Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05
"Apa kabar kamu dek, maaf maaf akhir akhir ini kakak tidak menghubungi kamu, karena kakak tidak menghubungi kamu, karena kakak ngebut mengerjakan pekerjaan dan juga kuliah kakak, karena kakak sudah tidak sabar untuk menemui kamu." gumam Seorang laki laki berusia 23th melihat foto seorang gadis kecil yang sangat dia rindukan.
"Beberapa jam lagi kita akan bertemu, sayang." gumamnya lagi.
"Bi, bantu saya menata ini di atas meja makan. " ucap seorang wanita yang tidak muda lagi, dia mamanya Karen yang sedang sibuk memasak makanan kesukaan sang anak.
"Nyonya semangat sekali." kekeh bi sri.
"Tentu dong bi, sebentar lagi anak ganteng ku pulang." kekeh nyonya Mayang.
"Ahhh... Iya aden pulang hari ini, saya sudah tidak sabar ingin bertemu den kasep, sudah lama sekali dia tidak pulang ke negara ini." ujar bi Sri yang juga sangat merindukan anak majikannya itu.
"Mau bagaimana lagi bi, dia di sana selain kuliah juga mengurus cabang perusahaan, dan bibi tau sendiri dia tidak ingin lama lama meninggalkan gadis kecilnya itu." ujar nyonya Mayang.
Bi Sri mengangguk tanda mengerti.
"Wahhh.... wangi sekali, tante pasti lagi masak apa? " tanya seorang pemuda yang baru turun dari lantai atas.
"Masak makanan kesukaan abang mu." sahut nyonya Mayang yang sibuk memindahkan masakan dari wajan ke mangkok.
"Ahh.... Tante mah bikinnya cuma buat Karen doang, Kenzo nggak." cebik Kenzo dengan wajah di buat buat sedih.
"Halah.... Kamu ini, bisanya iri saja, biasanya tante bikin makanan kesukaan kamu." omel nyonya Mayang memukul pelan baju keponakan kesayangannya itu.
Kenzo hanya terkekeh melihat wajah kesal sang tante.
"Tan, calon mantunya nggak di kasih tau klau abang hari ini pulang? " tanya Kenzo.
"Abang mu melarang tante untuk memberi taunya, katanya kejutan." sahut nyonya Mayang.
"Ada apa ini, rame banget. " tuan Dinata menghampiri sang istri lalu mengecup sayang pipi istrinya di dekat Kenzo.
Kenzo hanya memutar mata malas melihat kelakuan omnya yang selalu bucin kepada sang tante.
"Dasar tidak tau umur, nggak lihat apa ada orang di sini." gerutu Kenzo.
"Iri bos makanya cari pacar sana." ledek tuan Dinata.
"Nggak dulu." ketus Kenzo kembali menyomot satu makanan di atas piring.
"Aku jemput abang dulu deh." ujar Kenzo.
"Cepat amat berangkatnya." heran nyonya Mayang.
"Nggak apa apa, sekalian cuci mata, dari pada di sini, jadi obat nyamuk." seru Kenzo.
"Wahhh.... Nyadar diri juga kamu, pergi sana menggagu om dan tante yang mau mesra mesraan aja kamu." usir tuan Dinata dengan candaannya.
Kenzo hanya memutar mata malas, begitu lah keluarganya, di saat di rumah bisa bercanda santai seperti ini, selangkah keluar dari rumah, yang terlihat muka datar dan tegas.
"Halah lagak mu cuci mata, di deketin cewek aja kamu ketusin." cibir sang tante.
"Cewek yang deketin kita itu hanya ingin pansos dan ingin harta kita tan, buat apa cewek kaya gitu, tapi klau modelan kakak ipar sih aku tancap gas." kekeh Kenzo.
"Haiii.... Jangan macam macam kamu ya, jangan jadi pebinor kamu." pekik nyonya Mayang tidak terima.
"Sebelum janur kuning berdiri, masih bisa di tikung tan, namanya juga usaha." kekeh Kenzo berlari dari sana, lalu dia berhitung dalam hati.
"KENZO.....! " pekik nyonya Mayang.
"Nah kan." kekeh Kenzo.
"Dasar ponakan nggak ada akhlak." kesal nyonya Mayang.
"Sudah ma, jangan di ambil hati ucapan Kenzo, dia hanya bercanda, dia tau bangat abangnya sangat mencintai gadisnya, nggak mungkin Kenzo akan merebut pujaan hati abangnya itu." ucap tuan Dinata menenangkan sang istri.
"Habisnya, anak itu suka sekali membuat aku darah tinggi." kesal nyonya Mayang.
"Mah, gimana persiapan acara ulang tahun calon menantu kita?" tanya tuan Dinata mengalihkan kekesalan sang istri.
"Semua sudah beres pa, mama sudah pesan gaun yang sangat cantik untuk calon menantu kita." ucap nyonya Mayang berbinar indah saat mengingat pesta ulang tahun calon menantunya yang sudah dia persiapkan jauh jauh hari.
"Mama nggak pesan cincin tunangan sekalian? " tanya tuan Dinata.
"Kata Kenzo, soal cincin sudah dia pesan di negara xx." sahut nyonya Lia.
Tuan Dinata mengangguk tanda mengerti, "Semoga acaranya berjalan lancar, tidak ada drama yang tidak kita inginkan." ucap tuan Dinata.
"Aamiin...."
Sementara di tempat lain.
Rinda sangat antusias mencari pakaian untuk ia pakai saat ulang tahun nanti, dia sudah tidak sabar menunggu kedatangan Kenzo.
"Ma, ini bagus nggak?" tanya Rinda menunjuk salah satu gaun yang sangat indah di manekin butik yang mereka datangi.
"Sangat bagus sayang, cocok di tubuh mu." ujar sang mama.
"Aku mau coba ini sama yang ini ya ma." manja Rinda.
"Hmmm.... Coba aja." ujar nyonya Karin.
Sambil menunggu sang putri mencoba gaun, nyonya Karin mengambil salah satu gaun dan meminta pelayan untuk membungkusnya.
"Wahhh.... Ini sangat cocok sama kamu Rin." mata Gina terpesona melihat sahabatnya memakai gaun yang sangat cocok dengan tubuh sahabatnya itu.
"Buat apa sih Gin, aku nyobain gaun ini." keluh Rindu.
"Tentu saja untuk merayakan ulang tahun mu nanti." seru Gina.
"Ck, yang merayakan cuma kita berdua Gin, kenapa harus seheboh ini." gerutu Rindu.
"Nggak apa apa, walau pun hanya kita berdua, kamu tetap harus tampil cantik di hari spesial kamu." sela Gina.
"Tapi ini pasti mahal loh Gin, mau bayar pakai apa? " keluh Rindu lagi.
"Kamu tenang aja, serah kan semuanya pada ku." ucap Gina menepuk dadanya.
"Ck, nggak usah foya foya deh Gin, lebih baik duitnya kamu tabung untuk kuliah mu." ujar Rindu yang enggan menerima gaun mahal itu.
"Aku membelikan kamu hanya setahun sekali Rin, jadi Terima aja, jangan menolak ya ya..." bujuk Gina dengan wajah memelas.
"Hhhh..... Baiklah." pasrah Rindu tak bisa menolak, kemauan temannya itu.
"Mama beli kado untuk siapa? " tanya Rinda melihat sang mama membawa kado di tangannya.
"Ini untuk Rindu, dia kan nggak di ajak, jadi mama belikan saja gaun untuk." sahut nyonya Karin.
"Ngapain sih ma, dia bisa beli sendiri, kasih saja uang seperti biasanya, pasti dia sudah senang." ucap Rinda tidak suka.
"Nggak apa apa sesekali mama yang belikan." santai sang mama.
"Mama yakin dia suka sama kado yang mama kasih? " Rinda mulai mempengaruhi sang ibu.
"Nggak tau, yang penting mama belikan saja, ya sudah yuk.... Kita pulang." ajak nyonya Karin menggandeng tangan sang anak.
Rinda hanya mendengus kesal, gara gara sang mama mengabaikan ucapannya.
"Sial, gue harus melakukan sesuatu, nggak rela gue dia memakai gaun yang mama kasih, dan gue nggak mau dia lebih cantik dari gue, semua orang hanya boleh perhatian kepada gue." gumam Rinda.
Bersambung....
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya