Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Sakit
Pagi-pagi sekali Dayana datang ke rumah Fairel. Dayana meminta assisten rumah tangga Fairel membuka pintu kamar Icha. Betapa terkejutnya Bi Imah ketika melihat Icha tergeletak di lantai kamar dengan luka kering di keningnya.
Bi Imah ingin membangunkan Icha tapi dilarang oleh Dayana. Dayana meminta Bi Imah untuk mengisi baskom dengan air yang ada di dalam kamar mandi Icha. Bi Imah tanpa bertanya untuk apa segera masuk ke dalam kamar mandi mengambil air untuk Dayana.
Air yang ada di dalam baskom disiramkan semua ke tubuh Icha oleh Dayana. Icha masih tidak bangun. Dayana menendang-nendang tubuh Icha, tidak ada pergerakan. Bi Imah memeriksa tubuh Icha yang terasa panas.
"Nyonya, Nona Icha demam," kata Bi Imah.
Dayana tidak perduli, Dayana keluar dari kamar Icha. Bi Imah pergi ke kamar Fairel. Bi Imah dengan sopan mengetuk pintu. Bi Imah memanggil Fairel. Terdengar suara sahutan Fairel dari dalam.
Bi Imah membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Fairel baru bangun tidur. Bi Imah memberitahu keadaan Icha yang dalam keadaan demam tidak sadarkan diri tergeletak di lantai kamarnya.
Fairel tidak perduli. Fairel menyerahkan Icha kepada Bi Imah terserah mau Bi Imah apakan. Fairel kembali melanjutkan tidurnya.
Bi Imah keluar dari kamar Fairel. Bi Imah kebingungan. Bi Imah melihat Nyonya Dayana sudah pergi meninggalkan rumah Fairel dari balik jendela. Bi Imah melihat ada mobil lain yang masuk ke dalam halaman.
Bi Imah melihat Putra, sepupu Fairel keluar dari mobilnya. Bi Imah sedikit berlari menghampirinya. Bi Imah meminta tolong kepada Putra untuk membawa Icha ke rumah sakit.
Putra dengan senang hati membantu Bi Imah walaupun Putra masih penasaran siapa Icha. Putra mengikuti Bi Imah masuk ke dalam kamar Icha. Putra melihat seorang gadis tergeletak di lantai.
Hati nurani Putra terpanggil untuk membantu Icha. Dia secara refleks mengangkat tubuh Icha dan memasukkannya ke dalam mobilnya. Bi Imah duduk di kursi tengah mobil sambil menjaga Icha yang masih tidak sadarkan diri. Putra segera menuju rumah sakit.
Icha kembali menjalani perawatan. Luka yang ada di kening Icha mengalami infeksi. Icha harus dirawat inap di rumah sakit. Icha juga kekurangan gizi.
"Bi Imah, dia siapa?" Putra ingin rasa penasarannya mendapatkan jawaban.
Bi Imah yang sudah sangat mengenal Putra akhirnya menceritakan semuanya. Putra sama sekali tidak diberikan undangan saat pernikahan Fairel. Putra yang masih penasaran melempar banyak pertanyaan kepada Bi Imah.
Tidak semua pertanyaan bisa dijawab Bi Imah. Yang Bi Imah tahu, setelah menikah Fairel berlaku kasar kepada Icha. Fairel juga akan menjadikan Icha pembantu di rumahnya membantu pekerjaan Bi Imah.
Putra diam. Putra sangat akrab dengan Fairel. Memang setelah Fairel mengalami kecelakaan dan dinyatakan lumpuh, Fairel mulai berubah. Emosinya sering tidak bisa dikontrol. Putra tidak menyangka Fairel bisa berbuat sekejam itu kepada Icha.
Bi Imah juga memberikan informasi tentang Icha yang hanya anak angkat di keluarganya. Icha juga membayar biaya pengobatan ibu angkatnya selama di rumah sakit. Icha bekerja sepulang sekolah sebagai cleaning service di rumah sakit tempat ibunya dirawat.
Bi Imah meminta izin untuk pulang ke rumah karena Fairel sudah memanggilnya untuk pulang. Bi Imah memberi kabar saat ini Icha sedang dirawat di rumah sakit tapi Fairel masih sama tidak perduli. Bi Imah pamit pulang ke rumah.
Tinggallah Putra di dalam ruangan Icha. Putra sebelumnya bertanya kondisi Icha kepada Dokter yang kebetulan sebelumnya menangani kesehatan Icha.
Icha mengalami kerusakan pita suara dan benturan keras di kepalanya. Icha juga mengalami stress ringan. Yang saat ini Icha butuhkan adalah pengobatan dan merilekskan pikiran.
Putra merasa kasihan setelah mendengar dan melihat kondisi Icha. Putra diam-diam mengambil foto Icha menggunakan ponselnya. Putra meminta bantuan omnya untuk mencari informasi alasan Fairel menikahi Icha.
Putra melihat Icha membuka mata. Pandangan mereka bertemu. Icha kaget saat melihat orang asing dan Icha memperhatikan ruangannya. Putra dengan sopan berdiri di samping Icha dan memperkenalkan diri.
Putra bilang dia adalah sepupu dari Fairel. Putra dan Bi Imah yang membawa Icha ke rumah sakit karena Icha demam tinggi. Icha mencoba untuk bangun tapi pandangan matanya berkunang-kunang, Icha kembali merebahkan diri.
Icha mengatupkan kedua tangannya. Icha mencoba mengeluarkan suara tapi lagi-lagi tidak bisa. Icha menggerakan mulutnya, mengucapkan terima kasih tanpa suara. Putra mengangguk tanda mengerti.
Putra memperhatikan Icha. Matanya sebiru langit di angkasa, bibir mungilnya semerah ceri. Rambut coklatnya tergerai jatuh di pundaknya. Icha terlihat mempesona di balik senyumnya yang malu-malu. Icha juga terlihat bercahaya karena kulitnya yang sangat putih.
Tapi, Putra juga melihat telapak tangan Icha yang penuh dengan luka goresan. Mungkin Icha bekerja sangat keras selama ini. Lehernya juga nampak sangat jelas lingkaran hitam dan bekas luka di kening yang memanjang.
Dengan hati-hati Putra bertanya kepada Icha, apakah luka di kening dan di leher itu adalah hasil dari perbuatan Fairel. Icha menggelengkan kepala sambil menggoyangkan ke dua tangannya dengan cepat.
Putra tersenyum. Ternyata Icha tidak membenci Fairel. Seharusnya dengan keadaannya yang sekarang, Icha pergi meninggalkan Fairel. Dan seandainya sekarang Icha meminta bantuannya untuk kabur, Putra pasti akan membantu.
Putra mencoba menawarkan bantuannya. Putra tidak ingin Icha menjadi pelampiasan kemarahan Fairel.
"Icha, maaf. Apakah kamu memerlukan bantuanku? Kamu boleh meminta bantuan apa saja," tawar Putra.
Icha tersenyum dan hanya mengucapkan terima kasih. Putra meminta Icha memasukkan nomor ponselnya. Icha mengetik di ponsel Putra. Dan pada saat itu Fairel memperhatikan dari depan pintu. Untuk pertama kalinya Fairel melihat senyuman di bibir Icha.
Fairel tertegun, senyuman Icha membuatnya merasa bahagia. Tapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Fairel teringat, Icha lah yang membuatnya tidak bisa berjalan. Icha menabraknya dan melarikan diri.
Putra membalik badan dan melihat Fairel di depan pintu ruangan Icha dirawat. Putra dengan sedikit berlari ke belakang kursi roda Fairel dan mendorongnya ke samping brankar Icha.
Icha yang tadinya tersenyum, wajahnya langsung berubah ketika melihat Fairel. Wajahnya memerah, detak jantungnya berdetak cepat, keringat keluar berlebihan membasahi wajahnya. Tubuh Icha bergetar hebat, Icha menghindari kontak mata dengan Fairel. Icha menundukkan wajahnya.
"Sekarang kamu sudah sadar. Tidak ada yang serius. Sekarang juga kamu harus pulang," kata Fairel.
"Fai, Icha harus dirawat inap. Kondisinya masih belum sehat," ucap Putra.
"Dia harus segera melunasi utang-utangnya," Fairel menatap tajam ke arah Icha.
Icha mengangkat kepalanya. Icha menatap Fairel. Dan dengan cepat Icha mencabut paksa selang infus yang menancap di tangan kanannya. Icha perlahan turun dari tempat tidurnya.
"Icha, kamu harus tetap istirahat," Putra menahan tubuh Icha yang tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan.
Icha memberi isyarat kepada Putra bahwa dia baik-baik saja. Icha perlahan berjalan mendahului Fairel. Terjadi pertengkaran kecil antara Putra dan Fairel. Putra ingin Icha istirahat sampai kondisi Icha sehat. Tapi Fairel tidak memperdulikan Putra.
Putra kemudian memperhatikan langkah Icha yang semakin lama semakin tidak tentu arah. Putra berlari menangkap tubuh Icha yang jatuh di lantai ruangan perawatan. Putra mengangkat Icha dan dengan hati-hati menaruh Icha kembali ke atas brankar.
"Fairel, sungguh kejam hatimu!" Putra dengan keras memukul pundak Fairel.
Putra keluar dari ruangan Icha memanggil Dokter. Fairel merasa bersalah. Fairel menyesal. Tapi setelah mengingat perbuatan Icha padanya, Fairel kembali menaruh kebencian terhadapnya.
Kamu memang pantas mendapatkan perlakuan kasar dariku! Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan, umpat Fairel dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...