Cincin Hitam Incaran Banyak Orang
Malam itu sedang hujan deras dengan gemuruh petir yang menggelegar di langit.
Di bawah langit yang sedang hujan terlihat ada sekelompok orang yang sedang parkour di atas gedung-gedung tinggi.
Mereka bergerak begitu lincah seakan tak takut akan jatuh yang mana kalau saja mereka jatuh dari sana bisa di pastikan akan meninggal.
Dan mereka yang sedang parkour itu sebenarnya sedang mengejar-ngejar seseorang yang lari paling depan.
Yang paling depan itu terlihat sangat sengsara dengan luka yang terlihat masih baru.
Setelah tak kuat lari lagi ia kemudian menjatuhkan sesuatu ke bawah ketika tidak ada yang melihat.
Benda tersebut adalah sebuah kotak kecil berwarna hitam dan kotak itu jatuh tepat ke kepala seorang pemuda.
Dan pemuda yang kejatuhan kotak kecil itu tidak lain adalah aku sendiri.
Tukk!!
"Aduhh!!...." Refleks aku melihat ke atas sambil memegangi kepalaku yang tadi di timpa sesuatu.
"Apa itu tadi?..." Aku langsung mencari-cari benda yang jatuh dan menemukannya di genangan air.
Benda itu langsung aku ambil untuk memeriksa apa isinya.
"Hah!?" Aku terkejut karena yang ada di dalamnya adalah senjata cincin dengan motif yang sangat detail.
Warna cincinnya hitam dengan corak berwarna emas.
"Waduh... Kayaknya ini milik seseorang. Aku harus kembalikan kalau orangnya ketemu!" Niatnya begitu.
Tapi setelah aku pikir-pikir benda ini jatuh dari atas sana jadi bagaimana caranya aku tahu cincin ini milik siapa?...
"... Sudahlah, nanti aku cari saja pemiliknya di sini besok. Untuk sekarang aku mending pulang daripada nanti masuk angin!" Aku langsung bergegas pergi sambil hujan-hujanan.
Setelah cukup jauh menempuh perjalanan di bawah guyuran hujan aku tiba di tempat tinggalku.
Yaitu sebuah pondok pesantren yang cukup besar.
Aku sendiri adalah anak dari orang yang punya pesantren ini.
Aku punya tiga kakak dan semuanya itu laki-laki.
Setibanya aku di rumah aku langsung di sambut oleh ibundaku yang terlihat khawatir berdiri di dekat pintu.
"Raihan! Kamu pulangnya kok malam sekali!" Ibuku langsung bertanya sambil membawa handuk.
"Iya, tadi ada tragedi di tengah jalan yaitu kecelakaan jadi aku bantu-bantu dulu di sana. Ketika pulang sudah hujan deras seperti ini!"
"Oh, begitu...!"
"Ya sudah. Kamu mandi sana atau nanti kamu masuk angin!" Aku langsung mengangguk dan pergi untuk mandi.
Ketika aku masuk kakakku yang paling tua tiba-tiba muncul dan nyeletuk. "Oy! Udah gede masih hujan-hujanan!"
"Sembarangan kalau ngomong. Aku ini gak hujan-hujanan tapi kehujanan di jalan tadi!" Aku abaikan dia karena aku tahu dia cuma bercanda.
Setelah mandi aku berkumpul dengan kakak dan ibuku di meja makan yang mana meja itu sudah penuh oleh makanan.
"Oh iya!?..." Aku baru ingat kalau aku menemukan sesuatu tadi dan langsung menunjukkannya pada keluargaku.
"Tadi ketika aku jalan benda ini jatuh menimpa kepalaku!" Ibu dan kakakku terlihat terkejut ketika melihat barang berharga seperti cincin itu.
"Kamu yakin benda seberharga ini jatuh dan bukan kamu ambil dari seseorang?!" Tanya kakakku dengan tatapan curiga.
Aku tentu kesal di sini.
Karena secara tidak langsung dia menuduhku mencuri benda ini dari seseorang.
"Itu mulut di jaga ya. Aku ini tahu dosa jadi tidak akan aku mencuri!" Dengan nada sedikit marah aku membalas.
"Tapi kamu dulu suka mencuri mangga tetangga sampai bapak kita di tegur. Dan sekarang pun kamu masih mencuri!" Ugh... Aku kebanjiran fakta.
"Tapi aku sudah tidak pernah lagi mencuri mangga sejak kejadian itu dan tidak pernah lagi mencari!"
"Atas dasar apa Mas bilang aku masih mencuri sekarang!?" Ia kemudian tersenyum dan berkata.
"Tapi hampir setiap Minggu datang perempuan ke sini kamu tahu tidak!?" Aku bingung dan bertanya-tanya di sini.
"Hah? Apa hubungannya aku mencuri dan datang banyak perempuan ke sini?!" Alis mataku terangkat sebelah.
"Itu artinya kamu telah mencuri hati mereka!" Seketika aku terdiam dengan wajah tak habis pikir.
Aku kira pembicaraan ini serius, ternyata dia cuma bercanda doang.
"Bisa serius gak?!"
"Tapi Mas lagi serius!"
"Kalau kamu kebanyakan mencuri hati perempuan nanti kamu yang bakal repot kedepannya dan mempermainkan perasaan itu adalah perbuatan yang sangat salah!" Ia terlihat serius tapi aku bisa melihat sudut bibirnya berkedut.
Artinya dia masih bercanda sekarang ini.
"Husen, Raihan. Kalian berdua diam dulu!" Tadinya aku mau lanjut marah-marah tapi karena Ibuku sudah bicara apa boleh buat.
"Benda ini kelihatannya sangat mahal jadi kemungkinan pemiliknya sedang mencari-cari benda ini!"
"Kamu harus kembalikan ini pada yang punya. Kamu tahu siapa?!" Lanjut aku menjawab. "Lah, Bu. Kalau aku tahu sudah aku kembali sedari awal dan tidak akan di bawa pulang!"
"Masalahnya tempat itu sedang sangat sepi dan tidak ada siapa-siapa jadi mau tanya ke orang lain juga tidak bisa!"
"Meskipun begitu tapi kita berkewajiban mengembalikannya. Kamu cari orang yang punya ini di sekitar tempat kamu menemukannya!"
"Ibunda yakin kalau orang itu akan mencari-cari di sekitar sana kalau memang benda ini berharga!" Aku langsung mengangguk.
"Baik Bu, akan aku kembalikan!" Aku mengambil lagi benda itu untuk di simpan dan di kembalikan pada yang punya.
Namun pada keesokan harinya aku tidak menemukan siapa-siapa di tempat aku menemukan barang ini.
"... Apa aku datang ke pagian ya?..." Aku melihat-lihat sekeliling dan menunggu untuk beberapa saat tapi tidak ada siapa-siapa.
Dan berhubung aku harus pergi ke sekolah jadi aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
"... Akan aku coba datang lagi sore nanti, mana tahu orangnya akan ada di sini ketika sudah sore!" Aku pergi meninggalkan tempat itu.
Dan beberapa saat setelah aku meninggalkan jalan sempit di antara dua gedung itu muncul seseorang.
Orang itu dalam keadaan terluka dan lemas.
Tapi meskipun begitu ia terlihat cukup baik-baik saja seakan luka seperti itu bukan hal yang aneh lagi baginya.
"Syukurlah aku selamat.... Tapi sekarang dimana aku menjatuhkan cincin itu semalam?!..." Ia langsung mencari-cari benda yang di jatuhkan semalam.
Di sisi lain aku tiba di sekolah yang mana aku ketika aku tiba aku hampir saja terlambat gara-gara menunggu orang.
"Pak tunggu pak!!" Aku berteriak pada pak satpam yang hendak menutup pintu gerbang.
"Tumben kamu hampir telat Raihan. Apa ada masalah!?" Tanya pak satpam padaku dengan ramah.
Kebetulan satpam ini berasa dari komplek yang sama dengan komplek tempat tinggalku dan pak satpam juga sering datang ke pengajian rutin bapakku jadi aku dan pak satpam saling kenal.
"Iya pak. Tadi malam saya menemukan barang jadi pagi ini saya menunggu untuk mengembalikan barang itu di tempat saya menemukan karena mana tahu yang punya akan mencari!"
"Tapi setelah di tunggu sejak pagi malah tidak ada siapa-siapa jadi saya pergi saja!"
"Oh begitu!"
Setelah berbincang sejenak dengan pak satpam aku pun masuk ke dalam dan langsung berjalan menuju kelasku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments