NovelToon NovelToon
Kultivator Pengembara

Kultivator Pengembara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

​Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.

​Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5- Memohon demi sang istri

​Jian Feng memacu kakinya sekencang mungkin, berlari menembus gelapnya hutan. Ia memeluk tubuh Lin Xue erat-erat, panik luar biasa terasa mencekiknya. Lin Xue terus terbatuk keras, dan setiap batukan menghasilkan semburan darah segar yang membasahi jubah Jian Feng.

​“Bertahanlah, Lin Xue! Jangan pergi!” raungnya, mengabaikan rasa sakit pada kakinya.

​Ia merasakan napas Lin Xue semakin dangkal, tersendat-sendat. Wajah gadis itu sudah membiru. Tanpa berpikir panjang, di tengah larinya, Jian Feng menundukkan kepala. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Lin Xue, memberikan ciuman buatan untuk memasukkan napas.

​Udara yang ia berikan terasa hambar, bercampur bau anyir darah. Lin Xue sedikit terkejut, namun napasnya membaik sesaat.

​Setelah melakukan itu, Lin Xue memang sedikit membaik, tapi batuk darahnya tidak berhenti. Jian Feng tahu ia tidak punya waktu untuk membawa gadis itu ke tabib di kota terbaik. Satu-satunya harapan adalah Keluarga Lin yang seharusnya memiliki tabib keluarga terbaik.

​Dengan sangat cepat, ia mengubah arah lari dan melesat menuju Kediaman megah Keluarga Lin.

​“Bertahanlah! Bertahanlah sebentar lagi!” Jian Feng terus merapal kata-kata penyemangat, tetapi Lin Xue hanya mampu menggelengkan kepala, air mata bercampur darah mengalir di pelipisnya.

​Sesampainya di gerbang kediaman mewah Keluarga Lin, Jian Feng menjatuhkan diri, napasnya tersengal-sengal. Ia menggedor pintu kayu besar yang tebal itu dengan seluruh sisa tenaganya.

​DOR! DOR! DOR! Suara gedoran itu memecah keheningan malam yang kaya.

​“Tuan Lin! Tuan Lin! Putri Anda… Putri Anda, tolong dia!” teriak Jian Feng, suaranya serak karena lari dan ketakutan.

​Pintu akhirnya terbuka, menampilkan sosok Kepala Keluarga, Tuan Lin, yang mengenakan jubah tidur sutra mahal. Ia tidak sendiri; di belakangnya berdiri istri kedua dan kedua anak mereka, yang merupakan adik tiri Lin Xue.

​Mereka semua menatap Lin Xue yang berlumuran darah di pelukan Jian Feng dengan tatapan jijik dan dingin, seolah melihat kotoran.

​“Ada apa? Kenapa kau kembali?” tanya Tuan Lin, suaranya tenang, seolah ia sudah tahu persis apa yang terjadi dan tidak peduli.

​“Tolong Lin Xue, Tuan! Dia tiba-tiba batuk darah hebat! Obati dia! Anda pasti punya tabib terbaik di sini!” Jian Feng memohon, tubuhnya gemetar.

​Mendengar permohonan itu, Tuan Lin, istri keduanya, dan kedua anaknya tertawa terbahak-bahak. Tawa yang kosong, kejam, dan menusuk jantung.

​“Hahaha! Untuk apa kami menolong anak cacat seperti dia? Biarkan saja dia mati perlahan! Itu akan membersihkan aib keluarga kita! Ayo masuk, jangan biarkan udara malam merusak kulit kita.” ujar Tuan Lin, memberi isyarat agar keluarganya masuk kembali.

​Jian Feng merasa dunianya runtuh. Ia tidak bisa membiarkan mereka pergi. Ia melepaskan semua harga dirinya. Ia merendahkan derajatnya, meletakkan Lin Xue perlahan di lantai teras, lalu berlutut dan bersujud di kaki Tuan Lin.

​“Aku mohon Tuan, Nyonya! Bukannya Lin Xue juga bagian dari keluarga kalian? Kasihan dia! Dia tidak melakukan kesalahan apa pun!” rintih Jian Feng, dahinya menyentuh lantai marmer yang dingin.

​Melihat adegan yang memalukan itu, adik tiri perempuan Lin Xue, Lin Wei, tersenyum sinis. Ia melangkah maju, menatap Jian Feng dengan angkuh.

​“Keluarga kami? Dengarkan ini baik-baik, orang miskin! Dia hanya memiliki darah Keluarga Lin. Tapi tubuhnya cacat, lemah, dan terkutuk. Dia hanya aib terbesar yang harus kami sembunyikan. Kami membayar kalian untuk menjauhkannya!”

​Kata-katanya menusuk Jian Feng seperti belati. Amarahnya membara, namun ia sadar. Ia hanyalah pengemis yang tidak memiliki kekuatan di hadapan keluarga kaya raya ini. Ia tidak bisa melawan.

​Melihat Jian Feng terus memohon dan berlutut, istri kedua Tuan Lin berbisik, “Berikan saja dia uang, suamiku. Agar dia cepat pergi sebelum ada tetangga yang melihat.”

​Tuan Lin menghela napas malas. Ia mengambil satu koin emas dari saku jubahnya dan melemparkannya ke lantai, jatuh tepat di samping wajah Jian Feng.

​“Ambil itu! Dan jangan pernah datang lagi ke sini! Jika dia mati, kubur saja dia di hutan. Itu tanggung jawabmu, pengemis!”

​Jian Feng menggertakkan gigi, seluruh tubuhnya menahan ledakan kemarahan yang akan menghancurkan segalanya. Ia membenci orang-orang seperti mereka, membenci takdir, dan membenci dirinya yang lemah. Ia mengambil koin emas itu, bukan sebagai upah, tapi sebagai biaya hidup Lin Xue.

​Ia memeluk kembali tubuh Lin Xue yang semakin dingin. Ia membalikkan badan dan lari, meninggalkan gerbang kemewahan yang diwarnai kekejaman itu.

​Saat berlari, ia merasakan Lin Xue bergerak. Gadis itu menatap matanya dengan pandangan yang benar-benar hancur.

​“K-kenapa… mereka… membenciku? A-aku… bahkan… tidak minta untuk dilahirkan… I-ibu… aku rindu.” ucap Lin Xue pelan, suara kecil itu dipenuhi kesedihan yang tak tertahankan. Setelah kalimat itu, ia terdiam, pingsan di pelukan Jian Feng.

​Jian Feng mencengkeram Lin Xue, tangisan tertahan menggerogoti tenggorokannya. Ia berlari sekuat tenaga menuju tabib kota terdekat.

​Namun, yang tidak disadari oleh Jian Feng maupun Keluarga Lin, adalah bahwa di balik kegelapan di atap rumah Keluarga Lin, ada seorang pria tua dengan pakaian biru yang berhiaskan lambang Petir Emas sedang mengamati semua kejadian itu.

​Mata pria tua itu berbinar. “Aku akhirnya menemukan benih yang cocok. Hati yang gelap, tekad yang kuat, dan bakat yang luar biasa—Roh Petir bawaan yang tersembunyi.”

​Pria tua itu tersenyum puas. “Dan keinginannya untuk melindungi telah memurnikan kebenciannya. Menarik.”

​Pria tua itu melayang turun dari atap, berputar cepat, dan menghilang dari kegelapan, seolah tak pernah ada.

1
Rizky Fathur
cepat bikin mcnya kaut Thor jika sudah kaut Bantai Dan hancurkan kerajaan langit abadi beserta semua isinya para pangeran putri kaisar selir Permaisuri bikin bantai semua Thor bikin pangeran itu memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin mcnya tidak perduli Thor hahahaha
Dinata Tea
gas trus thor n sehat slalu 🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Agen One: Siapppp🔥
total 1 replies
Dinata Tea
lanjutkannnn 🔥🔥🔥🔥🔥
Dinata Tea
gasssss 🔥🔥🔥🔥🔥
Adi Rachmat Soepena
knp lgi gak pnya hepeng gak ambil harta bandit dn si zorg itu
Agen One: di ambil 👍
total 1 replies
Dinata Tea
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Agen One: Hidangan penutupnya 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Dinata Tea
josssss 🔥🔥🔥🔥🔥
Agen One: 🔥🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Rizky Fathur
cepat bantai tetua yang menghalangi mcnya itu Thor cepat bantai klan lin
Agen One: udahhhh
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
lg
Agen One: sippppp🔥
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
up lanjutkan
Agen One: Siappppp🔥🔥
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
lanjutkan lagi
Agen One: okeeee
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
up lg
Luthfi Afifzaidan
up
Luthfi Afifzaidan
lanjutkan
Luthfi Afifzaidan
lg up
Luthfi Afifzaidan
lg
Aman Wijaya
top top markotop lanjut Thor
Aman Wijaya
akhirnya petir kecil bertemu dengan temannya
Agen One: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Aman Wijaya
petir kecil belum mati dan mencari temannya
Agen One: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Aman Wijaya
semangat terus Thor lanjut
Agen One: semangat💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!