Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Dan pintu pun terbuka. Udara di dalam ruangan berubah seketika.
Xiaohe langsung berdiri dan membungkuk dalam-dalam. “Tuan Muda.”
Yue Lan mengangkat kepala. Dan untuk sesaat, napasnya terasa terhenti.
Pria yang masuk ke paviliun itu sangat tampan. Bukan tipe wajah lembut yang mudah disukai, melainkan ketampanan yang dingin dan tegas, dengan garis rahang yang jelas serta sepasang mata yang terlalu tenang untuk usianya.
Ia bukan pria yang perlu meninggikan suara untuk membuat orang diam.
Cukup dengan kehadirannya saja, atmosfer ruangan langsung terasa lebih dingin.
Yue Lan baru menyadari bahwa tubuh Yan Ruyin bereaksi lebih cepat daripada pikirannya. Dadanya menegang. Detak jantungnya berantakan bukan karena cinta, melainkan sisa emosi yang tertinggal di tubuh ini.
Jadi ini Shen Liang.
Suaminya.
Pria yang dingin, yang seolah tidak pernah peduli pada istrinya sendiri. Pria yang, tanpa sadar, membuat pemilik tubuh ini bertingkah berlebihan hanya untuk menarik sedikit perhatiannya. Batin Yue Lan.
Tatapan Shen Liang menyapu ruangan, singkat dan datar, lalu berhenti di wajah Yue Lan.
Tidak ada kemarahan. Tidak ada pula kelembutan dalam sorot matanya. Hanya tatapan tenang yang terasa lebih berat daripada amarah apa pun.
Dan pada saat itulah Yue Lan mengerti, pria ini bukan seseorang yang mudah digerakkan oleh emosi. Ia adalah tipe yang sekali menjauh, akan tetap menjauh, tak peduli seberapa keras seseorang berteriak untuk diperhatikan.
Tatapan Shen Liang langsung jatuh pada Yue Lan. Hening sesaat, hanya tatapan itu yang mengiris.
“Aku dengar kau dibebaskan?”
Suaranya terdengar dingin, namun tidak tajam. Nada yang sulit diartikan.
“Ya,” jawab Yue Lan tenang. “Seperti yang kau lihat, aku sudah kembali ke paviliun ini.”
Biasanya, menurut cerita Xiaohe, Yan Ruyin akan langsung berdiri, menyela, menuntut, atau menangis. Kali ini tidak.
Shen Liang menyipitkan mata, tipis. “Dan aku dengar Meirong memaafkanmu.”
“Iya,” balas Yue Lan lagi masih dengan sikap tenangnya. “Dia sangat berhati baik. Sampai mau melepaskan orang yang katanya meracuninya.”
Kalimat terakhir jatuh datar tanpa emosi berlebihan, namun cukup jelas untuk menunjukkan bahwa Yue Lan tidak sepenuhnya percaya pada cerita itu.
“Apa kau tidak mengucapkan maaf padanya?” tanya Shen Liang. “Dia hampir mati karena dirimu.”
“Ya,” jawab Yue Lan tenang. “Kau benar. Aku seharusnya membalas kebaikannya.” Nada suaranya ditekan tipis, seolah mengatakan hal yang sebaliknya.
Shen Liang jelas menangkap maksud itu. “Jangan melakukan hal bodoh lagi,” katanya akhirnya. “Itu hanya akan sangat merugikanmu.” Kalimat itu terdengar seperti peringatan. Bukan ancaman, dan bukan pula perhatian.
“Aku tidak berniat melakukan apa pun,” kata Yue Lan pelan. “Bisa selamat dari kematian saja sudah lebih dari cukup bagiku.”
“Yan Ruyin,” ucap Shen Liang.
Ia menatapnya lama, seolah memastikan sesuatu yang tidak bisa ia ucapkan. “Kau biasanya tidak mengatakan hal seperti itu.”
Yue Lan mengangkat mata. “Mungkin karena aku biasanya tidak pernah sampai mati.” Jawabannya tenang.
Shen Liang tidak langsung membalas. Tatapannya mengeras tipis, lalu beralih ke jendela. “Apa pun yang terjadi sebelumnya,” katanya akhirnya, “aku tidak ingin lagi mendengar masalah lagi dari paviliun ini.”
Shen Liang melangkah pergi, namun berhenti sesaat di dekat pintu.
“Jika kau tetap diam,” katanya tanpa menoleh, “orang lain justru akan semakin memperhatikanmu.”
Yue Lan menatap punggungnya.
“Aku tahu.”
Pintu tertutup perlahan. Ruangan kembali sunyi.
Xiaohe baru berani mengangkat kepala. “Ny—nyonya…”
Yue Lan bersandar ke bantal, menutup matanya.
“Tuan Muda bukan orang yang suka bicara,” katanya pelan. “Jadi kalimatnya pasti ada maksud.”
Dan itu membuat Yue Lan yakin satu hal, Shen Liang sebenarnya bukanlah musuh Yan Ruyin.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️