Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
"Tolooong, Aaaa...!" Yuko berteriak sambil berlari menuruni tangga, karena kurang berhati-hati kaki kiri tersandung kaki kanannya, dan jatuh pun tak terelakan lagi. Yuko jatuh menggelinding hingga kelantai bawah dengan pelipis dan hidung yang mengeluarkan darah.
"YUKO - KAKAK...!" Lova dan Yuka yang baru saja pulang dari makam menjerit keras bersamaan kala melihat Yuko yang tiba-tiba sudah tergeletak dilantai dekat tangga. Lova dan Yuka berlari menghampiri Yuko yang kedua matanya terpejam, Yuko tak sadarkan diri.
Rumah sakit, pukul delapan malam.
"Yuko, kamu sudah sadar, Kak?" tanya Lova, ketika kedua mata Yuko bergerak pelan.
Yuko mendesah pelan, satu tangannya menyentuh dahi yang terbalut perban. Kepala terasa pusing dan badan terasa pegal-pegal. "Mom, ini dirumah sakit?" tanya Yuko pelan, nyaris berbisik.
Lova mengangguk dengan senyum haru karena akhirnya Yuko sudah siuman. "Apa yang kamu rasakan, Kak? Biar Mommy panggilkan, Dokter," katanya, dan menekan bel khusus.
"Badan pegal dan kepala pusing, Mom,"
"Mom, bubur kacang dan teh hangat sesuai permintaan, Mommy,"
Suara Yuka terdengar setelah ada suara pintu dibuka, Lova dan Yuko menoleh. Dipintu sana Yuka datang dengan membawa dua kantong kresek putih. Yuka menaruhnya diatas nakas.
"Kak, bagaimana keadaan kamu?" tanya Yuka, dia duduk disisi ranjang pesakitan, tepat dibawah kaki Yuko.
"Pusing, pegal dimana-mana, Yuk. Kamu dari mana saja?"
"Mommy memintaku membeli teh hangat dan bubur. Kakak makan dulu deh ya, aku yang suapi," Yuka turun dari ranjang pesakitan, dia menggambil satu cup bubur dan sendok plastik, membukanya, dan membantu Yuko duduk bersandar.
Lova tersenyum melihat pemandangan indah didepannya. Melihat Yuko dan Yuka yang akur membuat Lova merindukan mendiang suaminya.
"Permisi!"
Lova, Yuko, dan Yuka menoleh. Dokter Rudi datang dengan dua perawat dibelakangnya. Mereka berjalan menghampiri Yuko. "Oh, pasien sudah siuman, ya? Saya cek dulu, ya,"
"Silakan, Dok," Lova dan Yuka sedikit menjauh dari Yuko, mereka memberi ruang pada dokter dan perawat untuk melakukan tugasnya.
"Ada keluhan?" tanya Dokter Rudi setelah selesai memeriksa.
"Pusing dan badan terasa pegal, Dok," kata Yuko, dia memijat bahunya yang memang sangat pegal, seolah baru saja menggangkat barang berbobot satu kwintal.
"Baiklah, itu efek normal karena kamu baru saja jatuh. Tetapi saya akan memberimu obat pusing dan pegal. Diminum ya, sampai habis." kata Dokter, dia mengulurkan dua obat berbeda yang sudah dibungkus dalam wadah khusus pada Yuko.
"Baik, Dok."
Apartemen Viola.
Sambil memakan kripik kentang kesukaannya, Viola mengetik keyboard laptop dengan serius. Viola sedang mengerjakan tugas sekolah yang akan dikumpulkan esok hari.
"Eh!" Viola sedikit kesal saat layar laptopnya tiba-tiba ma.ti karena kehabisan daya. "Duh, padahal tinggal dua lagi selesai. Bisa-bisanya aku sampai kelupaan nge-charger. Keasikan nonton drakor sih," gerutunya.
Viola beranjak dan membawa laptop kemeja belajar dimana stop kontak berada disana. Setelah itu, Viola masuk kekamar mandi karena ingin mencuci tangan dan wajah. Viola akan melanjutkan mengerjakan tugasnya setelah laptopnya terisi daya penuh.
Sepeninggal Viola yang masuk kekamar mandi, layar laptopnya yang ma.ti tiba-tiba menyala dan menampilkan seseorang yang tengah memotong sesuatu dalam mobil mewah disuasana gelap.
Dikamar mandi, Viola bersenandung kecil sambil mengusap busa diwajahnya. Setelah selesai, Viola membasuh wajah dengan air. Namun, Viola merasakan ada sesuatu yang aneh. Air yang biasanya segar ketika menyentuh kulit kini terasa hangat bercampur bau anyir.
Viola membuka mata. "Aaaa...!" teriak Viola dengan kencang melihat wajahnya yang merah berlumur darah. Lalu dicermin sana menyala, menampilkan sesosok berambut pendek dengan wajah berlumur darah.
MELATI KOSONG DUA
"Se.taaan, aaa... Tolooong...!"
Viola berlari terbirit-birit, dia ingin keluar dari kamar mandi. Namun, pintunya tak bisa dibuka padahal Viola tadi tak menguncinya.
Sementara itu, sesosok yang berada dicermin perlahan keluar, mendekati Viola yang kini menjerit histeris sambil menggedor-gedor pintu.
"Tolooong! Siapapun tolooong...!"
MELATI KOSONG DUA
Prankkk
"Aaa...!"
Viola menjerit karena terkejut dengan cermin kamar mandi yang tiba-tiba pecah berbarengan dengan penampakan seram yang menghilang.
"Astaghfirullah, hah," tubuh Viola merosot kelantai kamar mandi yang basah, napasnya berhembus kasar, namun perasaannya terasa lega.
"Ada apa ini? Kenapa tadi serem banget, aku beneran enggak kuat kalau disini kaya gini terus,"
Viola bergumam lirih, perlahan dia bangun dan membuka pintu kamar mandi. Viola tertegun sejenak karena pintunya mudah dibuka, tidak terkunci seperti barusan. Viola meneguk ludah dengan keringat yang bermunculan. Viola berpikir jika tadi adalah ulah si makhluk menyeramkan itu.
Viola keluar kamar mandi dan mengambil ponselnya yang berada diatas bantal. Dia mencari kontak seseorang dan meneleponnya.
Dirumah sakit.
"Kak, ada telepon," Lova, dia yang baru saja sampai diruangan Yuko karena baru saja membuang sampah, berseru saat melihat ponsel Yuko menyala.
Mendengar seruan dari Mommy, Yuko yang sedang berada didalam kamar mandi segera menyelesaikan aktivitasnya. Perlahan Yuko keluar sambil memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing, dengan Yuka yang memegangi satu lengannya. Berjaga-jaga takut kakaknya roboh tiba-tiba.
"Hallo, Viola," Yuko menyapa setelah mengambil ponsel diatas nakas dan menerima panggilan tersebut. Bibirnya tersenyum.
"Yuko, aku takut banget. Kamu kesini dong, atau aku menginap dirumahmu saja, hiks..."
Yuko terkejut karena Viola berbicara sambil menangis. "Apa yang terjadi?" tanyanya, Yuko meringis karena kepalanya terasa berdenyut sakit.
"Kamu kesini nanti aku ceritain, aku takut sendirian Yuko," Viola masih nangis.
"Hallo, siapa ini?"
Diapartemen sini, Viola menghentikan tangis karena mendengar suara yang berbeda, bukan Yuko, tapi Yuka.
"Yuka, mana kakakmu? Aku masih belum selesai bicara," Viola mengambil jaket lalu mengambil kunci motor. Viola keluar apartemen dan ingin menemui Yuko. Viola benar-benar takut sendirian untuk saat ini. Dia sungguhan butuh teman curhat dan teman bicara.
"Kakak dirumah sakit. Please deh, kamu bisa bicara sama aku, dengan senang hati."
"Yuka, sini-in. Hallo,"
"Hallo, Yuko. Aku kerumah kamu, ya?" kata Viola, setelah dia mendengar ocehan Yuko dan Yuka ditelepon. Dengan satu tangannya Viola mengendarai motornya keluar area apartemen.
"Kerumah sakit A nomor 110, aku disini,"
Viola mengangguk seolah Yuko bisa melihatnya. "Oke, aku kesana sekarang. Tungguin aku ya, kamu jangan kemana-mana. Aku takut, Yuk," Viola menyetir dengan perasaan tak tenang. Rasanya sudah tidak sabar untuk menceritakan kejadian ini pada Yuko.
"Iya. Sudah dulu kamu hati-hati,"
"Iya." Viola pun mengakhiri penggilannya, dia menarik ruas gas dengan kecepatan penuh setelah menaruh ponsel di saku motor.
MELATI KOSONG DUA
"Aaaa...!"
Brakkk
DUAR...!!!