NovelToon NovelToon
Cincin Hitam Incaran Banyak Orang

Cincin Hitam Incaran Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Kaya Raya / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Di Persingkat Saja DPS

Cincin Hitam itu bukan sembarangan perhiasan.
Cincin itu adalah sebuah kunci bagi seseorang untuk merubah hidupnya dalam waktu yang sangat singkat.
karena cincin itu adalah sebuah kunci untuk mewarisi kekayaan dari seseorang yang teramat kaya.
Dan dari sekian banyak orang yang mencarinya cincin itu malah jatuh pada seorang pemuda yang mana pemuda itu akan jadi ahli waris dari kekayaan yang tidak terhingga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada orang yang ngeributin tanah wakaf

"Woi! Woi! Woi! Ada apa ini!?" Aku yang melihat bapakku di maki-maki orang mana mungkin akan terima.

Aku langsung berdiri di tengah-tengah mereka untuk menanyakan apa maksudnya memaki-maki bapakku.

"Lu jangan ikut campur bocah! Ini urusan gua sama orang tua bau tanah ini!" Kata-kata yang barusan itu tentu makin tinggi bisa aku terima.

Dengan nada tinggi aku membalas.

"E mulut anda di jaga ya. Kalau anda gak bisa berkata-kata baik jangan bicara!" Pihak lain juga makin tersulut emosinya.

"Banyak omong. Kalau lu mau ribu ya ayo!" Orang itu sekonyong-konyong mendorongku hingga aku mundur.

Aku yang pada saat itu sudah tersulut emosi langsung mendorong balik.

"Ayo kalau mau ribut, saya tidak takut!" Orang itu langsung tersungkur karena secara tidak sadar aku mendorongnya terlalu keras.

Dari sinilah keributan sesungguhnya terjadi di mana aku dan orang itu baku hantam.

Tapi meksipun di bilang baku hantam sebenarnya aku yang lebih banyak memukul hingga wajahnya bonyok.

Untungnya ada banyak orang di sini yang langsung menarikku dan melerai perkelahian.

Kami pum berakhir di rumah pak RT karena perkara tadi dan di sinilah baru aku tahu apa permasalahannya.

Yaitu orang yang aku pukuli tadi tidak lain adalah anak kandung dari orang yang menitipkan tanahnya untuk di bangun pondok pesantren.

"Lah itu tahu kalau almarhum telah menitipkan tanahnya untuk di bangun pesantren terus kenapa anda malah meminta tanahnya kembali?!" Aku bertanya pada orang yang tadi aku pukuli.

"Karena tanah itu hak gua, jadi gua minta tanah itu di kembalikan!" Masih dengan nada arogan ia berteriak padaku.

Hampir saja aku tersulut emosi lagi.

Selamat berjam-jam kami duduk di sini untuk mendiskusikan bagaimana tanah ini akan berakhir.

Sebenarnya sejak awal tanah ini secara hukum hukum telah berada di tangan bapakku sebagai pendiri pesantren.

Tapi karena orang itu tantrum dan mengancam kami berakhir dengan pembicaraan yang panjang.

Hingga akhirnya kesepakatan terjalin dimana pihak kami akan membayar tanah itu tapi dengan harga setengahnya.

Sebenarnya itu tidak perlu di lakukan karena tanah itu milik pesantren dan orang itu telah di cabut hak-nya untuk memiliki tanah tersebut.

Hal ini kami lakukan cuma agar orang ini diam saja.

"Ambil uang ini dan jangan ganggu pesantren lagi. Kalau kamu melakukan itu di kemudian hari saya yang akan seret kamu ke kantor polisi!" Ucap pak RT yang menjadi penengah di antara kedua belah pihak.

Orang itu kemudian pergi sambil menyeringai puas tanpa permisi sama sekali.

Melihat gelagat orang itu aku akan ragu kalau dia tidak akan balik lagi.

"... Apa ini gak apa-apa pak RT? Bukannya berburuk sangka tapi kayaknya orang itu tidak akan berhenti sampai di sini!" Aku bertanya pada pak RT.

"Saya tahu tapi apa yang saya katakan tadi juga tidak main-main. Kalau orang itu balik lagi maka saya akan seret dia ke kantor polisi!" Aku lega kalau pak RT mau seserius itu menangani masalah ini.

Setelah itu aku pulang seorang diri sementara kakak dan bapakku tinggal di sana untuk membicarakan beberapa hal lebih lanjut dengan pak RT.

Aku yang pada saat itu tiba di rumah di kejutkan oleh seseorang yang duduk dan berbincang-bincang dengan Ibuku.

Dan orang tersebut adalah Karina.

Dia tampak bicara begitu sopan dan ramah dengan Ibuku yang mana itu tentu saja sangat berbeda ketika dia bicara padaku.

Bahkan dia bisa tersenyum di sana.

Aku pun menghampiri mereka. "Assalamualaikum!" Keduanya langsung bangun.

"Waalaikum salam. Bagaimana masalahnya berakhir nak?!" Tanya Ibuku yang penasaran.

"Itu sudah baik-baik saja, tanah ini masih jadi milik pesantren. Tapi untuk itu kita perlu memberi orang itu uang sebesar setengah dari harga tanah aslinya!"

"Syukurlah kalau begitu... Tapi apa orang itu tidak akan membuat masalah lagi?!" Tampaknya Ibuku memiliki kekhawatiran yang sama dengan yang aku rasakan.

"Bunda tenang saja. Pak RT yang akan bertindak tegas kalau hal itu sampai terjadi!" Akhirnya ibundaku bisa menghela nafas lega.

Kini tatapanku langsung tertuju pada si Karina yang ada di samping ibundaku. "Ngomong-ngomong orang ini kenapa bisa ada di sini!?"

Ibundaku langsung menjawab. "Karina katanya datang mancri kamu tapi kamu tidak ada di sini tadi!"

"Kalian berdua ngobrol di sini saja karena bunda mau masak dulu di dapur!" Ibundaku pergi meninggalkan aku di sini.

Padahal tadinya aku mau langsung masuk saja ke dalam dan tidak mau bicara dengan si Karina karena dia ketus dan galak.

"Ada masalah apa tadi!?" Wajahnya yang tadinya penuh senyuman ramah kini langsung berubah ketus dan dingin lagi.

"Ada orang yang menagih tanah pesantren untuk di kembalikan padahal almarhum dari yang punya tanah telah menitipkan ranga untuk di bangun pondok pesantren!" Aku pun duduk.

Di susul si Karina yang ikut duduk di sebelah.

"Kamu sendiri ada apa mencari-cari aku?!" Karena haus aku pun minum dengan air yang sudah ada di atas meja.

"Tidak ada hal penting. Hanya saja aku mau mengingatkan agar kamu tidak lupa untuk menjaga cincin itu sebaik mungkin dan jangan sampai ada yang tahu!"

"Kalau kamu segitu tidak percaya padaku kenapa tidak kamu ambil saja dan langsung kembalikan pada yang punya. Kenapa harus begitu berbelit-belit!"

"Karena aku yang mau!" Ini orang benar-benar sangat mengesalkan.

Dia bilang dia melakukan semua ini hanya karena dia mau tanpa mikir aku keberatan atau tidak di sini.

Tak lama kemudian kakak dan bapakku datang dan mereka cukup terkejut melihat ada seorang perempuan yang duduk bersamaku.

"Perasaan tipa hari kamu itu ganti-ganti perempuan terus deh. Kamu ini playboy atau bagaimana sih Raihan!" Ucap kakak yang

mana aku tahu sebenarnya dia cuma bercanda.

Tapi bercandanya itu benar-benar sangat mengesalkan.

"Bicara sekali lagi dan kita akan baku hantam!" Dengan tegas dan mengangkat kepalan tangan aku berkata.

"Sudah, sudah. Kamu suka sekali ngeledek adek kamu ini padahal kamu tahu temperamennya bagaimana!" Mampus. Kena marah sama bapak kan dia.

"Tapi ngomong-ngomong dia ini siapa? Jangan bilang pacar karena baru beberapa waktu lalu kamu bilang tidak mau pacaran!"

"Ini orang adalah murid pindahan dan untuk urusan apa dia ada di sini... Bisa gak aku gak jawab pertanyaan itu?"

"Soalnya aku gak bisa jawab dan aku juga gak bisa bohong!"

"Oh... Selama itu bukan sesuatu yang salah tidak apa-apa. Tapi kamu harus selalu ingat kalau tidak ada yang bisa kamu sembunyikan dari Allah, jadi apapun itu sebaiknya jangan melakukan hal-hal yang kelewatan!" Setelah itu bapakku masuk.

"Aku mengerti Abi, jadi jangan khawatir!" Ayahku mengangguk pelan kemudian masuk tapi sebelum itu ia berkata.

"Ini sudah sore jadi bagaimana kalau kamu tinggal dan makan di sini saja!" Bapakku bicara pada Karina.

"Kalau tidak merepotkan saya akan tinggal!"

"Tidak merepotkan sama sekali. Saya malah senang kalau ada tamu!" Setelah itu kami pun masuk ke dalam.

Singkat cerita kami makam bersama yang mana di sini si Karina agak kebingungan dengan menu makanannya.

Meskipun begitu ia tidak bilang apa-apa dan hanya makan apa yang ada.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!