NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Sekarang—Araya akan melampiaskan perasaannya lewat lagu.

"Setiap lagu memiliki arti, dan setiap penyanyi menghayati, lalu penonton memberi opini," ucap Araya, kemudian mulai memainkan gitar dengan penuh hati-hati.

Setiap petikan memiliki arti, membuat para penonton menatapnya penuh kasih. Walaupun dalam pikirannya, semua orang akan abai dan tidak peduli.

"Terimakasih, katanya." Araya mulai mengeluarkan suara yang lembut, suara yang meminta penjelasan dan suara yang ingin di dengar.

Para penonton tercengang mendengar betapa lembut dan betapa menghayatinya Araya menyanyikan lagu "Semua Aku Dirayakan - by Nadin Amizah."

Satu pandangan mata enggan untuk berpaling. Setiap petikan-petikan halus yang Araya lakukan, membuatnya menikmati setiap nyanyian.

"Dia ... dia mengatakan akan memberi waktu, untuk kami berdua. Namun, dia pergi entah ke-mana," batin Araya.

Beberapa menit berlalu, satu petikan terakhir dimainkan. Araya menghela napas lega, menatap ke arah jari-jemarinya yang memerah.

"Sudah lama—"

Belum sempat ucapannya penuh, tepuk tangan terdengar dari satu cafe membuat Araya segera berdiri. Memberikan gitar pada pemiliknya begitu saja dan turun dari panggung, keluar dari cafe, berlalu pergi—menjauh.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di sisi lain, kesibukan yang Devan maksud ialah menemui Naya. Mobil pemuda itu berhenti tepat di depan ruang latihan ballet, di mana Naya sekarang berada.

Pemuda itu turun dan berjalan memasuki ruangan. Saat pintu terbuka, matanya berbinar, terpukau pada penampilan Naya yang tengah menari dengan penuh perasaan.

Devan berjalan perlahan ke arah Naya, matanya tidak luput dari gadis yang tengah menari bebas. Pandangan matanya benar-benar jatuh cinta pada Naya yang begitu mempesona.

Tidak ada yang bisa menghentikannya, tangan kekar pemuda itu memegang pinggang Naya hingga tubuh mereka saling bersentuhan.

Naya perlahan mendongak, menatap Devan dengan napas memburu, dadanya naik turun. Sedangkan Devan menelan salivanya, dengan tatapan ingin menyerang Naya.

Naya tersenyum, gadis itu perlahan menjijit, kemudian.

Cup!

Ia mengecup singkat bibir milik Devan yang membuat pemuda itu terkejut namun merasa senang.

"Berani?" tanya Devan, disertai kekehan.

Naya terkekeh geli, kemudian menjauhkan tubuhnya dari tubuh Devan. Gadis itu mengambil botol air, dan mulai meneguknya.

"Aku terlalu lalai, yah?" Ia menoleh ke arah Devan, yang melangkah ke arahnya.

Devan menggeleng, memeluk Naya dari belakang. "Aku menyukainya," ucapnya sedikit berbisik, mengendus leher milik Naya, menimbulkan rasa geli.

"Aku pikir kamu tidak akan datang," ucap Naya.

"Tidak mungkin aku membiarkanmu kesepian, di saat kamu membutuhkan ku," ucap Devan, perlahan mengecup leher milik Naya.

"Apa kamu pernah seperti ini bersama, Araya?"

Devan membalik tubuh Naya agar mereka berhadapan. Pemuda itu menatap Naya penuh rasa ingin lebih.

Devan menggeleng. "Setiap bersamanya aku merasa bosan, mengecup bibirnya pun aku belum pernah," jawab Devan, jujur.

Naya tersenyum, menangkup kedua pipi Devan. "Baguslah, berarti aku yang pertama, iya, kan?"

Tanpa menjawab, Devan langsung saja menyerang bibir mungil milik Naya. Awalnya bibir mereka hanya bersentuhan, namun Naya memberikan ruang dengan cara membuka seiskit bibirnya.

Merasa dipersilahkan Devan memperdalam ciumannya, memegang tengkuk leher milik Naya. Keduanya saling menikmati hingga tanpa sadar suara petasan terdengar menggema di atas langit.

Keduanya melepas tautan tersebut, saling memandang dan tertawa penuh cinta.

Sedang kan Araya memeluk dirinya sendiri, msnatap uraian-uraian petaasan di atas nya, bersinar dengan penuh keindahan membuat orang-orang kagum.

Araya menikmatinya walaupun sendirian.

Perlahan kaki gadis itu melangkah mundur, namun lagi-lagi ia menabrak seseorang. Gadis itu berbalik.

"Maaf," ucapnya ingin berlalu pergi namun langkahnya terhenti.

"Apa begitu caramu meminta maaf pada semua orang?" ucap pemuda yang ditabrak.

Araya berbalik, menatap pemuda yang tidak lain adalah Rifan. Mata mereka bertemu satu sama lain dengan ekspresi tidak bersahabat.

"Begitulah aku," jawabnya.

Rifan mendongak menatap indahnya petasan yang terus menerus meledak di atas sana. Arya ikut mendongak, dengan kedua tangan yang memeluk lengannya.

Tanpa sadar gadis itu tersenyum, membuat Rifan yang menatapnya terpaku.

"Ternyata kau bisa tersenyum?"

Sadar akan hal itu, Araya berbalik dan mealnglah pergi—seperti biasa tanpa sepatah katapun.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Halte Bus.

Araya duduk menunggu bus tiba, terlihat banyak pasangan yang sudah pulang setelah menikmati indahnya festival kembang api. Walau dia tidak memainkannya.

Rifan menoleh sekilas ke arah Araya, kemudian dia sedikit mendekat dan ikut duduk walaupun memberi jarak yang jauh.

"Aku baru pulang dari luar-negeri dan tidak tahu tempat ini, bukan berarti aku mengikutimu," ucap Rifan begitu saja.

Araya menoleh, ia hanya menghela napas.

"Apa kau tidak memiliki banyak suara?" tanya Rifan, merasa kesal lama-lama melihat respon Araya yang suka abai. Padahalkan selama ini dia yang bersikap seperti itu.

"Untuk apa kamu ke sini kalau jalan pulang saja kamu tidak tahu?" ucap Araya tanpa menoleh.

"Aku ke sini bersama teman-teman," ucapnya.

Lagi-lagi Araya diam tidak menjawab.

"Siapa namamu ketua kelas," tanya Rifan.

"Araya," jawab Araya.

Hening!

Setelahnya sibuk pada urusan masing-masing, Araya terus menerus menghela napas karena itulah yang bisa dia lakukan.

Araya menoleh ke arah Rifan, gadis itu menatap pemuda yang benar-benar lupa arah pulangnya ke mana.

Araya berdiri kemudian berjalan sedikit jauh dari Rifan. Gadis itu berhenti, menoleh. "Busnya tidak akan datang, aku akan mengantarmu pulang," ucapnya.

Rifan pun tidak keberatan, pemuda itu berdiri dari duduknya dan mengikuti langkah Araya dari belakang. Namun, sekian menit mereka melangkah berdampingan walaupun tetap ada jarak.

Araya memainkan jari jemarinya merasa canggung, ini adalah kali pertama dia berjalan bersebelahan dengan seorang lelaki. Sebelumnya ia hanya bisa berdoa itu terjadi pada dirinya dan Devan.

"Apa kamu ke sini sendirian?" tanya Rifan.

Araya hanya menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalan.

"Suaramu bagus," ucap Rifan kemudian yang membuat langkah Araya terhenti.

Pemuda itu ikut berhenti, sedikit memiringkan tubuhnya menatap Araya yang diam di tempat. Gadis itu menatapnya dengan mata membulat.

"Kenapa?"

"Apa kamu melihatnya?" tanya Araya masih tidak percaya, gadis itu berdoa dalam hati semoga dia salah dengar.

Rifan mengangguk membuat harpaan Araya jatuh dalam dalam ke bawah tanah. Gadis itu mendekat.

"Aku kira tidak ada yang memperhatikanku, aku pikir tidak ada yang akan mengenaliku. Ternyata... katakan padaku bahwa kamu tidak menikmatinya!" ucap Araya, maju selangkah, menatap Rifan dengan tatapan serius.

Rifan tersenyum kec dengan raut wajah penuh tanya. "Memangnya kenapa?"

Araya memegang kepalanya dengan erat. "Seharusnya kamu tidak mendengarnya! Belum ada yang tahu bahwa aku bisa bermain musik, aku akan berantakan jika kamu menyebarnya, aku berencana untuk membuat pertunjukan hingga membuat orang-orang tercengang tapi kamu mengenalku dan..."

Rifan menyentil jidat Araya. "Kamu banyak bicara ketua kelas," ucapnya disertai tawa kecil.

Dengan dada naik turun Araya berjalan ke depan Rifan. Gadis itu menggeleng dengan pelan, menunjukkan ekspresi belas kasih dan ini adalah kali pertanya Araya berekspresi.

"Ku-mohonnn," ucapnya terdnegar merengek.

Rifan terpukau dengan perubahan yang terjadi. Pemuda itu tertawa gemas. "Ternyata kamu cerewet dan... bisa berekspresi tapi kenapa datar terus?" tanya Rifan.

Mendengar hal itu Araya memundurkan langkahnya, wajah gadis itu kembali datar. Dengan masa bodoh ia kembali melangkah.

"Apa yang dia katakan," batinnga meras kesal.

"Hey, wajah rengekanmu benar-benar lucu, coba lakukan lagi," ucap Rifan berjalan di sebalah Araya.

Hanya tetap berjalan lurus tidak peduli dengan apa yang pemuda itu katakan.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!