NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:212
Nilai: 5
Nama Author: arfour

Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jago berakting

“Kau sepertinya cocok menjadi artis ,” ujar Levin sambil terkekeh.

“Om berhutang padaku,” ujar Andini yang membuat Levin tercengang.

“Hutang apa?” tanyanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Andini.

“Hutang ketika perempuan yang bernama Vivian tadi menghina Om,” ujar Andini menjelaskan.

“Dasar mata duitan, berapa?” Tanya Levin sambil mengeluarkan dompetnya.

“Gak usah dibayar sama duit, suatu hari aku butuh pertolongan Om, Om harus menolongku,” ujar Andini yang membuat Levin menghela nafas.

“Aku pikir kau sama saja dengan perempuan lain, mata duitan. Baiklah kalau begitu,” ujar Levin memasukan kembali dompetnya.

“Aku belum butuh uang Om, tapi untuk makan ini Om yang harus bayar karena sudah memeluk diriku tanpa izin,” ujar Andini sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Dasar kau, aku juga pantang dibayarin perempuan,” ujarnya.

“Om sepertinya duren itu enak?” Ujar Andini ketika dia melihat pelayan membawa semangkuk es duren melewati mereka.

“Pesan saja, es durian tidak akan membuatku bangkrut, kecuali kau minta tas model seperti ini yang asli baru aku mikir 7 kali,” ujar Levin yang berpikir tas terkenal dengan depan huruf H itu adalah palsu.

“Syukurlah sepertinya dia percaya kalau aku bukan anak seorang pengusaha,” ujar Andini dalam hati.

“Serius Om, asyik makasih ya Om,” ujar Andini tersenyum genit ke arah Levin yang membuat Levin memutar bola matanya.

“Berhenti memanggilku Om, apa kau tidak malu kalau orang berpikir kalau dirimu seorang Baby sugar yang dipelihara oleh Om-om, lagi pula umurku tidak setua itu,” ujar Levin mengingatkan agar andini berhenti memanggilnya Om.

“Baiklah, tapi panggil apa? Mas? Tidak cocok, abang? Seperti tukang bakso, Kakak? Apalagi itu, Uda, sepertinya Om bukan orang padang, jadinya apa ya… ah… aku tau Bagaimana kalau Sayang saja, lebih cocokan,” ujar Andini membuat Levin terbatuk-batuk.

“Kau mau apa?” Tanya Levin ketika melihat Andini mengambil ponsel dari dalam tas kecilnya.

“Mau ganti nama di ponsel,” ujarnya mengganti nama Levin dengan tulisan sayang.

“Dasar bocil, terserah kamu saja lah,” ujar Levin yang merasa gila bila terus-terusan menanggapi Andini, tapi apa boleh buat dia memerlukan gadis itu untuk diajak kerja sama.

Setelah saling mengenalkan diri, andini akhirnya tau kalau Levin memiliki perusahaan bagus walaupun tidak besar, dia mengetahui kalau perusahan Levin adalah perusahaan Startup nomor satu saat ini.

“Sayang tidak malu memangnya kalau punya pacar pura-pura ternyata aku hanya anak seorang pembantu? Aku tidak mungkin bohong soal itu, karena jika mereka mencari tahu tentang aku dan mengetahui kalau aku hanya anak seorang pembantu bagaimana?” Tanyanya dengan wajah serius.

“Tidak jadi masalah, biar mereka mengerti kalau harta bukan segala-galanya untuk dinilai, sekali-kali membuat mereka kesal juga bagus karena selama ini mereka yang sering membuatku kesal dengan ide bodoh mereka itu. Lagi pula apa salahnya dengan anak seorang pembantu? aku gak peduli yang penting halal dan tidak menyusahkan orang lain,” ujar Levin membuat andini diam-diam tersenyum.

“Baiklah kalau begitu, aku bisa tetap menjadi diriku sendiri,” ujar Andini dengan yakin.

“Kalau kau memanggilku sayang maka aku akan memanggilmu Baby, jika di hadapan mereka, okey baby?” ledek Levin yang hanya membuat Andini tertawa. Entah sudah berapa lama mereka berbincang-bincang keduanya bukan seperti pasangan pura-pura, saling meledek dan tertawa hingga jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Andini melihat tulisan Papi memanggilnya berkali-kali.

“Sudah malam, aku mau pulang,” ujar Andini berdiri dari kursi.

“Aku Antar, “ ujar Levin tanpa mau tau Andini setuju atau tidak.

“Setelah membayar makanan yang mereka pesan tadi Levin bergegas keluar, dia mengajak Andini menaiki mobil jeep mercynya, mobil yang terbilang tidak murah, tapi sebenarnya Andini punya mobil yang harganya jauh lebih mahal dari mobil yang ia naiki sekarang.

“Om berhenti disini saja, tidak enak kalau orang rumah melihatku diantar, soalnya tadi aku kan naik ojol,” ucap Andini ketika dia sudah masuk persimpangan jalan komplek mewah tempat Andini tunggal.

“Kamu yakin? Tidak jauhkan dari sini?” Tanya Levin khawatir. Bagaimanapun dia tidak tega kalau harus melihat Andini berjalan ditempat sepi.

“Aman kok, lagi pula rumahnya udah kelihatan. Itu yang warna putih dengan atap berwarna coklat tua,” ujar Andini menunjuk rumah paling besar dijajarkan komplek itu.

“Oh ya sudah, aku tunggu disini sampai kamu benar-benar masuk kedalam,’ ujar Levin tetap saja khawatir.

“Baiklah terserah Om saja, eh salah sayang,” ujarnya masih bisa melucu.

“Dah sayang sampai jumpa lagi,” ujar Andini turun dari mobil bergegas turun.

“Non,” teriak seorang pria dari motor, lalu dia turun menemani Andini berjalan, Levin terkejut dan hendak turun dari mobil, namun melihat Andini yang malah tertawa pada pria itu membuat Levin tidak jadi turun dan hanya memantau, tak lama Andini masuk kedalam rumah besar yang ia tunjuk, diikuti oleh dua orang yang merupakan penjaga rumahnya yang disuruh mencari kemana Andini pergi.

“Andini kamu dari mana saja, aku meneleponku berkali-kali tidak diangkat,” ujar Benny ketika Andini baru sampai didalam rumah, wajahnya yang tadinya terlihat ceria berubah kesal ketika melihat ayahnya.

“Andini kau tuli ya?” Tanya Benny lagi karena Andini hanya melirik dan berjalan kembali.

“Yang tuli itu Papi, jika tidak tuli Papi gak mungkin gak dateng setiap acara penting aku, tapi aku rasa Papi bukan tuli, tapi tidak punya hati,” ujar Andini, sepertinya dia sudah punya energi untuk berdebat dengan ayahnya kembali.

“Kau ini, Papi kan sudah minta maaf sama kamu, Papi janji akan mengusahakan datang ke setiap acara yang kau anggap penting itu,” ujar Beni lagi, karena biasanya kalau sudah meminta maaf dan berjanji Andini akan memaafkannya.

“Percuma sudah telat, aku sudah tidak butuh Papi lagi, aku sudah dewasa sekarang bisa melakukan segalanya sendiri, bukan seperti dulu yang berharap bisa bergantung pada Papi tapi orang yang diharapkan gak pernah ada,” perkataan Andini membuat Benny terdiam, putrinya sudah dewasa sekarang, sebentar lagi akan kuliah dan selama duduk dibangku dasar sampai dengan atas, tak sekalipun Benny menghadiri acara penting putrinya itu, dia terlalu fokus bekerja karena dia ingin selalu mencukupi dan membahagiakan keluarga kecilnya, ternyata dia salah. Seorang anak tidak hanya butuh materi tapi juga kasih sayang, apalagi Andini remaja hidup tanpa ibu.

“Aku mau tidur, cape,” ujarnya lalu berjalan ke arah tangga, sementara Benny hanya diam melihat putri satu-satunya berjalan menaiki anak tangga sendirian.

“Maafkan Papi Nak,” gumam Beni pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!