“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Heboh
Ambar dan Della yang akan pulang dari maraton berhenti sejenak karena melihat keramaian di tikungan kecil. Mereka heran tadi saat pergi maraton belum ada orang sebanyak itu. Sekarang malah seperti ada pertunjukan saja saking banyaknya orang.
“Eh kok itu ada banyak orang ya?’’ tanya Della.
“Ya mana gue tau, ini kan kampung lo.’’ balas Ambar.
“Yeeee, ketus amat. PMS?’’ ucap Della meledek. Ambar hanya menatap malas.
Mereka kembali berjalan mendekati para warga. Mau bertanya tapi tidak ada yang kenali. Della yang pernah tinggal di desa ini saja sungkan mau bertanya, apalagi Ambar yang memang lahir di kota. Della yang melihat Inah langsung menuju wanita itu.
“Bude, ada apa?’’ tanyanya penasaran.
“Eh Della! Itu ada penemuan mayat. Sebaiknya kalian pulang saja.’’ ucap Inah berbisik.
Ambar mengeratkan kening heran. Kenapa mereka malah di suruh pulang. Mereka yang anak muda tentu rasa penasarannya cukup tinggi.
Wae on
“Yah Bude, kita kan juga ingin melihat’’ Della memelas.
“Ya udah, tapi disini saja sama Bude. Jangan kemana-mana.’’ ucap Inah akhirnya.
“Siapa ni nah?’’ tanya ijum.
“Ini anaknya Dhirendra.’’ jawab cepat Inah.
“Saya....’’ ucapan Della terpotong karena Inah malah langsung menarik ijum menjauh.
“Ini kok Bude Inah aneh sekali sih’’ batin Ambar yang memang peka.
.
Di lain tempat, Rani masih tidak sadarkan diri. Anaknya sudah beberapa kali membangunkan Rani, tapi tetap saja wanita itu masih betah dengan pingsannya. Tak lama petugas kesehatan datang dan memeriksa wanita itu.
“Bagaimana keadaan Ibuk saya Bu?’’ tanya Diah.
“Ibukmu hanya shock dan tensinya juga turun. Ini vitamin tambah darah nya dan sudah ada aturan konsumsi di kemasan’’ ucap Bu mantri.
“Terima kasih Bu.’’ Diah mengambil obat dan memasukkannya kedalam tas.
“Sebentar lagi ambulance datang. Tolong temani nak Diah dulu di rumahnya. Kasian jika cuma berdua saja, sementara ke adaan Buk Rani seperti ini. Jasad Kardi akan di bawa polisi untuk autopsi.’’
Bude Surti akhirnya yang menemani Diah, karena kasian juga pada anak itu jika sendirian di rumah. Ibunya mana bisa di andalkan saat ini.
“Di harapkan bapak-bapak untuk datang ke masjid untuk tahlilan nanti malam. Dan Imah, kamu kan salah satu anggota PKK, nanti datang ke rumah saya. Para ibu-ibu akan membuat kue untuk di antar ke masjid.’’ ujar pak lurah lagi.
Imah hanya mengangguk. Di desa Kabut Surem memang seperti ini jika ada salah satu warga yang meninggal. Para keluarga yang di tinggalkan tidak perlu tepat memasak, karena akan menjadi beban bagi mereka yang berduka. Belum tentu semua orang punya banyak uang untuk membuat tahlilan. Meskipun tidak di wajibkan membuat makanan, tetapi setidaknya tuan rumah punya rasa sungkan juga atau bentuk terima kasih atas kerja sama masyarakat yang turut membantu dan mendo'akan almarhum. Jadi dengan adanya gerakan Ibu-ibu PKK ini sangat membantu warga yang kurang mampu.
Tak lama ambulance datang. Beberapa bapak-bapak mengangkat Rani ke atas brankar dan memasukkan ke dalam ambulance.
“Terima kasih pak lurah dan Ibu Bapak semua” Diah tersenyum paksa lalu masuk dalam ambulance. Bude Surti akan menyusul di antar Doni anaknya.
“Pulang yuk! Laper nih.’’ ucap Della.
“Ayo!’’
Mereka berdua memutuskan untuk pulang. Saat melewati tikungan, netra Ambar tak sengaja melihat siluet perempuan berbaju putih tapi banyak noda berwarna merah di bagian bawahnya. Rambutnya yang panjang menutupi wajahnya, sehingga Ambar tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Tiba-tiba saja langsung lenyap.
“Ha?!’’ Ambar terkejut bukan main karena wanita itu lenyap di depan matanya.
“Kenapa sih?’’ tanya Della heran.
“Aaa eh nggak. Ayo pulang katanya lapar’’ Ambar menggandeng sepupunya dan mereka berjalan menuju ke rumah.
.
...🩵🩵🩵🩵...
.
Di rumah kedua suami istri sedang berada di dapur. Mereka baru saja membersihkan bagian belakang. Sedangkan Denis dan Arum bermain di kamar Ambar, Dimas kurang enak badan. Pria itu jadi agak pendiam semenjak di ganggu hantu wanita.
Ningrum yang sedang membuat minuman sayup-sayup mendengar suara pengumuman dari masjid.
“Eh itu kayak ada yang meninggal.’' ucapnya.
“Iya. Siapa ya?’’
.
Di luar terlihat wanita sedang berjalan masuk pagar rumah Eyang. Wanita itu merinding melihat kiri kanan. Padahal halaman sudah bersih, bagian semak belukar juga sudah lumayan bersih. Kecuali jalan menuju rumah Mbok Tukiyem.
“Ini kok serem amat sih?! Kan masih siang’’ Inah bergumam mempercepat jalannya.
“Assalamualaikum’’ ucapnya.
“Wa'alaikum salam, ada apa nah?’’ jawab Ningrum sambil membuka pintu.
“Lain kali aja ya. Ini Lo, suaminya Rani si Kardi meninggal dunia. Jadi Pak lurah minta, para ibu-ibu untuk gotong royong membuat kue di rumahnya.’’jawab Inah.
“Innalillahiwa Inna ilaihi Raji'uun. Iya nanti aku akan datang bersama anak-anak.’’ balas Ningrum yang kaget. Rani dan Kardi adalah teman mereka.
“Aku pamit'’ Ucapnya, di balas anggukan dari Ningrum. Wanita itu akan berbalik tapi di buat kaget oleh suara seseorang
“Siapa?’’ tanya Dimas.
“Astaga Dimas! Kamu ngagetin mama aja’’ Ningrum kesal.
“Tolong bikin aku mie godok pake telur ayam kampung!’’ ucapnya santai.
“Kamu tumben suka makan mie, pake telur ayam kampung lagi.’’ Ningrum heran mengernyitkan keningnya.
“Kan aku lagi demam. Jadi wajarlah’’ Setelah mengatakan itu Dimas berjalan ke arah dapur.
“Tumben banget’’ Ningrum mengedikkan bahu acuh. Dia berjalan menuju dapur.
Ternyata anaknya tidak ada di sana. Dia berfikir mungkin Dimas ke belakang mencari udara segar. Kebetulan bagian belakang memang cantik pemandangannya, karena langsung di sambut hamparan Kebun teh milik Eyang Gayatri yang begitu luas.
“Ma, buatin nasi goreng dong. Aku kayaknya gak nafsu makan nasi’’ ucap Dimas duduk kursi meja makan sambil memijat kepalanya.
“Loh Dimas! Kapan kamu masuknya? Mama nggak lihat lo.’’ Ningrum kembali di buat heran. Dimas juga kelihatan segar, tak seperti tadi yang pucat sekali.
“Masuk dari mana si ma, Dimas ini baru aja turun Lo. Ini aja masih puyeng, kalo nggak laper aku nggak bakalan turun ini’’ ucapnya.
Ningrum menelan ludah kasar. Seketika Dirinya merinding.
“Ma, ma, kok malah bengong sih. Laper nih!’’ ujar Dimas memelas.
Tanpa menjawab, Ningrum langsung membuat nasi goreng untuk Dimas dengan hati yang kalut. Tiba-tiba saja Dia di hantui begini. Rasanya tidak ada berbuat salah selama ini. Kecuali masa lalu nya, tapi tidak menyakiti orang lain, Pikirnya.
.
.
“Dasar pembawa sial! Karena kehadiran kalian, desa ini kembali di teror pembunuhan begini!’’ ucap pedasnya.
.
.
Assalamualaikum
Jangan lupa like, subscribe vote dan komentar🤗🙏