Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah jamuan makan malam usai, Yue Lan kembali ke paviliunnya. Tubuhnya terasa lelah, bukan karena aktivitas, melainkan karena tekanan sepanjang malam.
Ia baru saja melepas hiasan rambut dan hendak berganti pakaian, bersiap untuk beristirahat, ketika pintu paviliun tiba-tiba terbuka.
Shen Wei masuk tanpa permisi.
Xiaohe tersentak. Dengan panik ia segera merapikan kembali pakaian Yue Lan, menunduk cepat, lalu mundur keluar paviliun untuk berjaga seperti kebiasaannya seolah kejadian seperti ini bukan hal baru.
Yue Lan menoleh, wajahnya dingin.
“Kau sembarangan masuk ke kamarku,” katanya datar.
Shen Wei tersenyum tipis, langkahnya santai seolah paviliun itu memang miliknya.
“Kenapa tiba-tiba begitu menjaga jarak?” katanya. “Biasanya kau tidak keberatan.”
Yue Lan menutup kembali jubah luarnya dengan rapi. Gerakannya tenang, tapi jelas menjaga batas.
“Itu dulu,” jawabnya singkat.
Shen Wei berhenti tepat di hadapannya. “Kau berubah sejak keluar dari sel. Tidak menangis, tidak marah… bahkan tidak menatapku seperti sebelumnya.”
“Dan itu membuatmu gelisah?” Yue Lan menatapnya lurus. “Atau tersinggung?”
Shen Wei tertawa pelan. “Aku hanya tidak terbiasa.”
“Aku juga,” balas Yue Lan. “Aku tidak terbiasa ada pria lain masuk ke kamar wanita bersuami di tengah malam.”
Senyum Shen Wei memudar sedikit. “Kau bicara seolah-olah Shen Liang benar-benar memperlakukanmu sebagai istri.”
“Itu urusan kami,” kata Yue Lan cepat. “Bukan urusanmu.”
Shen Wei terkekeh pelan, tapi tidak ada tawa di matanya.
“Bukan urusanku?” ulangnya. “Kau lupa siapa yang pertama kali mendekat?”
Ia melangkah setengah langkah maju, suaranya direndahkan.
“Kau yang menggoda. Kau yang selalu sengaja berjalan melewatiku, menggoyangkan pinggulmu seolah takut aku tak melihatmu. Kau yang merayuku, memintaku datang ke kamarmu, untuk menghangatkan tempat tidurmu.”
Shen wei semakin maju mendekat, jarak di antara mereka nyaris tak ada. "Di tempat tidur itu," lanjutnya pelan, seraya menunjuk tempat tidur di belakang Yue Lan. "Kita berbagi kehangatan bersama... kau yang selalu mengerang karna kenikmatan dan berkata bahwa kau adalah milikku."
Yue Lan menatapnya tanpa berkedip.
Jika benar itu perbuatan Yan Ruyin yang dulu... pantas saja tubuh ini selalu gemetar antara malu dan puas. batin Yue Lan. Namun sekarang, yang ia rasakan hanya jijik.
“Itu bukan aku,” katanya pelan namun jelas. “Dan siapa pun wanita bodoh yang kau ceritakan barusan, dia sudah tidak ada.”
Shen Wei terdiam sejenak. “Kau ingin menyangkal semuanya?” tanyanya, suaranya mengeras.
“Aku ingin mengakhiri semuanya,” balas Yue Lan. “Mulai sekarang. Kau, aku... selesai.”
Tatapan Shen Wei berubah gelap, seolah egonya disentil.
“Berani sekali kau bicara seperti itu padaku.”
Shen Wei mengulurkan tangan, hendak menyentuh pergelangan Yue Lan.
Yue Lan langsung mundur satu langkah. Tumitnya membentur sisi ranjang kayu di belakangnya, membuat tubuhnya sedikit goyah. Namun ia tidak jatuh. Tangannya mencengkeram seprai, matanya terangkat menatap Shen Wei dengan dingin.
“Jangan sentuh aku,” ucapnya rendah, tiap kata ditekan jelas.
Shen Wei berhenti. Tangannya menggantung di udara.
Tatapan Yue Lan tajam, berbeda dari tatapan Yan Ruyin yang dulu, yang selalu setengah berharap, setengah menggoda. Tatapan ini penuh penolakan, seolah sebuah garis telah ditarik tegas di antara mereka.
“Apa kau lupa posisimu?” Shen Wei bertanya, suaranya mengeras. “Tanpa aku, kau bahkan tidak akan punya tempat di rumah ini.”
Yue Lan tertawa kecil. Bukan tawa bahagia melainkan dingin dan singkat.
“Justru karena aku tahu posisiku,” katanya, “aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku lagi.”
Ia meluruskan punggungnya meski terdesak ranjang.
“Keluar dari kamarku. Sekarang.”
Keheningan menekan udara.
Shen Wei menatapnya lama, seolah berusaha menemukan celah, ketakutan, kerinduan, atau kelemahan yang dulu selalu berhasil ia manfaatkan. Namun yang ia temukan hanya seorang wanita yang tak lagi ia kenal.
Yue Lan masih berdiri dengan punggung menempel pada ranjang, napasnya belum sepenuhnya stabil. Shen Wei menatapnya lama, lalu tertawa rendah, tawa yang membuat kulit merinding.
“Berubah sekali kau,” katanya pelan. “Sampai-sampai aku hampir tak mengenalmu.”
“Karena kau memang tidak mengenalku,” balas Yue Lan dingin. “Sekarang… keluar.”
Shen Wei hendak mengatakan sesuatu lagi, ketika...
Krek.
Suara kayu berderit pelan terdengar dari luar paviliun.
Sangat pelan. Tapi cukup jelas.
Shen Wei menegang sesaat. Yue Lan juga merasakannya. Jantungnya langsung berdegup lebih cepat.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️