NovelToon NovelToon
Nikah Paksa Tapi Mau

Nikah Paksa Tapi Mau

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Alda Putri Anggara kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil dan tumbuh di bawah asuhan paman dan bibi yang serakah, menguasai seluruh harta warisan orang tuanya. Di rumah sendiri, Alda diperlakukan seperti pembantu, ditindas oleh sepupunya, Sinta, yang selalu iri karena kecantikan dan kepintaran Alda. Hidupnya hanya dipenuhi hinaan, kerja keras, dan kesepian hingga suatu hari kecelakaan tragis merenggut nyawanya untuk beberapa menit. Alda mati suri, namun jiwa seorang konglomerat wanita cerdas dan tangguh bernama Aurora masuk ke tubuhnya. Sejak saat itu, Alda bukan lagi gadis lemah. Ia menjadi berani, tajam, dan tak mudah diinjak.

Ketika pamannya menjodohkannya dengan Arsen pewaris perusahaan besar yang lumpuh dan berhati dingin hidup Alda berubah drastis. Bukannya tunduk, ia justru menaklukkan hati sang suami, membongkar kebusukan keluarganya, dan membalas semua ketidakadilan dengan cerdas, lucu, dan penuh kejutan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 – “Pertemuan Takdir di Kursi Roda”

Pagi itu, udara kota terasa lebih hangat dari biasanya. Tapi buat Aurora, hangatnya bukan karena matahari melainkan karena semangat yang mulai menyala di dadanya.

Hari ini hari pertamanya bekerja.

Bukan sebagai pewaris bisnis miliaran seperti dulu, tapi sebagai karyawan biasa di kafe kecil bernama "Café Dandelion" di pusat kota.

“Aku, Aurora, sang mantan ratu bisnis dunia, sekarang bakal nyeduh kopi,” gumamnya sambil tersenyum miring. “Ironi yang cantik.”

Ia mengenakan seragam sederhana, kemeja putih dan celemek cokelat muda. Rambut panjangnya diikat tinggi. Wajahnya segar sederhana, tapi punya aura yang sulit dijelaskan.

Setiap pelanggan yang lewat menoleh dua kali.

Bahkan pemilik kafenya, Pak Andra, sempat berbisik ke istrinya,

“Anak itu kalau jual kopi aja bisa bikin orang jatuh cinta.”

Alda cuma tersenyum setiap kali dipuji. “Yang penting aku punya kaki buat berdiri sendiri,” katanya tenang.

---

Hari berjalan cepat.

Dalam beberapa jam saja, Aurora sudah hafal semua menu, tata letak dapur, bahkan sistem kasir.

Teman-teman kerjanya sampai melongo.

“Kamu baru sehari kerja, kok udah kayak manager sih?” kata salah satu barista cowok, Dani, sambil mengelap meja.

Aurora nyengir. “Refleks. Aku emang suka lihat angka dan sistem rapi.”

Dani tertawa. “Angka? Kamu kayak akuntan aja.”

Aurora mengedip, “Pernah juga sih… di kehidupan sebelumnya.”

Dani ngakak. “Kamu bercanda atau serius sih?”

“Rahasia perusahaan.”

Mereka tertawa bersama.

Tapi di tengah tawa itu, Aurora merasa sesuatu aneh semacam getaran halus, seperti hawa dingin yang datang tiba-tiba.

Ia menoleh ke luar jendela.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan kafe. Mewah, kaca gelap. Dari dalam keluar seorang pria berjas hitam, tampan tapi dingin. Dan satu hal paling mencolok ia duduk di kursi roda.

Orang-orang di kafe otomatis berhenti bicara.

Aura pria itu seperti magnet bukan karena kelembutan, tapi kekuasaan.

Dani berbisik, “Itu, loh. Anak pemilik grup perusahaan Varmond. Katanya dia lumpuh karena kecelakaan dua tahun lalu.”

"Tapi tumben sekali mau datang tempat ramai" ujar Dani heran

"Apa masalah nya?" tanya Alda

"Apa kamu gak tau kabarnya, sudah beberapa tahun ini setelah kecelakaan , dia tidak pernah mau keluar rumah hanya di dalam kamar mengurung diri padahal dulu sebelum kecelakaan dia adalah pelanggan VVIP disini" jawab Dani

Aurora melirik cepat.

Varmond. Nama itu terasa familiar.

Nama yang dulu pernah muncul di dunia lamanya nama perusahaan yang dulu hampir ia akuisisi sebelum suaminya membunuhnya.

“Hm…” ia menatap tajam. “Menarik.”

---

Pria itu masuk pelan, roda kursinya menggeser lantai dengan suara lembut.

Tatapannya dingin. Wajahnya tanpa ekspresi.

Semua pelayan menunduk. Bahkan Pak Andra sendiri langsung menyambut sopan,

“Selamat siang, Tuan Arsen Varmond. Mau duduk di tempat biasa?”

“Tidak perlu repot,” jawabnya datar. Suaranya dalam, nyaris tanpa intonasi.

Alda yang berdiri di balik kasir memperhatikan diam-diam.

Tangan pria itu kuat meski tubuhnya tak bisa berjalan. Jemarinya panjang, kukunya rapi.

Dan sorot matanya… dingin, tapi menyimpan luka yang dalam.

Luka yang anehnya… terasa familiar di dada Aurora.

Alda lalu menanyakan menu apa yang ingin di pesan

“Dua kopi hitam. Jangan terlalu manis,” katanya.

Aurora melangkah maju. “Baik, Tuan. Tapi kalau terlalu pahit, hidupnya bisa tambah berat, loh.”

Semua mata menatap Alda kaget.

Siapa pun yang berani bercanda begitu ke Arsen Varmond, biasanya dipecat sebelum kopi disajikan.

Tapi Arsen hanya menoleh pelan. Tatapan tajamnya bertemu dengan mata Aurora.

Hening. Satu detik. Dua detik.

Lalu bibir Arsen sedikit bergerak… seperti menahan senyum samar.

“Hm. Kalau kamu baristanya, mungkin kopinya bisa terasa sedikit lebih hidup.”

Aurora menahan tawa kecil.

“Siap, Tuan. Saya akan pastikan rasanya… membangkitkan yang mati sekalipun.”

Satu kalimat yang bagi orang lain terdengar lucu. Tapi untuk Aurora… ada makna yang hanya dirinya tahu.

----

Beberapa menit kemudian, Alda mengantarkan kopi ke mejanya. Ia meletakkan gelas dengan elegan.

“Silakan, Tuan.”

Arsen memandangnya. “Kamu baru di sini?”

“Baru. Tapi saya cepat belajar.” jawab Alda

“Hm. Sepertinya kamu bukan tipe orang biasa.” ujar Arsen

Aurora tersenyum tipis. “Kalau semua orang biasa, dunia gak akan punya pemimpin, kan?”

Arsen terdiam, menatapnya lebih dalam.

Ada sesuatu di mata gadis itu tajam, tapi hangat.

Bukan tatapan pelayan biasa. Itu tatapan… seseorang yang setara.

---

Beberapa pelanggan mulai berbisik. Dani mendekat ke Alda begitu ia kembali ke kasir.

“Gila, kamu berani banget! Itu orang dingin banget loh. Banyak yang kerja di kafenya aja resign gara-gara kena tatapannya.”

Alda nyengir. “Mungkin karena mereka gak tahu, kalau orang dingin biasanya cuma butuh percikan kecil buat nyala lagi.”

Dani melongo. “Kamu ngomong kayak motivator.”

Alda tersenyum. “Atau mungkin penggoda.”

---

Hari itu Arsen berlama-lama di kafe. Ia membaca dokumen di laptopnya, sesekali melirik ke arah Alda.

Dan setiap kali tatapan mereka bertemu, Aurora tidak menunduk malah membalas dengan senyum kecil yang menggoda.

Sore menjelang. Saat hendak pergi, Arsen menatap Alda sekali lagi.

“Namamu siapa?”

“Alda.”

“Hm. Nama yang… lembut.” ujar Arsen

Alda tertawa kecil. “Tapi jangan tertipu kelembutannya, Tuan. Kadang bunga pun bisa punya duri.”

Arsen menatap lama. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik.

Roda kursinya berputar pelan menuju mobil hitam di luar.

Namun sebelum ia keluar, Alda berkata pelan tapi jelas,

“Kalau butuh kopi yang bisa bikin hidupmu berasa lagi, datang aja, Tuan.”

Arsen berhenti sejenak di pintu. Bahunya menegang. Tapi ia tidak menoleh, hanya menjawab lirih,

“Mungkin aku akan melakukannya.”

---

Beberapa hari berikutnya, Arsen datang lagi. Lalu lagi. Dan lagi.

Sampai seluruh pegawai kafe hafal bahwa pria dingin itu hanya mau kopi buatan Alda.

Kalau Alda sedang libur, Arsen bahkan tidak akan memesan apa pun.

“Dia jelas naksir kamu!” bisik Dani setiap kali Arsen datang.

Alda cuma tertawa kecil. “Atau dia cuma penasaran.”

“Tapi dia gak pernah ngobrol sama siapa pun selain kamu.” ujar Dani

“Itu artinya… dia mulai hidup lagi.” jawab Alda

----

Suatu sore, saat kafe hampir tutup, Arsen tetap di sana. Ia hanya menatap keluar jendela tanpa bicara.

Alda mendekat, membawa dua cangkir kopi.

“Kalau cuma bengong, pikirannya bisa macet, Tuan,” katanya pelan.

Arsen menatapnya. “Aku gak bengong. Aku cuma mikir… gimana caranya berhenti nyesel.”

Alda duduk di kursi seberang tanpa diundang. “Penyesalan gak bisa dihapus, cuma bisa diubah jadi bahan bakar.”

Arsen menatapnya, kali ini lebih lama dari sebelumnya.

“Bahan bakar?”

“Iya. Orang yang pernah jatuh paling dalam biasanya bisa terbang paling tinggi… kalau dia mau berdiri lagi.”

Diam.

Hanya suara mesin espresso di belakang yang terdengar.

Arsen lalu bertanya pelan, “Kamu bicara seperti orang yang pernah jatuh juga.”

Alda tersenyum pahit. “Lebih dari jatuh. Aku bahkan sempat mati.”

Arsen menatapnya heran. “Kamu bercanda?”

Alda menatap balik, sorot matanya dalam. “Mungkin. Atau mungkin enggak.”

Untuk pertama kalinya sejak kecelakaan dua tahun lalu, Arsen tertawa kecil.

Suara tawanya rendah, tapi hangat.

Dan entah kenapa, tawa itu membuat dada Aurora terasa sesak — karena ia tahu, pria itu menyimpan luka yang sama sepertinya: dikhianati, dihancurkan, tapi tetap hidup.

---

Malam itu, Alda pulang ke rumah dengan langkah ringan.

Ia memandangi langit dan berbisik,

“Aku mulai paham, Alda. Kenapa takdir menaruhku di tubuhmu. Karena ada seseorang yang butuh cahaya di kegelapannya.”

Namun di balik senyum Aurora, takdir lain sedang bergerak.

Di rumah besar keluarga Varmond, Arsen dipanggil oleh ayahnya Tuan Raymond.

“Arsen,” suara ayahnya berat, “bisnis keluarga terancam, banyak yang ingin kamu turun karena tidak menikah. Hanya satu cara menyelamatkan reputasi kita kamu harus menikah.”

Arsen menatap dingin. “Aku? Dalam kondisi begini?”

“Ya. Dengan siapa pun yang mau. Aku sudah bicara dengan keluarga Joko. Mereka punya putri walau masih muda. Kalau kamu menikah orang orang tidak ada alasan untuk mengusik , dan hutang mereka lunas.”

Arsen menatap ayahnya lama. “Aku tidak mau pernikahan palsu.”

Tuan Raymond menghela napas. “Kamu tidak punya pilihan.”

Dan di sisi lain kota… Bibi Ratna juga menerima kabar serupa dari suaminya joko.

Ia histeris. “Sinta harus menikah dengan pria lumpuh?! Tidak! Anakku masih muda dan cantik!”

Sinta berteriak, “Aku gak mau jadi istri orang cacat, Bu!”

Bibi menggigit bibir, berpikir cepat.

Lalu sebuah ide kejam muncul. “Kalau begitu… biar Alda yang gantiin kamu.”

Sinta langsung menyeringai. “Heh… ide bagus juga. Toh dia gak punya pilihan.”

---

Sementara itu, Aurora yang sedang menulis laporan keuangannya di rumah, mendengar namanya dipanggil keras.

“ALDAAA!!”

Alda yang mendengar teriakkan itu menghela nafas kesal lalu Ia turun ke bawah. “Ada apa, Bi?”

Bibi Ratna tersenyum manis, senyum yang menyembunyikan racun.

“Bibi dapat berita bagus. Kamu bakal menikah!”

Aurora hampir tersedak air putih. “Menikah? Dengan siapa? Bibi udah gila?”

“Bukan gila, sayang. Ini rezeki besar. Calon suamimu kaya raya. Keluarga Varmond.”

Aurora terdiam.

Nama itu lagi.

Ia bahkan sempat tersenyum miring. “Varmond, ya?”

Sinta pura-pura panik. “Iya! Tapi kasihan loh, dia lumpuh, Alda. Tapi kamu kan anak baik, pasti mau bantu keluarga, kan?”

Aurora menatapnya tajam. “Oh, jadi ini jebakan, ya?”

Bibi langsung memotong. “Alda! Jangan bicara gitu. Kamu harus berterima kasih. Ini kesempatanmu keluar dari kemiskinan!”

Aurora tersenyum datar. “Oh, aku gak miskin, Bi. Aku cuma belum ambil balik apa yang kalian curi.”

“APA?!” Bibi dan Sinta serentak melotot.

Aurora berjalan menuju tangga, lalu menatap mereka sekali lagi.

“Baiklah. Kalau takdir mau main seperti ini, aku akan ikut main. Tapi jangan menyesal, Bibi… kalau nanti dunia tahu siapa yang sebenarnya menikah dengan pewaris Varmond.” Ia tersenyum dingin, lalu masuk ke kamarnya.

Sinta menggertakkan gigi. “Buu! Aku takut dia balas dendam!”

Bibi memeluk putrinya. “Tenang. Setelah nikah, kalau dia susah, kita tinggal lepas tangan. Lagian, siapa juga yang mau sama gadis itu?”

Mereka tidak tahu… gadis yang mereka anggap sial itu bukan lagi Alda yang polos.

Ia adalah Aurora wanita yang akan mengguncang hidup semua orang, termasuk sang pewaris di kursi roda.

bersambung

1
Cindy
lanjut kak
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Ilfa Yarni
satu persatu kebahagiaan mereka kembali
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
past ayah arsen mengannggsp kematian istrinya krn salah arsen mknya dia pergi dan skr setelah sadar dia kembali
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Ilfa Yarni
cinta dan kebersamaan yg dtg dr luka itu akan kuat dan tak tergoyahkan senang ya klo suami istri saling mencintai dan saling setia rmh tangga rasanya bahagia banget
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Ilfa Yarni
aaaa romantis skali
Ilfa Yarni
Thor dendam pd bibi jg pamannya Alda dan jg mantan suaminya aurora kok ga diceritain thor
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Ilfa Yarni
masalah arsen udah selsai dan besoknya maslah Alda yg akan mereka selesaokan
Ilfa Yarni
akhirnya hati mereka berdua udah terpaut semoga kedepannya kalian berdua bisa bahagia
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Ilfa Yarni
wah arsen byk kemajuan dan udah nembak aurora jwb dong aurora klo km jg cinta
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!