Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Pelayan Seksi
Golden Dragon Mall adalah simbol kemewahan tertinggi di Kota Jianghai. Lantai marmernya yang dipoles mengkilap memantulkan cahaya lampu gantung kristal yang harganya bisa memberi makan satu desa selama setahun. Di sini, udara pun terasa mahal, berbau parfum impor dan uang baru.
Ye Chen melangkah masuk melalui pintu kaca otomatis yang berdesing halus.
Begitu kakinya menginjak lantai marmer, tatapan orang-orang di sekitarnya langsung berubah. Para sosialita yang menenteng tas Louis Vuitton menutup hidung mereka dengan sapu tangan sutra. Para pria berjas mahal menatapnya dengan jijik, seolah Ye Chen adalah kotoran anjing yang terbawa masuk.
"Lihat itu, ada pengemis masuk," bisik seorang wanita dengan bibir bergincu tebal.
"Satpam di sini kerjanya apa sih? Kenapa orang seperti itu dibiarkan merusak pemandangan?" timpal temannya.
Ye Chen mendengar semua itu. Telinganya yang kini tajam berkat 'Tubuh Naga' bisa menangkap bisikan terjauh sekalipun. Tapi dia tidak peduli. Dia berjalan santai, memasukkan tangan ke saku celana jeans-nya yang robek.
'Tunggu saja. Sebentar lagi kalian akan tahu siapa yang sebenarnya pengemis di sini,' batinnya menyeringai.
Dia berhenti di depan sebuah butik pakaian pria paling prestisius... Emperor’s Wardrobe. Butik ini terkenal hanya menjual setelan jas custom-made dari Italia. Satu kancing jas di sini harganya lebih mahal dari motor Ye Chen yang sudah digadaikan.
Di dalam butik, dua orang pelayan wanita (SPG) sedang mengobrol santai sambil memoles kuku. Mereka mengenakan seragam rok mini hitam ketat dan kemeja putih yang memperlihatkan belahan dada, standar pelayanan "plus" untuk butik kelas atas.
Saat melihat Ye Chen masuk, salah satu pelayan bernama Lili langsung mendengus.
"Eh, usir sana. Nanti karpetnya kotor," kata Lili pada temannya, Mei.
Mei, yang terlihat sedikit lebih muda dan polos, ragu-ragu. "Tapi Kak, manajer bilang semua tamu adalah raja..."
"Raja gundulmu! Lihat dia, itu bukan raja, itu tukang sampah!" Lili melengos, memutar tubuhnya yang sintal membelakangi Ye Chen.
Ye Chen masuk. AC butik yang dingin menyambut kulitnya.
"Selamat datang..." sapa Mei pelan, meski sedikit canggung melihat penampilan Ye Chen.
"Aku butuh baju. Yang paling mahal. Sekarang," ucap Ye Chen to the point. Dia malas berbasa-basi.
Lili tertawa keras, tawa yang dibuat-buat dan meremehkan. Dia berjalan mendekat dengan pinggul bergoyang, matanya memindai Ye Chen dari atas ke bawah dengan tatapan menghina.
"Hei, Mas Gembel. Kau salah tempat ya? Pasar loak ada di blok sebelah, lima kilometer dari sini," ejek Lili. Tangannya memegangi pinggangnya, membuat kemeja ketatnya semakin menarik di bagian dada.
Ye Chen menatap Lili. Matanya turun ke nametag di dada wanita itu, lalu sedikit lebih turun lagi.
[Target: Lili (Pelayan Toko)]
[Sifat: Sombong, Pemuja Uang.]
[Kecantikan: 75/100.]
[Komentar Sistem: Wanita tipe ini hanya akan membuka kakinya jika mendengar suara mesin gesek kartu.]
Ye Chen tersenyum miring. "Aku tidak salah tempat. Aku mau beli jas yang dipajang di manekin itu." Dia menunjuk setelan jas tuxedo hitam berbahan sutra langka di etalase utama.
Lili melotot. "Kau gila? Itu Masterpiece Collection! Harganya 180.000 Yuan (Rp 400 Juta)! Kau jual semua organ tubuhmu pun tak akan cukup!"
"Berisik," potong Ye Chen. "Kalau kau tidak mau melayaniku, biar dia saja." Ye Chen menunjuk Mei.
Mei terkejut. "S-saya, Tuan?"
"Iya, kau. Ambilkan jas itu. Ukuran L. Dan sekalian kemeja, dasi, sepatu, sabuk... semuanya. Aku mau ganti penampilan total di sini. Sekarang."
"Tapi Tuan, harganya..." Mei ragu.
Ye Chen merogoh saku, mengeluarkan Kartu Hitam Naga-nya. Dia menjepit kartu itu di antara dua jari, lalu mengibaskannya di depan wajah Lili yang bengong.
"Gesek dulu. Kalau saldonya kurang, kau boleh panggil satpam untuk mematahkan kakiku. Tapi kalau saldonya cukup..." Ye Chen menatap tajam mata Lili, lalu turun ke bibir merahnya, "...kau harus berlutut dan memakaikan sepatu baruku nanti. Mengerti?"
Tantangan itu membuat Lili terdiam. Harga dirinya tersentil, tapi rasa penasaran (dan ketakutan melihat aura dominan Ye Chen) lebih besar.
"Oke! Mei, proses transaksinya! Biar kita lihat badut ini mempermalukan dirinya sendiri!" tantang Lili.
Mei dengan tangan gemetar mengambil kartu itu. Dia membawanya ke meja kasir.
Suasana hening tegang. Lili menyilangkan tangan di dada, kakinya mengetuk-ngetuk lantai tak sabar menunggu bunyi Error dari mesin.
Ye Chen? Dia santai saja duduk di sofa kulit tamu, menyilangkan kaki dan menatap majalah dewasa yang tergeletak di meja.
Beep... Beep...
KRINGGG!
Suara struk keluar. Panjang sekali.
Mei ternganga. Dia melihat layar komputer kasir.
"Trans... Transaksi berhasil! Tiga ratus ribu Yuan terpotong!" pekik Mei histeris.
"APA?!" Lili hampir terjungkal karena high heels-nya sendiri. Dia berlari ke meja kasir, menyambar struk itu. Matanya membelalak membaca nominalnya.
Lili menoleh ke arah Ye Chen dengan wajah pucat pasi. Kakinya lemas. Tiga ratus ribu Yuan? Itu komisi setahun baginya! Dan orang ini membayarnya tanpa berkedip?
Ye Chen menutup majalahnya, lalu berdiri perlahan. Dia berjalan mendekati Lili yang gemetar.
"Nah," bisik Ye Chen tepat di telinga Lili. "Sekarang, layani aku."
Lima belas menit kemudian.
Tirai ruang ganti terbuka.
Ye Chen melangkah keluar.
Lili dan Mei menahan napas.
Pria yang keluar itu bukan lagi gembel kumuh yang tadi masuk. Dia tampak seperti seorang pangeran, atau lebih tepatnya, seorang Raja Iblis muda yang baru turun dari tahta.
Jas hitam slim-fit itu membalut tubuh atletisnya dengan sempurna, menonjolkan bidang bahunya yang lebar dan pinggangnya yang ramping. Kemeja putihnya dibuka dua kancing teratas, memperlihatkan sedikit otot dadanya yang padat. Rambutnya disisir rapi ke belakang, mempertegas fitur wajahnya yang tajam dan maskulin.
Aura yang dipancarkannya begitu kuat, begitu menekan, hingga membuat lutut kedua wanita itu gemetar... kali ini bukan karena takut, tapi karena hasrat.
"Tuan... Anda... tampan sekali..." gumam Mei tanpa sadar, wajahnya memerah.
Ye Chen duduk kembali di sofa. Dia menunjuk sepatu kulit Italia mengkilap yang masih ada di dalam kotak.
Dia menatap Lili. Tatapannya dingin namun membara.
"Kau ingat taruhan kita tadi?" tanya Ye Chen datar.
Lili menelan ludah. Wajah sombongnya sudah hilang tak berbekas, digantikan oleh ekspresi tunduk dan... bergairah. Uang dan kekuasaan adalah afrodisiak (perangsang) terkuat bagi wanita seperti Lili. Melihat Ye Chen yang ternyata "Naga tersembunyi", rahimnya serasa bergetar.
"I-ingat, Tuan..." jawab Lili pelan.
Perlahan, Lili menurunkan tubuhnya. Rok mininya semakin naik saat dia berlutut di lantai marmer yang dingin, tepat di depan kaki Ye Chen. Posisi ini sangat... sugestif. Dari sudut pandang Ye Chen, dia bisa melihat belahan dada Lili yang dalam saat wanita itu menunduk mengambil sepatu.
Lili dengan tangan gemetar memegang kaki Ye Chen, melepaskan sepatu bututnya yang bau, dan menggantinya dengan sepatu kulit seharga motor sport. Sentuhan tangan Lili terasa lembut dan ragu-ragu.
Saat sedang mengikat tali sepatu, Lili mendongak. Matanya bertemu dengan mata Ye Chen. Dia menjilat bibirnya tanpa sadar.
"Tuan... apakah sudah pas?" tanya Lili dengan suara mendesah, tangannya sengaja "melenceng" sedikit, meraba betis Ye Chen naik ke atas, mendekati lutut.
"Cukup," kata Ye Chen, menarik kakinya sebelum tangan nakal itu naik lebih jauh. "Kerjamu lumayan."
Ye Chen berdiri. Dia mengambil beberapa lembar uang tunai dari dompet barunya (yang dia tarik tunai di mesin ATM di dalam toko tadi, sebuah fitur khusus VIP). Dia menyelipkan segepok uang tip ke belahan dada Mei yang masih bengong.
"Ini untukmu, Mei. Pelayananmu tulus. Aku suka."
Mei kaget setengah mati. Tebalnya uang itu mungkin sekitar 10.000 Yuan! "T-terima kasih, Tuan Muda!"
Lili menatap iri. Dia menggigit bibir, menyesal kenapa tadi dia sombong. Dia segera bangkit dan memeluk lengan Ye Chen, menempelkan dadanya erat-erat.
"Tuan... bagaimana dengan saya? Saya juga sudah melayani Tuan..." rengeknya manja, mencoba menggoda.
Ye Chen menepis tangan Lili dengan kasar.
"Kau?" Ye Chen menatapnya jijik. "Kau cuma dapat pelajaran... Jangan menilai seekor naga dari sisiknya yang kotor."
Ye Chen berbalik dan berjalan keluar toko dengan gagah, meninggalkan Lili yang terpaku malu dan Mei yang memandang punggungnya dengan tatapan memuja.
[Ding!]
[Misi 'Transformasi Pangeran' Selesai.]
[Hadiah: Poin Kharisma +10. Aura 'Dominasi Pria Alpha' Aktif.]
Ye Chen tersenyum puas. Rasanya luar biasa. Inilah rasa kekuasaan.
Tapi, kesenangannya baru saja dimulai.
Saat dia berjalan melewati koridor mall yang ramai, semua mata kini tertuju padanya. Bukan lagi tatapan jijik, tapi tatapan kagum dan penasaran. Para wanita menyikut pasangan mereka, berbisik memuji ketampanan Ye Chen.
Tiba-tiba, langkah Ye Chen terhenti.
Di depan sebuah toko perhiasan Tiffany & Co., dia melihat sepasang manusia yang sangat dia kenal.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.