Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Tekad Arion membara seperti api di tengah badai, Hilangnya Luna, ancaman dari Alditama dan godaan beracun dari Violet, semua itu membentuk dinding yang kokoh di sekelilingnya, mengurungnya dalam satu tujuan, menyelamatkan Luna.
Ia tahu risiko yang ia ambil, tapi ada sesuatu yang lebih besar dari ketakutan itu, Ada janji yang tak terucap ada koneksi yang tak terbantahkan dan ada harapan yang kini bergantung padanya, Di tengah rencana yang mulai terbentuk, bayangan Serena mulai melayang, mengamati, dan siap untuk bergerak.
Minggu itu dihabiskan Arion dengan latihan intens, Bukan latihan perkelahian geng biasa, melainkan latihan fisik yang keras, persiapan untuk kemungkinan terburuk di pulau Alditama, Ia mengumpulkan anggota Klan Garuda yang paling loyal dan terampil dalam pertarungan tangan kosong dan infiltrasi.
MARKUS (20, mahasiswa Olahraga, berotot, kuat, spesialis close combat) dan
DEWI (19, mahasiswi Arsitektur, lincah, cerdas, jago dalam navigasi dan reconnaissance) bergabung dengan Arion dan Kenzie.
Mereka mempelajari peta laut, arus, dan kondisi geografis di sekitar pulau yang ditunjukkan Adrian. Adrian sibuk meretas sistem maritim, mencoba mencari celah untuk menyelinap tanpa terdeteksi radar.
"Pulau ini punya pengamanan berlapis, Dion" Adrian menjelaskan sambil menunjuk titik-titik merah di peta digital.
"Ada menara pengawas, sensor gerak, bahkan kapal patroli di sekitar perairan"
"Kita akan menyelinap dengan perahu kecil" Arion memutuskan.
"Lewat jalur yang paling sulit, yang mereka kira tidak mungkin ditembus" Kenzie hanya mengangguk.
"Aku akan memimpin tim pengalihan untuk Menciptakan keributan di sisi lain pulau dan memecah perhatian"
Markus mengepalkan tangannya. "Aku siap Dion."
Dewi, dengan tenang mempelajari denah pulau yang Adrian dapatkan dari sebuah leak kecil di internet.
"Aku bisa membuat rute infiltrasi yang paling aman, Tapi kita harus sangat hati-hati, Pulau ini sepertinya juga punya banyak jebakan alam."
Di tengah persiapan ini, Arion tetap dihantui oleh bayangan Luna, Foto yang dikirim Serena masih menjadi pengingat yang menyakitkan. Setiap kali ia melihat foto itu, tekadnya semakin membaja, Ia tak punya waktu untuk godaan, tak punya waktu untuk keraguan.
Serena memperhatikan Arion, Ia melihat Arion sering berkumpul dengan Kenzie, Markus, dan Dewi, Ia melihat ekspresi serius di wajah Arion, sesuatu yang jarang ia lihat sebelumnya, Arion tidak lagi bermain-main, Dia memiliki tujuan Dan itu membuat Serena cemas, Ia buru-buru menghubungi Violet.
"Kudengar kau mencoba menawarkan bantuan pada Arion?"
"Tentu saja" Violet menjawab dan suaranya terdengar dingin.
"Aku selalu membantu Arion Dan ia selalu kembali padaku."
"Tapi dia tidak menerima tawaranmu kali ini," Serena menyeringai.
"Dia menolaknya demi Luna, Gadis polos itu." Violet terdiam sejenak.
"Dia akan kembali padaku Dia tidak akan bisa melarikan diri dari pesonaku."
"Kita lihat saja," Serena membalas.
"Aku hanya ingin kau tahu, Arion tidak bermain-main lagi, Dia punya rencana besar Dan itu bisa menghancurkan kita semua." Violet tertawa sinis.
"Kalau begitu biarkan saja, Aku akan melihatnya hancur Dan setelah itu, aku akan mengambil apa yang tersisa"
Serena mematikan telepon, Ia tidak mempercayai Violet, Ia tahu Violet sama liciknya dengannya, Tapi ia juga tahu, Violet punya akses ke beberapa informasi penting tentang Alditama Group.
Serena menatap cermin, Wajah cantiknya memancarkan ambisi dan rasa sakit. Ia teringat ciuman Arion, sentuhan Arion, Ia teringat janji-janji yang pernah Arion bisikkan di telinganya Dan kini semua itu terasa hampa, Arion telah memilih Luna, Keputusan itu menusuk hatinya, menciptakan keretakan yang perlahan mulai terlihat.
Serena menyeringai, Jika ia tidak bisa memiliki Arion, setidaknya ia bisa menghancurkan apa yang Arion sayangi Atau bahkan menghancurkan Arion itu sendiri.
Profesor Hadi, di sisi lain sibuk dengan koneksinya, Ia menghubungi seorang jurnalis investigasi veteran,
NIRMALA (50an, jurnalis senior, integritas tinggi, berani). Nirmala sangat tertarik dengan kasus ini, terutama setelah melihat bukti-bukti dari USB drive.
"Ini adalah bom waktu Profesor," Nirmala berkata.
"Tapi kita butuh lebih, Kita butuh saksi hidup, Kita butuh Luna." Profesor Hadi mengangguk.
"Aku tahu, Kami akan berusaha membawanya kembali."
Sementara itu, Arion dan timnya melakukan simulasi infiltrasi di sebuah hutan kecil di luar kota, Mereka melatih kemampuan stealth, navigasi, dan pertempuran. Arion memimpin latihan itu dengan disiplin tinggi, Ia tidak lagi peduli pada ketampanannya, pada godaan, Ia hanya peduli pada efisiensi dan keselamatan timnya.
Di sela-sela latihan, Kenzie melihat Arion duduk sendirian menatap foto Luna di ponselnya, Wajah Arion yang babak belur kini sedikit melunak, dipenuhi kerinduan dan tekad yang kuat, Ia tahu Arion yang ini berbeda, Bukan lagi Arion yang sama, kemudian Kenzie menghampiri Arion.
"Kau akan membawanya kembali Dion." Arion menatap Kenzie.
"Aku harus Ken, Aku harus."
Malam itu, mereka kembali ke apartemen Arion, Semua anggota tim beristirahat, mencoba mengumpulkan tenaga untuk misi berbahaya yang menanti, Arion berdiri di balkon menatap jauh ke arah laut. Di sana, di suatu tempat di tengah kegelapan, Luna sedang menantinya Dan ia akan datang.