NovelToon NovelToon
Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:559
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Pikirkan

Pagi hari Nabilla sudah siap dengan penampilannya untuk pergi ke Laundry, ada kabar katanya setrikaan disana mati satu sehingga Nabilla harus membelinya segera. Perhatian Nabilla tertarik oleh cincin dijari manisnya, semalaman Nabilla menatap cincin itu dan memikirkan semuanya.

"Nikah saja dulu, ya kan." Gumam Nabilla asal.

Nabilla langsung melesat meninggalkan rumahnya dengan motor kesayangannya, namun di tengah perjalanan Nabilla di hadang mobil yang sengaja menghalangi jalannya. Pemilik mobil itu keluar tampak seorang wanita cantik datang menghampiri Nabilla, sepertinya Nabilla pernah melihat wajah itu tapi dimana.

"Turun lo!"

Nabilla segera turun sesuai perintahnya, wanita itu menarik tangan Nabilla untuk melihat cincin yang dipakainya. Seketika itu Nabilla ingat jika wanita di depannya adalah wanita yang di tempat Daniel, wanita yang begitu saja datang dan memanggil Erik.

"Lepas!" Titah wanita itu.

Nabilla segera menarik tangannya sebelum cincin itu dilepaskan paksa, apa-apaan wanita itu berani sekali tingkahnya. Nabilla mundur saat ia akan kembali meraih tangannya, tidak bisa Nabilla sudah berjanji pada Farhan akan menjaga cincinnya.

"Belagu lu, lepas gue bilang."

"Siapa kamu, jangan berani mengatur ku seperti ini!"

"Gue gak nyangka Erik akan memilih wanita seperti lu ini."

"Kenapa memangnya?"

Nabilla mengernyit seraya meneliti penampilannya sendiri mengikuti mata wanita di depannya, apa yang salah Nabilla sudah memakai baju yang pantas. Rambutnya juga sudah diikat rapi, ya memang mukanya tanpa polesan apa pun tapi Nabilla sudah merasa cantik.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Nabilla yang mulai risih dengan tatapan itu.

"Berikan cincinnya ke gue!"

"Gak, kamu mau. Minta saja sama Papanya Erik, kamu harus tahu jika Papanya Erik sendiri yang memakaikan cincin ini!"

Kia menganga tak percaya, wanita di hadapannya pasti sedang berbual asal hanya untuk membuat Kia iri. Dengan cepat Kia meraih tangan Nabilla dan berusaha merebut cincinnya, namun sebisa mungkin Nabilla juga mempertahankannya.

"Sakit!" Pekik Nabilla.

"Lepas makanya."

Nabilla tak akan melepaskan cincinnya jika bukan Farhan yang memintanya, siapa juga wanita ini sampai berani merebut cincinnya. Kia begitu bekerja keras untuk mendapatkan cincinnya, namun tangan Nabilla terlalu kuat mengepal.

Ketika itu tampak mobil lain berhenti di samping motor Nabilla, pemiliknya ke luar dan langsung menepis tangan Kia. Kedua wanita itu menoleh bersamaan dan mendapati Erik yang menatap Kia kesal, apa ini kedatangan diwaktu yang tepat.

"Sss." Rintih Nabilla pelan seraya mengibaskan tangannya.

"Erik-"

"Diam, apa yang lo lakukan?"

"Gue mau ambil cincin itu, lo udah janji mau berikan cincin itu ke gue. Lalu apa sekarang?"

Kedua alis Nabilla terangkat kompak, apa maksud ucapannya kenapa bisa berkata seperti itu. Nabilla masih ingat sewaktu di tempat Daniel, dimana Erik menunjukan muka malasnya melihat wanita itu.

Nabilla berpaling, ia mulai menerka jika saja wanita itu adalah mantannya Erik, atau mungkin mereka masih pacaran. Ah tidak bisa, Nabilla akan marah pada semuanya jika sampai membohongi Nabilla, bahkan meski Farhan sekali pun.

"Pergi!"

"Gue gak akan pergi!"

"Terserah!" Pungkas Erik seraya menarik Nabilla memasuki mobilnya.

"Motor ku."

Erik tak perduli dan langsung melesat pergi meninggalkan Kia, tak perduli meski Nabilla begitu berisik meminta berhenti karena khawatir dengan motornya. Erik gak mau Nabilla berurusan dengan Kia, beruntung Erik datang tepat waktu sehingga wanita itu tak sampai menyakiti Nabilla.

"Erik, kamu dengar aku gak?"

"Aku dengar Nabilla." Sahut Erik seraya menghentikan laju mobilnya.

"Balikin aku ke sana, kamu mau motor aku hilang?"

"Gak akan hilang, kamu percaya sama aku."

Nabilla mendelik, tahu dari mana motor gak akan hilang memangnya Erik dukun bisa melihat tanpa mendekat. Nabilla menoleh dan mendapati Erik sedang menatapnya, apa kekesalannya tak ada artinya, lelaki itu hanya diam saja.

"Siapa wanita itu?"

"Kia, memangnya kalian belum kenalan?"

"Gak penting."

"Itu nanya, berarti penting dong."

Nabilla kembali mendelik lantas membuka ponselnya, lebih baik Nabilla pesan gojek aja untuk pergi sekarang. Bagaimana karyawannya disana kalau alat kerja tidak ada, kegiatan Nabilla tentu saja terlihat oleh Erik dan begitu saja Erik meraih tangan Nabilla lalu membatalkan pesanan gojeknya.

"Gak sopan ya!"

"Kamu juga gak sopan Billa, udah ada aku lalu kenapa pesan gojek?"

"Ya suka-suka aku dong."

"Mulai sekarang gak bisa suka-suka kamu, kita harus mulai saling mendekat."

Nabilla mengernyit dan menarik tangannya, sikap itu membuat Erik tersenyum. Sepertinya bukan hanya jutek tapi juga galak, baiklah itu seharusnya tidak jadi masalah.

Sesaat Nabilla mengatur nafasnya, tidak boleh terus emosi atau darahnya akan naik dan Nabilla akan stroke. Erik masih saja menatap Nabilla ketika ia kembali menoleh, ah itu membuatnya risih sekali.

"Kenapa kamu lakukan ini, kamu bahkan belum tahu bagaimana aku."

"Ya makanya ini aku sedang mencoba untuk tahu bagaimana kamu, jadi jangan menghindar."

"Ya tapi kenapa?"

"Ya karena aku serius, kamu kan yang bilang kalau wajah sama perkataan aku itu sulit di percaya. Sekarang aku langsung buktikan, kamu masih gak percaya?"

Tak ada jawaban, entah percaya atau tidak tapi jujur saja Nabilla tersentuh dengan semuanya, apa yang terjadi sangat diluar dugaan. Mereka bahkan hanya dua kali bertemu dan itu pun tidak banyak bicara, justru kekesalan yang terjadi di kedua pertemuan itu.

Perlahan Erik meraih tangan Nabilla, ia menatap cincin yang sudah dua tahun belakangan disimpannya. Sekarang Erik sudah memilih untuk pemilik cincin itu, harapannya hanya satu, semua akan bertahan sesuai harapan.

"Dia menginginkan cincin ini."

"Tapi cincin ini sudah menemukan pemiliknya."

"Aku tidak sebaik itu untuk dipercaya."

"Aku akan buat kamu sebaik itu untuk dipercaya."

Senyum Nabilla tipis namun terlihat, bahkan sejak tadi Nabilla berbicara sedikit keras pun Erik tetap menjawabnya dengan lembut. Benarkah Erik selembut itu atau mungkin ia hanya sedang berusaha baik agar Nabilla tersentuh, mengingat keributan dijalan waktu itu rasanya Erik terlalu brandalan.

"Apa pun yang kamu pikirkan tentang aku, aku izinkan. Tapi dari setiap pemikiran itu aku harap kamu bisa buktikan sendiri, jika pemikiran mu buruk maka kamu harus bisa buktikan keburukannya, dan begitu juga sebaliknya."

"Perkelahian waktu di jalan itu?"

"Itu bukan perkelahian, memangnya kamu lihat ada yang terluka?"

"Lalu apa?"

"Hari itu kita hanya sedang mengerjai Daniel, dia terlalu bahagia karena Tyas akan kembali. Daniel mengabaikan kita semua karena wanitanya yang bahkan belum datang, kita hanya bercandaan saja waktu itu."

Nabilla mengangkat kedua alisnya, benarkah seperti itu, lalu untuk apa Erik kabur jika itu hanya bercandaan saja. Nabilla memang tidak melihat ada yang terluka, tapi bukan berarti ucapan Erik juga sudah yang sebenarnya.

Sebaiknya Nabilla iyakan saja sekarang, suatu waktu semua pasti akan jelas bagi Nabilla tanpa harus banyak menerka lagi. Tapi perihal Kia tentu masih mengusik benak Nabilla, wanita itu begitu keras tadi menginginkan cincin yang dipakai Nabilla.

"Kia- Dia mantan kamu?"

"Bukan, Kia itu anak teman Mami aku. Satu tahun lalu mereka berniat menjodohkan kami, tapi aku tidak menerimanya karena aku tidak merasakan kalau Kia itu baik."

"Pilihan orang tua tidak akan salah."

"Tidak akan salah, tapi mungkin kurang tepat."

Nabilla kembali diam, lalu jika mereka bersama maka kemungkinan Kia akan terus mengganggu mereka. Bagaimana pun mereka dipertemukan oleh orang tuanya langsung, mungkin Kia kecewa dan rasanya tidak mungkin juga Kia menolak seorang Erik.

Erik tersenyum dan melepaskan tangan Nabilla setelah sempat mengusapnya, Kia bukan untuk dibahas untuk alasan apa pun. Erik sama sekali tidak tertarik menjadikan Kia topik pembicaraan mereka, bukankah sebaiknya mereka mengurus hubungan mereka sekarang.

"Kamu mau kemana pagi-pagi?"

"Mau beli setrika, setrika di Laundry ada yang rusak jadi satu dari mereka tidak bisa bekerja."

Erik mengangguk saja, Erik memang sudah tahu tentang usaha yang dimiliki Nabilla itu dari Tyas. Sejak dulu bahkan sebelum Tyas kembali, wanita itu sudah sering membahas tentang Nabilla hanya saja Erik tidak terlalu serius menanggapinya.

Jika tahu mereka akan bertemu sendirinya seperti kemarin, mungkin Erik akan lebih serius mendengarkan Tyas. Nabilla sesuai dengan semua perkataan Tyas, dia sederhana dan apa adanya, tidak juga berlagak baik hanya untuk disanjung orang.

"Aku antar kamu ya, mulai sekarang sebisa mungkin apa pun kesibukan kamu, keperluan kamu maka disitu harus ada aku. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama, kita harus mulai saling mendekat."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!