Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 5
"Tunggu!"
Sebuah suara terdengar dari dalam gerbang kediaman Kusumanegara. Itu adalah seorang petugas yang berasal dari kerajaan. Mereka menghentikan rombongan Wiratama, juga kepala prajurit pengawal Arga.
Kepala prajurit Arga segera menoleh, dia mengangkat tangannya. Membuat semua orang juga menghentikan langkahnya kemudian berbalik seperti yang dilakukan oleh Kepala prajurit Arga.
"Kepala prajurit Arga, periksa semua orang!" kata kepala petugas penyita harta benda dari kerajaan itu.
"Tuan Sariman, ada apa? para tahanan sudah di periksa oleh petugas wanita. Sekarang berapa semua sudah kembali ke istana! tidak ditemukan barang-barang berharga di tubuh mereka!" jelas kepala prajurit Arga.
"Tapi kami tidak menemukan harta benda apapun yang berharga di dalam kediaman Kusumanegara. Mereka pasti menyembunyikannya!" ucap pria berkumis tebal itu dengan ekspresi wajah yang begitu marah.
Kenapa dia tidak marah, biasanya dalam penggeledahan atau penyitaan semacam itu mereka bisa mengambil banyak sekali harta benda yang tidak mereka laporkan kepada pihak kerajaan. Sedangkan saat mereka memeriksa kediaman Kusumanegara mereka tidak menemukan apapun yang berharga.
Bagaimana mungkin juga mereka akan menemukannya karena semua harta benda itu sudah berpindah ke dalam sistem ruang yang dimiliki oleh Warren.
Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh petugas pencetak barang dari kerajaan. Wulandari dan para menantunya juga sangat terkejut. Setidaknya, mereka masih memiliki banyak sekali barang-barang berharga yang ditinggalkan di kamar mereka masing-masing.
Bagaimana mungkin, tidak ada satupun harta benda yang ada di sana. Lalu, ke mana perginya semua harta benda itu?
Kepala prajurit Arga melihat satu persatu wajah tahanan itu. 8 orang, yang terdiri dari satu orang wanita tua, dua orang anak kecil, lalu 4 orang wanita lemah, satu lagi Andres orang pria yang dari tadi tampangnya terlihat sangat bodohh.
Dari semuanya, prajurit Arga sendiri terlihat mereka yang memperlihatkan ekspresi kebingungan ketika petugas dari kerajaan mengatakan bahwa semua harta benda di kediaman tidak ada.
"Prajurit!"
Saat kepala prajurit Arga sedang memperhatikan untuk mengetahui apakah ada yang mencurigakan dari ke-8 tahanan yang ada di belakangnya itu. Wakil perdana menteri Kertawijaya tampak berteriak dari kediamannya.
Para penjaga kediaman dari wakil perdana menteri Kartawijaya itu pun menghampiri para petugas dan prajurit yang ada di depan kediaman Kusumanegara.
"Ada pencuri, bantu kami tangkap pencuri!" kata mereka yang terlihat panik dan memeriksa lingkungan sekitar.
Mereka, menusuk-nusukan tombak ke semak-semak juga memanjat ke pagar dan ke tembok kediaman untuk mencari pencuri yang sudah mencuri di kediaman wakil perdana menteri Kertawijaya.
"Ada apa ini?" tanya kepada prajurit Arga.
"Ada yang mencuri, semua harta benda di kediaman wakil perdana menteri hilang!" kata penjaga kediaman wakil perdana menteri Kertawijaya.
Warren segera menusuk-nusuk lengan Ratna dengan telunjuknya.
"Kakak, apa pencuri itu yang mencuri makanan di rumah kita juga?" tanya Warren dengan gaya bicara seperti anak kecil yang sangat kekanak-kanakan.
Wulandari yang mendengar itu merasa, kalau mungkin saja memang terjadi pencurian dari sekelompok orang atau dari ahli yang bisa mencuri dalam semalam begitu banyak harta benda di dua kediaman sekaligus.
"Bagus, kalau dicuri. Jadi, semua barang berharga yang didapatkan susah payah oleh ayah dan suamiku tidak jatuh ke tangan Raja jahat itu" kata Kartika Sari yang memang sangat tidak menyukai pihak kerajaan apalagi Raja baru mereka itu.
"Dinda, jaga bicaramu!" bisik Ratna menegur adik iparnya itu.
Kartika Sari memalingkan wajahnya. Entah kenapa, dia merasa semua yang dikatakan itu memang adalah isi hatinya karena dia memang lebih rela kalau harta benda yang ada di kediaman Kusumanegara itu diambil oleh pencuri daripada raja yang seperti pencuri itu.
"Tuan Sariman, masalah pencurian ini sebaiknya dilaporkan ke pihak kerajaan. Sudah hampir siang, kami harus mengawal para tahanan ini ke tempat pengasingan sekarang juga!" kata kepala prajurit Arga.
Meski tidak senang, tapi pada akhirnya pria bernama Sariman itu. Tidak bisa lagi berkata apa-apa dan membiarkan, rombongan Wiratama untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Mereka ada 8 orang. Dan di kawal oleh 4 orang petugas. Salah satunya adalah kepala prajurit Arga.
Satu buah cikar, gerobak yang berbentuk seperti pedati namun dengan ukuran yang lebih kecil. Jika pedati, maafkan kerbau untuk menariknya. Kalau cikar ini, hanya butuh tenaga manusia satu orang saja cukup untuk menariknya. Di atas cikar itu, terdapat perlengkapan atau yang biasa disebut dengan ransum para prajurit pengawal pada tahanan pengasingan itu.
Mereka semua berjalan, hingga tengah hari. Ketika mereka meninggalkan ibukota kerajaan. Wulandari tampak sangat sedih. Selama berpuluh-puluh tahun baru itu kali pertama dia meninggalkan ibukota kerajaan. Tempat dimana jadi lahirkan dan dibesarkan sejak kecil sampai dia menikah dan memiliki anak-anak, bahkan sampai memiliki cucu.
Rasanya langkah kakinya memang begitu berat. Tapi mau bagaimana lagi, tempat itu bukanlah tempat untuknya lagi. Dia hanya akan dianggap sebagai keluarga penghianat jika berada di tempat itu terus.
"Ibu..." Ratna mendekati ibu mertuanya itu.
"Ibu tidak apa-apa nak. Jaga Ajeng" kata Wulandari.
Sementara, Warren sejak awal berangkat dari kediaman Kusumanegara juga terus berada di belakang nyonya Wulandari. Dia berjaga-jaga, kalau saja wanita tua itu kelelahan dan tiba-tiba saja terjatuh.
"Ibu, haus" kata Ajeng pada Ratna.
Ratna melihat ke arah para prajurit. Mereka adalah tahanan yang hanya akan sekali saja diberi makan dan minum. Atau jika mereka beruntung melewati sungai, maka mereka bisa minum. Selebihnya, mereka sama sekali tidak di perbolehkan minum, makan atau beristirahat.
"Tahan ya nak, nanti sore kita akan di beri minum" kata Ratna.
Warren yang melihat wajah Ajeng mulai pucat dan bibir keponakan Wiratama itu sangat kering. Merasa begitu kasihan. Tapi, kalau dia melakukan pertukaran dan meminta air minum itu akan ketahuan oleh para prajurit dan mungkin mereka bisa dihukum.
'Sistem, apa bisa Aku melakukan pertukaran menjadikan daun yang aku ambil dari pinggir jalan ini bisa menjadi sesuatu yang akan menghilangkan dahaga?' tanya Warren dalam hati pada sistem.
[Ting]
[Butuh 20 batang emas untuk menukar hal seperti itu]
'Tapi bisa?' tanya Warren lagi dalam hati.
[Tentu saja, apa yang tidak bisa ditukar dengan emas]
Warren tersenyum.
'Kalau begitu tukar, tukar 8 daun dengan 160 barang emas'
[Baik, opsi penukaran dilakukan]
Tangan Warren terasa dingin, dia menyambar beberapa helai daun di pinggir jalan. Lalu dia mengunyah satu helai.
Benar saja, dah harganya hilang seperti dia sedang meminum 600 ml air dingin.
Warren pun mendekati Ajeng.
"Ajeng, Ajeng makan daun ini. Ini enak!" kata Warren yang membuat semua orang tertegun.
Bahkan Warren memasukkan daun itu ke mulut keponakannya yang masih 7 tahun itu.
"Apa yang kamu lakukan? kenapa memberi makan Ajeng, daun?" tanya Ratna terkejut.
Kepala prajurit Arga sampai geleng-geleng kepala.
'Hahhh, benar-benar bodohh!' batinnya.
***
Bersambung...
lanjutkan di tunggu up berikut nya