Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 6 Kita Bestie
Mia terus saja menggigit kukunya, risau dan cemas itulah yang saat ini dia rasakan. Sudah lebih dari satu jam Mia berpikir, tapi dirinya tidak kunjung mendapatkan ilham yang dia inginkan.
"Aku harus apa?" gumamnya frustasi.
Gadis berambut panjang itu mendudukkan dirinya di tempat tidur. Sudut matanya melirik ke arah jam dinding yang menemani kesunyian kamarnya.
"Apa aku harus mencobanya?" ujarnya lagi.
"Tapi- bagaimana kalau, aaakkhh aku enggak sanggup kalau harus mandiin cowok dewasa, walaupun jiwanya anak anak!" Mia menutup wajahnya frustasi.
Otak pintarnya buntu, di lain sisi dia juga tidak akan mungkin bisa membayar denda saat dia melanggar perjanjian itu, karena jumlahnya bisa mencapai ratusan juta. Tapi, apa dia sudah siap dengan segala resikonya? menjadi pengasuh dari pria autis yang berusia 25 tahun.
"Anggap dia adik kecil Mia. Jangan bayangkan apa pun yang bisa bikin kamu pingsan," gumamnya lagi penuh keyakinan.
Almia Puspa Dewi menghela napas pelan, gadis itu segera merapihkan penampilannya. Mematutkan diri di depan cermin, menarik kedua sudut bibirnya agar tersenyum manis dan ikhlas pastinya.
"Bantu aku Ibu," ujarnya lagi, sebelum dia keluar dari kamarnya.
🍭
🍭
🍭
Mia menelan saliva berkali kali, kala melihat pria berwajah tampan yang akan dia asuh terus saja melirik malu padanya.
Jujur bukan hanya pria tampan itu yang malu, gadis itu pun tertular rasa malu yang saat ini tengah di rasakan oleh Januar.
"Jadi, apa jawaban kamu?"
Mia mengangkat wajahnya, kedua matanya menatap yakin pada wanita paruh baya berwajah cantik, padahal usianya sudah tidak muda lagi.
"Aku akan mencobanya, semoga saja aku bisa melakukannya dengan baik, Nyonya," sahut Mia sedikit ragu.
Tidak bukan sedikit, tapi banyak sekali keraguan di hatinya. Baru kali ini dirinya ragu pada kemampuan yang di milikinya.
"Eyang senang mendengarnya. Semoga kamu bisa menjaga cucu Eyang ini, kalian bisa menjadi teman baik,"
Mia hanya mengangguk seadanya, bahkan senyuman manisnya terlihat canggung saat melihat pria berkaos putih itu meliriknya secara diam diam.
"Ya sudah, sekarang Pengasuh Mia- tolong bawa Janu ke kamarnya,"
Ini adalah tugas pertama Mia, gadis berambut panjang itu mengangguk- kedua mata bulat beningnya menatap teduh pada pria yang sudah berdiri mendahuluinya.
"Aku permisi," pamit Mia.
Gadis itu segera mengimbangi langkah Januar, sesekali Mia memiringkan kepalanya sekedar untuk melihat raut wajah pria di sampingnya.
"Kamu enggak mau kenalan sama aku?" Mia memulai pembicaraan.
Dia tahu kalau Janu tidak akan membuka mulut terlebih dahulu. Lihat, Januar semakin menunduk kala Mia semakin mendekat dan memiringkan kepala.
Menggemaskan sekali, jerit Mia dalam hati.
Entah kenapa, Mia merasa ada sesuatu yang menarik dari dalam diri Januar. Pria- maksudnya anak yang akan Mia asuh ini, terlihat malu malu persis seperti bocah kebanyakan, saat berkenalan dengan seseorang untuk pertama kalinya.
"Kamu tidak mau berteman dengan ku bukan?" cicitnya.
Kedua tangannya sibuk memainkan rubik kecil di tangannya. Berulang, walaupun dadu rubik rumit itu sudah tertata rapih, tapi Janu terus saja mengotak atiknya kembali.
"Kata siapa? kalau aku enggak mau jadi teman kamu, aku udah pulang dong? ya kan?" Mia semakin melebarkan senyumnya.
Bahkan tanpa sungkan gadis itu berjalan mendahului Januar, bertingkah seperti gadis kecil centil yang tengah merayu teman laki lakinya karena merajuk. Mia berjalan mundur, perlahan- namun kedua matanya terus saja tertuju pada Januar.
Alis tebal, bibir tipis merah muda, berkulit putih, tinggi di atas rata rata, tubuh tinggi tegap, astaga betapa sempurnanya pria ini. Jangan lupa, dia juga pewaris keluarga Rajendra, salah satu keluarga konglomerat di negara ini.
"Kamu mau kan jadi teman aku? kita best friend? emm jadi bestie- gimana mau kan?" rayu Mia.
Rayu terus! Mia akan mengerahkan segala kekuatannya dan kelihaiannya dalam merayu anak anak. Senyuman Mia melebar, kala melihat Janu menganggukkan kepalanya pelan.
"Kita teman," ujar Janu pelan, bahkan pria itu mengangkat jari kelingkingnya tinggi di depan Mia.
"Kata Eyang, ini sebagai bukti janji aku sama teman baru," sambungnya.
Kedua mata dark hazel itu berbinar, terlihat sangat berharap kalau gadis yang ada di hadapannya mau menerima uluran jari kelingkingnya.
Grep!
"Kita bestie!" seru Mia senang, gadis itu meraih jari kelingking Janu yang menenggelamkan jari kecilnya.
Tanpa melepaskan tautan kelingking mereka, Mia dan Janu mulai menaiki lift yang menuju kamar Sang Tuan Muda. Asik dengan dunianya, Mia tidak akan pernah menyadari kalau sedari tadi, ada sepasang mata yang terus saja memperhatikan interaksinya dengan Janu lewat tablet yang dia pegang.
"Eyang yakin kamu adalah yang terbaik, Almia," gumamnya penuh harap.
**IYA DEDE JANU😘😘😘😘
YUHUUU JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT TOMORROW
BABAYYY MUUUUAAAAACCHHHH😘😘😘😘**
jadi pengasuh malah 🤗