Demi hidup ayahnya Ruby rela menjadi istri Rai sang big bos mafia yang dingin dan kejam namun siapa sangka di balik sikapnya yang dingin dan kejam ternyata Rai adalah seorang yang manja dan juga sangat pencemburu. Mampu kah Rai meyakinkan Ruby tentang cinta nya?
Di tambah dengan Kisah Ken dan Kiran serta Dylan dan Dasya semakin memperlengkap keluarga Klan Loyard, bersama-sama mereka menjalani kehidupan dalam keluarga Klan Loyard yang menjadi mafia terbesar yang di pimpin oleh Regis.
Ini lah kisah cinta para Big Boss pemimpin Klan Loyard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APA ?!?!
Balkon tempat Ruby biasa beristirahat ada di balik pintu ruang kerjanya. Gedung ini memiliki 5 lantai tapi hanya 2 lantai yang memiliki balkon belakang. Lantai ke 4 dan ke 5 tidak memiliki balkon dan dikelilingi kaca anti peluru disetiap ruangnya. Keamanan para elite dan petinggi klan adalah yang paling utama.
Sebenarnya bukan balkon yang indah, hanya tempat untuk meletakkan kardus-kardus bekas pengiriman makanan dan minuman.
Tidak pernah ada yang pergi ke balkon itu, hanya Ruby dan Kiki yang kesana, dikarenakan mereka bekerja sebagai pencuci piring.
Tumpukan kardus menggunung di balkon itu, seperti hampir membagi menjadi 2 ruangan.
Ruby dan Kiki biasanya menata kardus-kardus itu sebagai alas mereka beristirahat sejenak, menatap langit yang cerah dan banyak bintang. Apalagi yang bisa gratis dipandangi bagi orang miskin sepertinya kalau bukan langit.
Dan disitulah saat ini Ruby berada, ditengah pikirannya yang kalut bagaimana mencari uang untuk deposit rumah sakit ayahnya.
" Ibu maafkan aku tidak bisa menjaga ayah dengan baik, aku melanggar janjiku. Ibu tunggu aku dan ayah, mungkin sebentar lagi kita akan bersama-sama" Ruby menitikan air mata.
Tapi kemudian dia teringat wajah ayahnya yang dulu tidak pernah menyerah tentang ibunya.
Ruby menghela nafas panjang dan mengumpulkan semua semangatnya untuk tidak menyerah.
“ Semangat, semangat, semangat !!! “ teriak Ruby dari atas balkon.
Rupanya teriakan Ruby mengagetkan seseorang yang sedang bersembunyi dibalik tumpukan kardus disisi yang lain. Laki – laki itu pun mengintip untuk melihat siapa yang berteriak seperti itu.
“ Halo selamat malam manager Vi, saya Ruby Kertia bekerja di bagian pencuci piring untuk lantai 3. Bolehkah saya meminjam uang perusahaan, kemudian saya akan mengembalikannya dengan cara pemotongan gaji tiap bulan ? “ ucap Ruby dengan wajah yang sangat ceria dan penuh harap.
“ Aish, sepertinya itu terlalu biasa, haruskah aku memujinya dulu dengan mengatakan Manager Vi yang cantik “ Ruby berkata sendiri sambil berpikir.
Ternyata Ruby sedang latihan berbicara menghadap Manager Vi untuk meminjam uang.
Vivianne atau biasa di panggil Manager Vi bukan wanita yang ramah, dia sering inspeksi mendadak bahkan kesetiap sudut ruangan. Semua pegawai disini mengatainya penyihir Vi karena sifatnya yang meledak-ledak dan perilakunya yang kasar.
“ Ah tidak tidak, mana mungkin aku memujinya cantik sedangkan wajahnya sudah seperti serigala lapar yang siap memangsa siapa saja yang berbuat salah “ gerutu Ruby sendiri.
Di balik itu pria yang mengintip tadi melihat semua tindakan Ruby, dia tertawa tanpa mengeluarkan suara, kejadian lucu sedang berlangsung didepannya.
Dia lucu sekali, kalau saja Anne tau ada seseorang yang memakinya dibelakangnya hahaha. Pikir pria itu.
Namun saat dia sibuk memperhatikan Ruby, ponselnya berdering dengan sangat keras, membuatnya terlonjak kaget begitu juga dengan Ruby. Buru-buru dia mengambil ponselnya yang ada di saku jaketnya, tertulis panggilan “ Kakak 💕 “.
“ Halo “ dia mengangkatnya.
“ Kau dimana ??? “ teriak Rai dengan keras, Ken sampai harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya karena takut gendang telinganya rusak.
“ Baiklah aku kesana “ jawab Ken seperti tau apa maksud pertanyaan dari kakaknya.
Di sisi lain dari tempatnya bersembunyi, Ruby mendekat secara perlahan, bersiap-siap menyergap siapapun yang ada dibalik tumpukan kardus itu.
“ Hiaaat “ teriak Ruby langsung menyerang Ken dan memelintir tangannya, Ken yang tidak siap dengan serangan itu pun tak berkutik.
“ Siapa kau ? “ galak Ruby dengan semakin mengeratkan pelintiran tangannya.
Ken yang terkejut bahkan tidak sempat membalas.
“ Nona kau salah paham, aku bukan orang jahat, aku bagian dari tempat ini “ Ken menjelaskan.
“ Apa ? “ Ruby terkejut dan segera melepaskan tangannya.
“ Ya ampun maaf maaf, aku tidak tau, kupikir kau laki-laki mesum yang berniat buruk, apa kau baik-baik saja? Apa tanganmu patah ? “ cecar Ruby sambil memutar mengelilingi Ken.
Ken hanya tersenyum melihat tingkah Ruby, baru kali ini dia melihat gadis seperti Ruby.
“ Hahaha... “ tawanya pecah.
“ Hei apa kau baik-baik saja? Aku memelintir tangan mu tapi kenapa otakmu yang sepertinya terluka “ tanya Ruby heran kenapa dia malah tertawa.
Ruby adalah pemegang sabuk hitam taekwondo dan juara berbagai lomba bela diri, tentu saja serangannya berbeda dengan serangan orang biasa, baik deri segi tehnik dan kekuatan.
“ Tenang saja nona aku baik-baik saja “ kata Ken berusaha meyakinkan Ruby.
“ Lain kali kita berkenalan dengan baik, tapi sekarang aku sedang terburu – buru, aku pergi dulu, permisi “ pamitnya sambil menundukan kepala dengan sopan kemudian berlalu pergi meninggalkan Ruby yang masih terheran – heran.
Ruby akan pergi dari balkon tapi kemudian dia melihat tanda pengenal pegawai berwarna putih terjatuh di lantai.
Oh rupanya dia pegawai baru, pantas saja aku tidak pernah melihatnya. Hah apa? Dia menjatuhkan ini, dia tidak boleh berkeliaran di tempat ini tanpa tanda pengenal atau dia akan ditendang dari sini, pikir Ruby.
Ruby segera berlari mengejar Ken, sekilas dia melihat Ken memasuki lift, saat Ruby hampir sampai di depan lift pintunya sudah tertutup. Dia melihat lantai berapa yang di tuju Ken, rupanya lantai 5.
Ruby segera menyusulnya melalui tangga darurat, lari sambil menaiki tangga bukan hal yang berat untuknya, saat dia ikut kelas bela diri latihan – latihannya bahkan jauh lebih berat.
Sampai di lantai 5 dia melihat Ken memasuki ruangan di ujung lorong, dia berteriak memanggilnya tapi Ken sudah terlanjur memasuki ruangan.
Ruby bergegas menyusulnya, lantai 5 adalah lantai terlarang untuk pegawai berkartu putih, hanya pegawai khusus yang boleh memasuki area ini.
Aah dasar bodoh, dia tidak tau sedang berbuat apa, kata Ruby dalam hati.
Di depan ruangan bernomor 999 dia berhenti sejenak untuk menarik nafas dan mengatur pakaiannya.
“ Tok tok tok “ dia mengetuk pintu.
“ Masuk “ suara didalam ruangan menjawab.
Ruby membuka pintu perlahan dengan menundukkan wajahnya, dia melirik mencari Ken, dan dia menemukannya sedang duduk bersama Manager Vi.
Hah kenapa dia duduk disebelah penyihir itu, dia pasti dipecat, dia berkata dalam hati.
“ Siapa kau dan ada apa kemari ? “ Suara Manager Vi memecah keheningan.
“ Maaf saya hanya mencari pria ini “ jawabnya seraya berjalan mendekati Ken, dan menyeretnya berdiri disampingnya.
“ Ada apa kau mencari ku? “ Tanya Ken heran.
“ Hei pelankan suara mu, itu Manager Vi si penyihir, kalau kau tidak sopan kau bisa dipecat “ bisik Ruby ditelinga Ken masih tetap menundukkan wajahnya.
“ Apa di pecat ? “ tanya Ken masih keheranan.
“ Hei kau bodoh atau gila, aku bilang pelankan suara mu. Ini kau menjatuhkan kartu pegawaimu, tanpa ini kau bisa di tendang dari sini “ bisik Ruby seraya menyerahkan kartu pegawai yang tadi terjatuh.
“ Ken siapa dia ? “ Tanya suara seorang laki – laki didepan sana, suaranya berat.
“ Ah kakak dia ini... “ Ken mencoba menjelaskan kepada Rai.
“ APA KAKAK ??!! “ seru Ruby kaget seraya mengangkat pandangannya.
Rai pun tidak kalah terkejutnya.
“ Kau...perempuan itu ? “ Kata Rai kaget.
“ Huh akhirnya aku menemukanmu, perempuan gila “ seringainya menyeramkan.
“ Rai kau kenal dia ? “ tanya Manager Vi terheran – heran dengan kakak beradik itu.
Siapa dia ? Apa dia Sekertaris Yuri itu ? kata hati Ruby, masih keheranan.
“ Aku tidak kenal tapi aku akan mengenalnya “ Kata Rai menekankan suaranya di bagian akhir kalimat.