleh yang tak lain ternyata Vanya.
"Jari Damian bergerak," ucap Kastara.
Alis mata Kastara bergerak dan kembali melihat ke arah Tavisha yang sejak tadi tidak berbicara. Kastara yang langsung berlalu dari hadapan Tavisha.
Tavisha menghela nafas melihat kepergian Kastara. Karena Tavisha adalah seorang Dokter yang mana dirinya harus memeriksa pasien. Tavisha dengan cepat-cepat membuka mukenanya dan kemudian memakai hijabnya yang langsung menyusul Kastara untuk melihat Damian.
"Damian!" Kastara mencoba untuk membangunkan temannya itu dengan posisinya yang sudah berdiri di samping Damian.
"Biar aku periksa," sahut Tavisha yang sudah sampai di ruangan Damian.
"Kastara yang langsung memberikan ruang untuk Tavisha membiarkan wanita itu memeriksa kondisi temannya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Kastara yang seperti biasa tidak pernah sabaran.
Tavisha memeriksa denyut nadi pria itu dan juga memeriksa detak jantungnya menggunakan alat yang biasa dia pakai.
"Pasien mengalami peningkatan pada kondisi kesehatan," jawab Tavisha yang membuat Vanya merasa lega.
"Lalu kenapa dia tidak membuka matanya juga? Padahal tadi jelas-jelas aku melihat dia menggerakkan jarinya?" tanya Vanya.
"Itu merupakan respon dari tubuhnya, hal itu biasa terjadi pada pasien," jawab Tavisha.
"Lalu kapan dia akan siuman?" tanya Kastara.
"Kita lihat saja perkembangannya setelah ini yang pasti sudah banyak sekali kemajuan dari sebelumnya," jawab Tavisha yang lagi-lagi tidak memberi kepastian dan itu yang pasti membuat Kastara kesal
Vanya tidak mengatakan apapun, dia hanya melihat kearah Damian dan Kastara sendiri sepertinya masih sangat kesal dengan Tavisha yang sudah membuat amarahnya menggebu-gebu.
"Aku permisi dulu!" Tavisha yang tidak banyak bicara dalam ruangan itu dan memilih untuk pergi.
Vanya langsung menghampiri Kastara.
"Kastara bagaimana ini?"
"Dokter itu selalu saja mengatakan bahwa Demian akan segara sadar, kesehatannya meningkat dan nyatanya dia tanpa detik ini belum juga sadar. Apa jangan-jangan Dokter itu berbohong agar kita percaya kepadanya dan tidak melakukan apapun," ucap Vanya.
"Aku juga tidak tahu kenapa dia terus saja mengatakan pasien mengalami peningkatan dan pada kenyataannya tidak. Aku juga sangat muak dengan kata-katanya," jawab Kastara.
"Lalu apa kamu akan membiarkan dia pergi?" tanya Vanya yang membuat Kastara diam yang sepertinya belum memutuskan.
"Kastara kita tidak bisa menempatkan Damian di rumah sakit yang memang sudah dapat dipastikan dia akan mendapatkan perawatan yang lebih baik. Tapi ini sangat bahaya untuk Damian. Kita juga tidak bisa mempercayai sembarangan Dokter untuk menangani Damian dan kamu yang tiba-tiba membawa Dokter itu. Lalu apa kamu akan melepaskan dia?" tanya Vanya lagi.
"Aku akan memikirkan apa yang aku lakukan selanjutnya," jawab Damian yang langsung berlalu dari hadapan Vanya yang keluar dari kamar tersebut.
"Huhhhh entahlah! Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya berharap Damian bisa siuman kembali," gumam Vanya.
*****
Tavisha dan Kastara yang berada di ruang tamu dengan keduanya yang duduk saling berhadapan.
"Ini obat-obatan yang diperlukan pasien!" Tavisha yang sejak tadi menuliskan resep obat dan langsung memberikan kepada Damian.
"Aku juga sudah menuliskan prosedur untuk meminum obatnya. Ketika pasien sadar kamu langsung berikan kepadanya," ucap Tavisha.
Damian yang tidak mengatakan apa-apa dan mengambil selembar kertas tersebut.
"Aku harus kembali kerumah sakit!" ucap Tavisha yang berdiri dari tempat duduknya.
Pria yang selalu saja menahannya itu yang mengikuti semua peraturannya tiap dan bahkan tidak mencegah Tavisha.
"Aneh!" pikirnya yang juga bingung dengan sikap Kastara.
"Permisi!"
"Assalamualaikum!" Tavisha yang berpamitan yang tidak lupa mengucapkan salam walau salam itu tidak dijawab. Tavisha pergi dan tidak dihentikan sama sekali oleh Kastara.
Tavisha yang berjalan keluar dari istana mewah itu terlihat bingung.
"Kenapa dia diam saja dan tidak mengatakan apapun kepadaku?"
"Jadi dia benar-benar membebaskanku! Buktinya dia tidak mencegahku dan bahkan tidak menyuruhku untuk menginap lagi atau mempertanyakan kapan temannya akan sadar," batin Tavisha yang sejak tadi bergerutu.
Sampai akhirnya salah satu bodyguard di rumah itu menundukkan kepala di depan Tavisha.
"Mari Nona silahkan!" titah pria itu yang membuat Tavisha mengerutkan dahi.
"Mau kemana?" tanya Tavisha bingung.
"Saya mendapat perintah dari tuan Kastara untuk mengantar Nona pulang," jawab pria tersebut yang sejak tadi sangat sopan.
"Tidak usah! saya akan pulang sendiri dan lagi pula saya tahu jalannya," tolak Tavisha.
"Maaf Nona, tapi ini adalah perintah dan saya tidak bisa membantah perintah itu. Jadi tolong kerjasamanya agar saya tidak mendapatkan masalah dari tuan Kastara!" ucap pria itu dengan penuh penekanan.
Tavisha yang berpikir sejenak, "baiklah!" jawabnya yang akhirnya menurut.
Tavisha hanya ingin cepat-cepat keluar dari rumah itu dan sangat berharap tidak akan kembali lagi. Jadi menurut Tavisha Tidak ada salahnya diantar oleh pria tersebut dan dia mencoba untuk percaya bahwa dia benar-benar akan sampai ke rumahnya.
Tavisha yang memasuki mobil yang sudah dibukakan oleh pria itu dan tidak lama pria itu juga menyusul, sehingga mobil itu akhirnya melaju yang keluar dari gerbang utama.
Kastara kali ini memang tidak mengantar Tavisha tetapi ternyata pria yang berwajah dingin itu memantaunya dari lantai 2.
"Jangan senang dulu! Aku tidak mungkin membebaskan, karena aku masih membutuhkanmu," batin Kastara dengan tersenyum miring yang dari wajah tampan itu terlihat memiliki rencana.
*****
Beberapa hari berikutnya.
Ini sudah hari ke-4 di mana Tavisha kembali menjadi Dokter yang normal dan tanpa ada sangkut pautnya dengan Kastara dan juga orang-orang yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Supir yang diperintahkan untuk mengantar Tavisha pulang yang ternyata benar apa adanya bahwa dia mengantar Tavisha dengan selamat. Tavisha sejak saat itu juga tidak pernah dikunjungi ke rumahnya atau tiba-tiba mengirim pesan kepadanya yang membuat Tavisha menjadi tenang.
Tavisha bersama Widya yang terlihat sarapan bersama.
"Jadi laki-laki yang kamu katakan itu tidak pernah menghubungi kamu lagi?" tanya Widya.
Saat Tavisha pulang diantar supir Kastara, Tavisha yang terlihat begitu lelah langsung menceritakan semua kepada uminya apa yang dialami selama ini. Karena Tavisha tidak mungkin terus menutupi.
"Benar! Tavisha jika tidak tahu kenapa dia tidak menghubungi Tavisha lagi dan mungkin saja beliau sudah menyesal dengan apa yang telah beliau lakukan," jawab Tavisha.
"Alhamdulillah jika memang orang itu sudah tidak mengganggu kamu lagi. Tapi bagaimana keadaan pasien yang kamu tangani?" tanya Umi.
"Tavisha juga tidak tahu, mungkin saja beliau juga sudah sadar dan sehingga mereka tidak mengganggu Tavisha lagi. Tavisha sangat lelah berhadapan dengan orang-orang seperti itu, tidak pernah mau mengalah dan padahal ini semua Tavisha katakan hanya demi kebaikan pasien dan beliau tetap saja pada pendiriannya dan ujung-ujungnya memaksa Tavisha harus menyembuhkan pasien yang padahal Tavisha bukan Tuhan," ucapnya yang kembali mengeluh.
"Umi mendoakan semoga pasien itu benar-benar sudah baik-baik saja. Kejadian ini tidak terulang lagi," ucap Widya.
"Iya Umi. Dia memang laki-laki yang sangat agresif dan seperti apa yang Tavisha katakan, dia bisa-bisanya melacak ponsel Tavisha, mengabari Umi, seolah-olah itu adalah Tavisha. Tavisha sungguh tidak ingin berurusan dengan orang-orang seperti itu lagi," ucapnya merasa ngeri.
Bersambung .....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini