Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Pembelaan
Pria itu ingin bertemu Aiden, bukan Anya…
Anya terkejut ketika mendengar suara ayahnya. Ia segera berdiri dan meletakkan bukunya di sofa. Hana juga bergegas ke pintu depan, menyeka tangannya yang basah. Ia bergegas keluar karena mendengar keributan.
Namun, mereka berdua segera berhenti ketika melihat Aiden turun dari lantai dua. Saat berjalan menuruni tangga, Aiden menyuruh salah satu pengawalnya untuk membuka pintu dan membiarkan Deny masuk. Ia turun dan mendekati Anya, sambil menunggu kedatangan pria yang membuat keributan di luar rumahnya.
Deny masuk sambil menyeret Natali, matanya tertuju pada Aiden. Ia tidak memperhatikan Anya yang berdiri di dekat Aiden dan sama sekali tidak menatapnya. Deny hanya menatap Aiden.
"Berhenti di situ." Kata Aiden dingin saat Deny terus melangkah maju untuk mendekatinya. Ia menatap tajam dua orang yang memasuki rumahnya. Ia tidak ingin kedua orang itu terlalu dekat dengannya dan Anya.
"Aiden, tolong maafkan putriku yang bodoh ini." Kata Deny sambil terus menyeret Natali ke dalam rumah.
Aiden mendengus ketika melihat kedua orang itu. Ia tahu mengapa Deny datang ke rumahnya. Beberapa hari terakhir, pria ini datang ke kantornya dan bersikeras untuk bertemu dengannya. Itu semua karena Aiden menolak untuk berkolaborasi dengan perusahaan Deny dalam sebuah proyek yang akan ia jalankan selanjutnya. Aiden bahkan tidak pernah mau bertemu dengannya dan Deny selalu pulang dengan tangan kosong.
Sekarang, tampaknya pria itu mencari cara lain untuk bertemu dengannya. Pria itu datang ke rumahnya karena Aiden tidak mau bertemu dengannya di kantor. Ia bahkan membawa putrinya yang licik untuk meminta maaf.
Deny mendorong tubuh Natali, menyuruhnya untuk berlutut di tanah dan meminta maaf kepada Aiden. Sementara itu, satu-satunya orang yang dilihat Natali adalah Anya. Natali melihat Anya berdiri tidak jauh dari Aiden dan menatapnya tajam. Tatapannya dipenuhi kebencian seolah-olah Anya lah yang bersalah atas apa yang dialaminya saat ini. Seakan Anya penyebab penderitaannya.
Anya melihat tatapan di wajah Natali dengan ekspresi acuh tak acuh. Ia juga bisa melihat tangan Natali masih sedikit merah karena air panas yang dituangkan Aiden. Tetapi ia tidak berniat untuk membantu Natali. Ia tidak cukup bodoh untuk membantu orang yang telah menyakitinya.
Semua ini adalah kesalahan Natali sendiri. Dialah yang berencana untuk berbohong kepada Aiden dan menjebaknya agar bisa keluar dari pertunangan mereka. Dialah yang membuat Aiden sangat marah.
Sebagai wanita dewasa, Natali harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Sekarang, ia harus menanggung apa yang telah ia perbuat!
Sama seperti ia tidak peduli pada Anya, ia juga tidak peduli pada Natali. Sebelumnya, Natali masih berguna baginya karena putrinya bisa bertunangan dengan anggota keluarga Atmajaya. Pertunangan Natali dan Aiden bisa membawa keluarga Tedjasukmana menuju kemakmuran.
Namun, lihatlah bagaimana keadaan sekarang. Natali tidak hanya mengacaukan pertunangan yang bisa membawa Keluarga Tedjasukmana menjadi salah satu keluarga yang berpengaruh. Gadis itu juga membuat Aiden sangat marah sehingga Atmajaya Group tidak lagi ingin bekerja sama dengan perusahaannya.
Putrinya benar-benar bodoh.
Aiden hanya mengangkat alisnya sambil menatap dua orang di depannya. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia ingin melihat apa yang ingin dilakukan Deny dan Natali.
"Aiden, aku minta maaf..." Kata Natali pelan. Ia mencoba membuat suaranya terdengar menyedihkan agar Aiden luluh. Namun, matanya dipenuhi kebencian pada Anya. Ia tidak menyadari bahwa Aiden bisa melihat semua itu.
Selama ia bisa berpura-pura menjadi wanita lemah, tidak ada pria yang akan tega melakukan apa pun padanya. Ia percaya cara ini juga berhasil di hadapan Aiden. Namun, ia salah besar. Aiden tidak menghiraukannya, "Minta maaf untuk apa? Katakan apa kesalahanmu." tanyanya dengan suara dingin. Ia menatap lurus ke arah Natali, sama sekali tidak terpengaruh oleh suara memohon Natali yang bisa meluluhkan hati semua pria.
Anya yang menyaksikan semua itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sekarang, ia bisa melihat akting Natali dengan jelas. Dalam hati, ia mengutuk dirinya sendiri karena begitu bodoh dan mempercayai Natali sebelumnya. Mengapa ia begitu bodoh sehingga tidak bisa melihat betapa munafiknya wanita ini?
Tatapan Aiden membuat Natali merasa keringat dingin menetes di dahinya. Ia merasa bahwa jika ia menjawab salah kali ini, mungkin Aiden benar-benar akan membunuhnya.
Aiden adalah pria paling tampan dan terkaya di kota. Meskipun matanya buta, masih banyak wanita yang mengantre untuk menjadi kekasihnya. Natali benar-benar beruntung bisa bertunangan dengan pria seperti itu.
Namun, Natali bahkan tidak menghargai keberuntungannya dan mengkhianati Aiden.
Ia merasakan bulu kuduknya berdiri. Mulutnya membuka dan menutup lagi, tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pria di depannya.
Natali tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu. Mengapa semuanya tak berjalan sesuai rencana? Mengapa rencananya gagal total?
Ia berencana membuat Aiden tampak berselingkuh dengan Anya. Dengan begitu, sebagai korban perselingkuhan, ia terpaksa membatalkan pertunangan mereka. Itulah rencana awalnya, rencana yang telah ia susun dengan sempurna.
Siapa sangka rencana yang awalnya berjalan mulus itu tiba-tiba berantakan?
Ia tak menyangka Aiden akan mengumumkan di depan semua orang bahwa hubungannya dengan Natali hanyalah perjodohan atas nama keluarga, sementara Anya adalah wanita yang ia cintai.
Aiden jarang muncul di depan umum. Namun demi Anya, cinta sejatinya, ia secara terbuka mengumumkan pembatalan pertunangan dan mengakhiri kerja samanya dengan perusahaan Tedjasukmana. Semua itu hanya untuk Anya.
Bagaimana bisa semua orang tak melihat bagaimana pria itu membela wanita yang dicintainya? Bagaimana bisa semua orang tak membela seorang pria yang begitu mencintai seorang wanita sampai rela mengorbankan segalanya?
Lalu bagaimana dengan Natali?
Natali harus menanggung rasa sakit akibat kulitnya yang tersiram air panas. Ia harus berkonsultasi dengan beberapa dokter kulit dan ahli kecantikan agar bekas luka itu tak meninggalkan jejak di kulitnya yang sempurna.
Yang lebih buruk, ia menjadi bahan tertawaan. Semua orang diam-diam menertawakan dan menghinanya. Semua orang mengolok-oloknya karena hanya dijadikan alat perjodohan oleh orang tuanya. Tak hanya itu, Aiden bahkan tak mau menerimanya dan begitu saja meninggalkannya. Tak seorang pun membelanya…
Reputasinya hancur. Semua orang kini menganggapnya sebagai wanita jahat yang menjebak saudara perempuannya sendiri. Semua orang menganggapnya sebagai wanita yang telah dibuang oleh Aiden Atmajaya. Apakah masih ada pria yang mau mendekatinya setelah mengetahui semua ini? Tak berlebihan jika dikatakan tak ada pria yang mau menikahinya!
Melihat Natali terdiam, Deny merasa tak sabar. Tubuhnya terus berkelit seperti cacing di atas bara api dan tangannya terus berkeringat. Ia takut Aiden marah karena Natali tak mengatakan apa pun. Ia tak bisa diam saja! Akhirnya, ia memutuskan untuk angkat bicara.
"Aiden, Natali dan Anya bersaudara. Mereka kakak beradik. Natali tahu Anya menyukaimu, jadi ia tak ingin bersaing dengan saudara perempuannya. Sayangnya, ia memilih cara yang kekanak-kanakan."
Anya menatap ayahnya tak percaya. Omong kosong apa yang ayahnya katakan?! Sejak kapan ayahnya pandai mengarang cerita seperti ini?
Aiden mengalihkan pandangannya, lalu menatap Deny, "Apakah aku bertanya padamu?" Ia memotong ucapan Deny, membuat pria itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Deny merasakan tatapan tajam Aiden, membuat seluruh tubuhnya gemetar. Tangannya semakin berkeringat, ia mencoba menyeka keringat di bajunya. Ia tak berani bersuara sedikit pun. Akhirnya ia mengalihkan pandangannya pada Anya. Ia mencoba meminta bantuan Anya.
Melihat tatapan ayahnya yang tertuju padanya, Anya merasa marah dan tak berdaya. Di satu sisi, ia kesal karena ayahnya hanya mempertimbangkan keberadaannya di saat-saat seperti ini, hanya ketika ia membutuhkan bantuannya. Sejak pertama kali mereka memasuki rumah itu, apakah ayahnya pernah meliriknya? Sama sekali tidak.
Namun, ia masih memiliki kelembutan hati dan ingin membantu ayahnya.
Tetap saja, apa yang bisa ia lakukan? Tak ada yang bisa ia lakukan jika Natali tidak benar-benar tulus dan menyesali perbuatannya.
Ia hanya menggelengkan kepala, meminta ayahnya untuk diam dan tidak mencoba membela Natali. Semua ini demi kebaikan ayahnya sendiri. Semakin ayahnya membela Natali, Aiden akan semakin marah.
Natali telah berbuat salah, jadi ia harus mengakui kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus, dan berhenti berpura-pura dan membela diri seperti ini.
Namun, tampaknya itu sia-sia. Aiden terlihat marah dan malas mendengar alasan yang keluar dari mulut mereka. Semua orang di tempat ini tidak bodoh dan bisa melihat bahwa Natali tidak tulus meminta maaf. Sekalipun ia meminta maaf seribu kali, Aiden tak akan pernah puas dengan permintaan maafnya.
"Aku... aku..." Natali tergagap. Ia mendongak dan melihat Aiden yang menatapnya. Jantungnya berdebar kencang melihat tatapan itu.
Ia bingung, 'Bisakah Aiden melihat? Jika ia bisa melihat, mengapa ia biasanya berpura-pura buta… Tapi jika ia buta, mengapa tatapannya terasa begitu tajam sekarang? Matanya terlihat tajam dan benar-benar menakutkan!'
"Anya, tolong bantu kakakmu. Tolong bantu ayah menyelesaikan masalah ini. Apapun yang telah Natali lakukan, ia tetap kakakmu!" Deny mencoba memohon pada Anya.
Mendengar ayahnya terus membela Natali, Anya merasakan kecemburuan di hatinya. Natali telah berbuat salah, tetapi ayahnya terus membelanya seolah kesalahannya bukanlah masalah besar. Bagaimana dengan perasaannya sebagai korban? Apakah ayahnya tidak memikirkan perasaannya?
Akhirnya, Anya hanya menjawab dingin, "Jika dia telah berbuat salah dan menyakiti orang lain, bisakah semuanya diselesaikan hanya dengan meminta maaf? Terlebih jika Natali mengatakannya tanpa perasaan dan ketulusan. Dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali. Bagaimana mungkin dia bisa dimaafkan?"
Kata-kata itu begitu tajam, seakan mencoba menusuk Natali langsung dan mencoba membuatnya sadar. Tapi berbeda dari harapan Anya, jawabannya membuat ayahnya melotot padanya. Ayahnya membuka mulut dan berbicara tanpa bersuara. Ia meminta Anya untuk membaca bibirnya.
"Jangan bicara tentang hal-hal yang tidak penting. Cepat katakan padaku bagaimana membuat Aiden memaafkan Natali?" bisik ayahnya. Aiden tidak buta. Ia bisa melihat semua ini, tetapi ia berpura-pura tidak melihat dan tetap diam.
Setelah membaca bibir Deny, tubuh Anya menegang. Kekecewaan terpancar jelas di wajah Anya, membuat wajahnya terlihat pucat. Ayahnya bahkan tidak berusaha memahaminya. Apakah penjelasannya masih kurang?
Anya tak bisa menahan kekecewaan di hatinya, jadi ia berkata dengan nada sedikit tinggi, "Aku adalah korban terbesar dalam semua masalah ini. Mengapa kau masih membela Natali?"
Deny merasa marah karena Anya tak mau membantunya. Putrinya secara terang-terangan menolak permohonannya dan membentaknya di depan Aiden, membuatnya malu, "Anya! Kau…!"
Namun, sebelum Deny bisa membentak Anya, Aiden tiba-tiba angkat bicara, "Pak Deny, apakah Bapak sudah tahu bahwa Natali ingin membatalkan pertunangannya denganku?"
Deny tertegun mendengarnya dan segera menjelaskan, "Aiden, kau salah paham. Natali tidak berniat membatalkan pertunangannya denganmu. Ia belum lulus kuliah, jadi ia ingin menikah setelah menyelesaikan kuliahnya. Namun, ternyata Anya juga memiliki perasaan padamu. Kedua saudara perempuan ini saling menyayangi. Mereka tidak ingin bersaing satu sama lain dan menyebabkan kesalahpahaman ini." Deny menjelaskan dengan tergesa-gesa.
Anya benar-benar kecewa mendengar jawaban ayahnya. Ayahnya tampak seperti pendongeng ulung sekarang. Ia benar-benar tidak ingin mendengar omong kosong ini lagi.
Aiden mengangkat alisnya ketika mendengar jawaban Deny. Kemudian, ia bertanya pada Anya dengan nada mengejek seolah ingin menghina Deny, "Anya, apakah kau menyayangi adikmu Natali?"
Anya menatap Natali yang masih berlutut di tanah tanpa sedikit pun rasa kasihan dan menjawab dengan tenang, "Aku tidak punya adik perempuan."