Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?
jika penasaran langsung saja baca novelnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bodoh atau lugu?
Cahaya pagi menyusup melalui jendela paviliun kayu tempat Chen Yu tinggal. Baru satu malam ia menetap, dan ia sudah merasa bagaimana kerasnya atmosfer sekte ini. setiap murid berjalan cepat, mata mereka tajam, seolah dunia ini adalah medan perang.
Chen Yu sedang duduk bersila di tempat tidur, memeriksa aliran YuanQi di meridiannya, saat suara ketukan terdengar dari pintu.
Tok. Tok. Tok.
“Permisi! Apakah ini kamar murid baru bernama Chen Yu? Aku dengar kau bikin Batu Roh nyala terang kemarin!”
Suara itu bulat dan sedikit cempreng, tapi terdengar sangat ramah.
Chen Yu membuka pintu dengan alis mengernyit. Di depannya berdiri seorang pemuda gendut, mengenakan jubah biru yang tampak agak sempit di perutnya. Wajahnya bulat seperti bulan purnama, dengan senyum lebar dan mata yang berbinar-binar penuh rasa ingin tahu.
“Namaku Puyou, murid baru juga. Tapi bukan baru-baru banget. aku daftar satu hari sebelummu,” katanya sambil menyodorkan tangan dan tertawa kecil, perutnya ikut berguncang. “Kau tahu, semua orang kemarin ribut soal cahaya dari Batu Roh. Aku penasaran, jadi langsung datang sendiri!”
Chen Yu tersenyum kecil dan menyambut tangannya. “Aku Chen Yu. Silakan masuk.”
Puyou langsung duduk tanpa sungkan di kursi kayu dekat jendela. Ia mengambil buah dari mangkuk dan mulai mengunyah sambil bicara.
“Jadi, Chen Yu, aku punya ide bagus! Bagaimana kalau kita keliling sekte hari ini? Ada taman latihan, kolam roh, dan... oh! Kios makanan yang katanya punya dumpling isi daging monster hutan! Mau ikut?”
Chen Yu sedikit terkejut dengan antusiasme pria ini, tapi di tengah tekanan dan dinginnya dunia kultivasi, keceriaan Puyou terasa menyegarkan.
“Aku belum tahu banyak tentang tempat ini,” kata Chen Yu pelan, “kalau kau bersedia, aku tidak keberatan.”
Puyou langsung berdiri dan menepuk dadanya. “Tentu! Aku akan jadi pemandu terbaikmu! Ayo, sebelum pelatihan gila itu dimulai besok. Kalau tidak, kita bisa dipukul oleh para tetua hanya karena salah ucap!"
Perjalanan Dimulai!!
Mereka berjalan melewati jembatan kayu yang membentang di atas sungai roh yang mengalir perlahan. Cahaya YuanQi menyelimuti airnya dengan warna keemasan. Puyou menunjuk tempat-tempat menarik sambil terus berceloteh:
“Itu arena duel, katanya yang kalah bisa dilempar ke lembah!”
“Pohon besar itu katanya pohon roh berusia seribu tahun. Dulu pohon itu pernah bicara, tapi sekarang diam.”
“Eh! Itu si gadis cantik murid inti. Tapi jangan menatap lama, nanti dituduh cabul, lalu... BOOM!”
Chen Yu tak kuasa menahan tawa. Puyou memang terlalu berisik, tapi ia tidak merasa terganggu. Justru, untuk pertama kalinya sejak ia datang ke sekte ini... ia merasa ada secercah kehangatan di tengah dunia yang penuh siasat dan tekanan.
Saat matahari mulai condong ke barat, Puyou dan Chen Yu duduk di atas batu besar yang menghadap ke danau.
Angin lembut berhembus, dan tawa mereka menggema ringan.
“Hei, Chen Yu,” kata Puyou sambil menatap langit.
“Hm?”
“Kalau kita berhasil bertahan dan tidak lagi di di tempat ini. kita harus tetap jadi teman, ya?”
Chen Yu menatapnya sejenak dan mengangguk.
“Iya. Dunia ini penuh musuh. Tapi punya teman… adalah anugerah.”
Dan begitulah, Chen Yu memiliki teman pertamanya di Sekte Langit Cerah. Seseorang yang mungkin terlihat biasa, tapi bisa menjadi bagian penting dalam takdir besarnya.
Sore menjelang. Chen Yu dan Puyou masih berjalan-jalan, menikmati indahnya lingkungan Sekte Langit Cerah. Mereka tiba di taman spiritual yang dipenuhi bunga roh bermekaran. Aroma wangi yang samar namun menenangkan memenuhi udara.
“Aku suka tempat ini,” ujar Puyou sambil menarik napas panjang. “Wanginya seperti... seperti pelukan ibu setelah kau pulang dibentak tetua.”
Chen Yu terkekeh. “Kau memang aneh, Puyou.”
Tiba-tiba, aroma harum yang jauh lebih kuat menyapu udara. Bunga-bunga roh bahkan tampak layu sesaat karena aroma baru itu mengalahkan keharuman mereka.
Chen Yu dan Puyou menoleh.
Seorang wanita berpakaian biru langit berjalan perlahan di atas batu-batu taman. Pakaiannya ketat dan elegan, tubuhnya semampai dengan rambut panjang berkilau. Wajahnya bagai lukisan dingin, menawan, dan sedikit angkuh. Setiap langkahnya membuat para murid lelaki yang melihat langsung menunduk atau menelan ludah.
“Siapa dia?” tanya Chen Yu pelan.
Puyou menjawab bisik-bisik, “Itu Xining, murid inti tingkat atas. Katanya sih keturunan keluarga bangsawan dan calon kandidat tetua muda.”
Xining berhenti tepat di depan mereka. Matanya menyapu Puyou sebentar, lalu menatap langsung ke arah Chen Yu.
“Kau yang membuat Batu Roh menyala saat ujian?” tanyanya dengan nada datar tapi tajam.
Chen Yu mengangguk sopan. “Benar. Ada yang bisa saya bantu?”
Xining menyipitkan mata. “Kau berdiri terlalu dekat dengan Pohon Roh itu. Kau membuat kelopaknya gugur. Apa kau tidak tahu aturan?”
Chen Yu bingung dan menatap sekeliling. Tak ada tanda yang melarang untuk berdiri di sana.
“Aku tidak melihat larangan,” jawabnya Chen Yu tenang. “Kalau ada, mungkin perlu papan peringatan, agar tak ada kesalahpahaman.”
“Berani sekali bicaramu padaku!” Wajah Xining langsung dingin seperti embun beku.
Melihat suasana memanas, Puyou segera menjauh perlahan sambil berbisik, “Aku tiba-tiba teringat ada dumpling yang harus kupesan. Sampai nanti!”
Xining dan Chen Yu saling menatap. Lalu, dalam sekejap, Xining mengibaskan lengannya, angin tajam melesat ke arah Chen Yu. Chen Yu mengelak ke kiri dan tanpa sengaja kehilangan keseimbangan. Saat ia berusaha bangkit, tubuhnya terdorong ke depan.
DUG!
Bibirnya bersentuhan dengan bibir Xining!
Sesaat dunia terasa berhenti. Mata mereka membelalak. Xining tercekat, pipinya memerah seperti delima.
PLAK!
Tamparan ringan mendarat di pipi Chen Yu. “Kau mesum!” bentaknya dengan suara tinggi.
Chen Yu terperangah. “Itu tidak sengaja! Aku jatuh!”
“Alasan klise! Laki-laki cabul!”
Xining mengayunkan kipas roh miliknya, dan pertarungan pun meletus. Mereka bertarung cepat di antara bunga roh. Chen Yu menghindari sebagian besar serangan, tapi beberapa gerakan tubuh mereka justru membuat posisi mereka berdekatan:
Sekali waktu Xining terpeleset dan jatuh ke pelukan Chen Yu.
Di lain kesempatan, saat Chen Yu melompat mundur, Xining menabraknya dari belakang dan kembali saling menindih.
Bahkan satu momen membuat mereka jatuh bersama di atas bunga roh, dengan wajah hanya sejengkal.
Mata Xining membelalak. Pipi merahnya tak bisa disembunyikan. Ia menggertakkan gigi, lalu melompat mundur sambil menutupi dada dengan tangan.
“Kau... kau MESUM YANG KURANG AJAR!” katanya sambil gemetar. “Ingat ini, Chen Yu! Aku tak akan melupakan pelecehan ini!”
Lalu, tanpa memberi kesempatan bicara, Xining kabur, terbang menggunakan jurus angin tingkat tinggi. Sisa aroma harum masih tertinggal di udara.
Chen Yu berdiri di antara bunga-bunga yang rusak, bingung dan kehabisan kata.
Beberapa murid lain yang melihat hanya bisa menahan tawa. mereka tak tahu siapa yang kalah atau menang, tapi satu hal pasti:
Chen Yu kini memiliki musuh… sekaligus “target perhatian” yang tak biasa di sekte ini.
Hari itu, langit di Sekte Langit Cerah dipenuhi awan tipis. Sebuah kabar telah menyebar di antara murid. Chen Yu, murid baru yang sempat membuat kehebohan di taman roh, dipanggil ke Aula Sidang Sekte.
Chen Yu melangkah santai menuju aula utama. Di dalam, duduk beberapa tetua penting dan ketua sekte sendiri, seorang pria paruh baya dengan rambut perak dan senyum misterius. Di sisi kanan, duduk seorang wanita dewasa dengan aura agung dan kecantikan nya luar biasa sangat sedap di pandang mata. pakaiannya putih bersih, rambut panjang disanggul rapi, dan matanya penuh wibawa. Dialah Tetua Qingwei, salah satu pilar utama sekte.
Xining juga hadir, berdiri dengan wajah memerah dan mata tajam menatap Chen Yu. Di tangannya, kipas roh terlipat erat.
Pada saat ini.....
Ketua sekte membuka suara, “Chen Yu. hari ini kau kami panggil karena sebuah insiden yang menyangkut kehormatan murid inti wanita. Apa kau mengerti alasan kami memanggilmu?”
Chen Yu berdiri tenang, kedua tangan di belakang punggung.
“Aku mengerti, Ketua Sekte,” jawabnya mantap.
Tetua Qingwei mengangguk ringan. “Ceritakan dari sudut pandangmu.”
Chen Yu menghela napas. “Begini, saat aku sedang berjalan-jalan dengan teman baruku, Puyou yang gendut, kami bertemu senior Xining yang anggun dan luar biasa harumnya. Kami bertukar kata, lalu terjadilah salah paham. Kami bertarung.”
Beberapa tetua mulai mengangguk paham. Tapi Chen Yu belum selesai.
“Saat pertarungan aku terpeleset, dan... yah, aku tak sengaja mencium bibirnya. Kemudian, dalam satu momen yang kacau. tanganku terselip dan...” Chen Yu menoleh tenang ke arah Xining, “Aku tak sengaja memegang dadanya...dan sedikit meremasnya.”
Seketika, seluruh aula membeku.
Mata para tetua membelalak. Tetua Qingwei yang semula tenang langsung berdiri dan berteriak, pipinya merah membara:
“Kau… kau benar-benar MESUM!”
Chen Yu mengerutkan kening dan menjawab polos, “Siapa? Mesum? Siapa orang itu? Di mana tempat tinggalnya? Namaku Chen Yu, bukan Mesum. Mungkin kalian salah orang.”
Suasana hening satu detik...
Lalu pecahlah tawa dari para tetua!
Ketua sekte bahkan menepuk meja sambil tertawa, “Hahaha! Anak ini... sungguh luar biasa. Bodoh... atau sangat lugu?”
Tetua berjanggut putih menyela, masih tertawa, “Aku tak tahu apakah ini pemuda paling jujur atau pemuda paling malang yang pernah masuk sekte kita.”
Xining menggertakkan gigi, “Kalian malah tertawa?! Dia... dia menyentuhku tubuhku!”
Chen Yu menoleh ke arahnya dan berkata ringan, “Tapi itu tidak disengaja. Kalau disengaja, aku pasti akan menunggu momen yang lebih romantis, bukan di tengah pertarungan.”
Xining: “Kau...kau tak tau malu”
Qingwei duduk kembali, menutup wajah dengan kipasnya, suara pelan tapi tajam keluar dari sela bibir merahnya, “Mulutnya... benar-benar tak tahu malu...”
Tetua wanita lain berbisik, “Kalau dia sedikit lebih dewasa, bisa-bisa banyak murid wanita dibuatnya naik darah.”
Ketua sekte akhirnya mengangkat tangannya, menghentikan diskusi.
“Cukup. Ini murni kecelakaan yang tak disengaja. Tapi, untuk menjaga nama baik sekte dan menghindari kejadian serupa... mulai besok Chen Yu akan ditempatkan di Divisi Disiplin selama satu bulan.”
Chen Yu mengangguk santai. “Baik. Tapi kalau ada senior wanita lain yang ingin menyerang, bisa beri tahu dulu, supaya aku bisa memakai penutup mata.”
Para tetua tertawa lagi, Xining memekik marah, dan Qingwei hanya bisa menghela napas panjang sambil berkata dalam hati, Anak ini... bahaya untuk harga diri perempuan.
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya