Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Setelah makan siang, Santi memutuskan untuk kembali ke kamarnya, sementara Amanda berusaha mencari tahu di hotel mana Papanya menginap.
Yang mengejutkan Amanda, ternyata Papanya tidak menginap di hotel mana pun. Dia lalu menelepon kantor Papanya, untuk mendapatkan informasi dimana keberadaan Papanya itu.
"Nona Amanda, Pak Dani sedang cuti dan tidak bekerja selama beberapa hari dan akan kembali bekerja dalam dua hari kedepannya." Ucap Gea sekretaris Dani di kantor.
"Aku harus segera menemui Papa. Aku punya masalah serius di kampus dan aku butuh bantuan Papa. Aku sudah coba menghubungi ponsel Papa, tapi tidak tersambung," kata Amanda.
"Mungkin karena Pak Dani sedang sibuk. Pak Dani ada di tengah kota. Saya punya nomor telepon apartemen baru Pak Dani, akan saya berikan pada Nona Amanda. Nona Amanda mungkin bisa menghubungi Pak Dani di nomor itu." Jawab Gea, sang sekretaris.
"Baiklah, Gea. Kau harus tahu, kalau aku tidak bisa menemukan Papa, maka aku akan dikeluarkan dari kampus. Di jalan mana apartemen baru Papaku?" Ucap Amanda.
"Maaf Nona, tapi saya tidak memiliki alamat pastinya. Tapi saya rasa alamat itu ada di catatan yang Pak Dani tinggalkan untuk saya agar memberikannya pada agen jasa pemindahan barang-barang milik Pak Dani." Ujar Gea.
"Cepat katakan saja padaku alamatnya. Setelah itu kau bisa menghubungi jasa pengiriman barang itu untuk cepat memindahkan barang-barang Papa, karena semua barangnya ada di taman, kata Mama. Kalau hujan, semuanya akan basah." Ucap Amanda.
"Ya Nona, mereka akan datang besok dan segera memindahkan semuanya." Kata Gea, yang kemudian memberikan Amanda alamat dan nomor telepon apartemen papanya.
Amanda menatap alamat itu. Itu adalah area apartemen paling eksklusif di pusat kota.
Beberapa jam kemudian, ketika Aleya tiba, dia terkejut melihat ada begitu banyak kotak-kotak di ruang tamu.
'Apakah mereka benar-benar akan bercerai?' gumam Aleya dalam hati.
Aleya lalu melihat Amanda yang berjalan mendekat kearahnya.
"Bagaimana kabar Mama?" Tanya Aleya.
"Mama menyangkal semuanya. Mama yakin kalau Papa akan kembali. Namun menurut apa yang dikatakan sekretarisnya, Papa punya apartemen baru. Sekarang, bantu aku memasukkan beberapa kardus ini ke dalam mobil. Kita akan menggunakannya sebagai alasan untuk memasuki gedung apartemen baru Papa." Ujar Amanda.
"Baiklah, tapi aku mau menyapa Mama dulu." Kata Aleya.
"Aku akan ikut dengan Kakak." Balas Amanda sambil mengikuti kakaknya.
...****************...
Beberapa saat kemudian...
Amanda sedang menyetir mobil menuju apartemen Papanya. Aleya tetap diam, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Dari sudut pandangnya, kedua orang tuanya selalu akur, dan dia lebih dekat dengan Papanya, jadi dia tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi.
"Apa yang Mama katakan?" Tanya Aleya pada Amanda.
"Mama pikir bahwa Papa akan kembali, tetapi kenyataannya Papa bahkan sudah mencari apartemen baru. Aku rasa Papa tidak akan kembali, dan yang terburuk adalah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi saat Mama menyadarinya. Mama tampak sangat terguncang. Aku belum pernah melihat Mama seperti ini." Ucap Amanda mengungkapkan keterkejutannya.
"Aku tidak mengira mereka punya masalah. Meskipun aku sudah tidak tinggal bersama mereka selama bertahun-tahun sejak aku kuliah." Ucap Aleya.
Amanda menjelaskan, "Mereka tidak punya masalah saat aku pergi beberapa bulan lalu. Mereka bahkan mengunjungi aku di kampus bersama. Bahkan saat pesta ulang tahun pernikahan mereka, mereka tampak baik-baik saja. Selain itu, liburan yang mereka lakukan ke Eropa beberapa bulan lalu... mungkin itu sebabnya sangat sulit bagi Mama untuk menerima semuanya!"
Hari sudah malam ketika Amanda menghentikan mobilnya beberapa meter dari gedung apartemen itu.
...----------------...
Sementara itu...
Dani Prasetya berada di apartemen mewah miliknya. Dia baru saja tiba dari perjalanan liburannya dengan Clara beberapa jam yang lalu. Dia memeriksa ponselnya dan melihat ponselnya masih dalam keadaan mati.
"Sial, bateraiku habis," kata Dani.
"Aku akan memesan makan malam. Kau mau makanan Chinese atau Italian?" Tanya Clara.
Dengan pasrah, Dani menjawab, "pasta saja."
...----------------...
Setengah jam berlalu ketika pintu terbuka. Dani Prasetya ketakutan melihat kedua putrinya keluar dari lift. Amanda meletakkan kotak itu di lantai, sementara tatapan Aleya menjelajahi lorong masuk apartemen. Dia segera menyadari sosok Papanya yang tengah menatap kearahnya dan dia tak dapat menahan rasa marahnya.
Papanya menjalani kehidupan mewah disini sementara Mama mereka menderita.
"Apakah makanannya sudah tersedia, Sayang?" Clara bertanya ketika ia muncul di belakang Dani.
Amanda menatap Papanya.
"Kau meninggalkan Mamaku demi wanita murahan ini!" Teriak Amanda.
Clara menegur Amanda dengan marah.
"Aku tidak akan membiarkanmu berbicara seperti itu padaku." Kata Clara padanya.
"Aku tidak butuh persetujuan mu untuk mengatakan semua itu, dan sebaiknya kau tidak melawanku karena aku akan menyeret mu dengan menjambak rambutmu ke seluruh kota ini." Ucap Amanda mengancam.
"Amanda, ini rumah Papa. Setidaknya kau bisa memberikan rasa hormat pada Papa." Ucap Dani berteriak pada putrinya.
"Papa tidak bisa menuntut apa pun dariku. Apa Papa menghormati Mamaku? Ayo pergi Kak Aleya, kita tidak ada urusan lagi di sini." Ucap Amanda
"Sungguh mengecewakan, Papa." Ungkap Aleya, mengikuti jejak saudara perempuannya.
Amanda memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk memberi tahu Mamanya apa yang sedang terjadi. Dia tidak bisa membiarkan Mamanya terus menderita karena Papanya.
Papanya tidak pantas menerima air mata Mamanya itu.
Setelah kedua putrinya pergi, Dani mencari kunci mobilnya untuk mengejar mereka.
"Apa kau berencana mengejar mereka?" Tanya Clara dengan marah.
"Tentu saja, mereka putriku, dan aku perlu bicara dengan mereka. Jangan tunggu aku untuk makan malam. Kau bisa makan sendiri." Kata Dani sambil pergi mencari kedua putrinya.
...****************...
Di tempat lain...
Akhirnya, koper barang-barang milik Dani ada di ruang tamu. Tidak ada lagi yang tersisa darinya. Santi sedang berada di kamarnya ketika mendengar derit mobil di pintu masuk rumah, diikuti oleh mobil lainnya. Dia memutuskan untuk turun ke bawah dan melihat siapa orang itu.
Saat menuruni tangga, ia mendengar teriakan Dani.
"Kau berutang rasa hormat padaku, suka atau tidak, aku tetap Papamu! Kenapa kau tidak kuliah?" Teriak Dani.
Amanda berteriak balik, "Rasa hormat? Apa kau punya rasa hormat pada kami? Aku di sini karena Papaku memutuskan untuk meninggalkan rumah dan tinggal bersama seorang wanita murahan. Mari kita lihat apa yang akan dilakukan pelakor itu saat uangmu habis. Karena itulah satu-satunya alasan kenapa dia mau hidup bersama pria tua sepertimu!"
Marah, Dani Prasetya langsung menampar putrinya dengan keras untuk pertama kalinya.
"Kau harus menghormati ku, gadis muda! Aku tidak akan mentoleransi penghinaan lagi." Dani memperingatkan Amanda.
"Dani!" Seru Santi yang melihat semuanya.
Dia telah mendengar semuanya.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)