NovelToon NovelToon
Pernikahan Yang Ketiga

Pernikahan Yang Ketiga

Status: tamat
Genre:Duda / Janda / Cerai / Cinta Lansia / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Tamat
Popularitas:318.7k
Nilai: 5
Nama Author: CovieVy

Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.

Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.

Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Konsekuensi

Beberapa waktu kemudian, di kantor megah tertulis R.H. Group, Dirli, suami Amora baru saja sampai. Ia sedikit tergesa karena datang cukup terlambat dari batas waktu seharusnya.

Di saat belum sempat duduk, sebuah nada notifikasi masuk ke ponselnya. Pesan itu datang dari Wirya, asisten pribadi sekaligus sekretaris sang Direktur Utama.

Dari: Wirya Asisten Dirut

[ Saya tunggu di ruang meeting lantai 8. Sekarang! ]

Tak ada salam, tak ada penjelasan. Dirli menelan ludah. 'Kenapa perasaan gue gak enak,' batinnya.

Glek

Ia mencoba menarik dasi yang terasa sedikit mence .kik. Setelah beberapa kali menarik napas, Dirli segera naik dengan beban pikiran yang tiba-tiba datang. Biasanya, jika Pak Wirya yang bertindak, ada hal-hal yang tidak disukai sang Direktur Utama pada karyawan tertentu.

"Emang salah gue apa, ya? Atau mungkin gara-gara gue telat datang? Ck ..." decaknya menunggu elevator bergerak menuju lantai yang diperintahkan.

Saat masuk, ruang rapat tersebut, hanya tampak Pak Wirya. Tidak ada Dirut di sana. Tapi, memang, para bawahan yang tidak terlalu penting seperti dia, tak memiliki moment untuk bertemu langsung dengan sang pimpinan perusahaan.

Dirli merasa cukup tegang. Karena ia merasa akan ditegur karena keterlambatan masuk kantor hari ini.

"Selamat pagi, Pak." Dirli menjabat tangan Pak Wirya dengan senyum kikuk.

Pak Wirya menyambut tangan itu dengan muka datar. "Silakan duduk."

Nada Wirya terdengar dingin dan tanpa basa-basi.

Dirli semakin yakin ada yang salah, dan duduk di kursi yang tak terlalu jauh dari orang kepercayaan sang Dirut.

Wirya membuka sebuah map, lalu sedikit berdehem. Sudut matanya melirik pada pintu ruangan lain yang ada di sana. Di baliknya, ada Robin yang masih mengenakan jaket hijau, mengintip sekaligus menguping obrolan mereka.

"Coba ceritakan kepada saya, ada kejadian apa hari ini hingga membuat Anda sangat terlambat datang ke kantor?"

'Yak, perkiraan gue bener, kan?' batin Dirli lagi.

"Hmmm, saya tadi—?"

"Saya mendapat kabar kamu dan istrimu sering menghi *na pemilik warung kopi yang ada di dekat rumahmu."

Dirli sontak menegakkan badan, ia menjadi semakin bingung menggaruk pelipis kanannya. “Pemilik warung dekat rumah kami? Apa maksudnya Bu Ratna?"

Pak Wirya kembali berdehem, memberi kode pada seseorang yang masih mengintip di balik pintu. "Apa alasan yang membuat kamu dan istrimu terus mengusik Bu Ratna?"

Dirli merasa sedikit canggung. "Hmmm, bagaimana ya, Pak. Ada hubungan rumit antara istri saya dengam dia."

brak

"Bicara dengan sopan!" ucap Pak Wirya menggebrak meja membuat Dirli dan Robin yang sedang bersembunyi sama-sama tersentak kaget.

"Maksud saya Bu Ratna, Pak. Mereka itu berstatus ibu dan anak tiri. Ya, biasa lah, Pak. Macam sinetron ibu dan anak tiri yang tak pernah akur. Lagian, wanita tua itu—"

braaak

Wirya kembali menggebrak meja. "Kau tak bisa menghormati seorang ibu, ya? Bagaimana sikapmu kepada ibumu?" suara Pak Wirya terdengar begitu tajam.

Hal ini membuat Dirli menundukkan kepala.

"Jawab pertanyaan saya! Bagaimana sikapmu kepada ibumu? Pantas nggak, kalian berbuat seperti itu kepada Bu Ratna meski dalam ikatan ibu tiri?"

Dirli masih hening tertunduk.

"Cepat jawab!" desak Pak Wirya mulai kehilangan kesabaran.

"Ti-tidak, Pak," ucapnya gugup nyaris tak terdengar.

Pak Wirya menyandarkan punggung ke kursi, menatap Dirli tajam dari atas ke bawah. Sorot matanya penuh kekecewaan. "Kalau begitu, kenapa kamu membiarkan istrimu terus bersikap seperti itu? Kamu pikir status dan jabatan bisa membenarkan perilaku semena-mena?"

Dirli mengangkat kepala perlahan, wajahnya mulai memerah. "Saya ... saya sudah sering menasehati dia, Pak. Tapi memang Amora yang dasarnya keras kepala. Dia nggak mau mendengarkan saya. Tiap kali saya nasihati, pasti berujung pertengkaran."

“Apa kamu tahu, warung Bu Ratna tersebut merupakan CSR binaan perusahaan kita, R.H. Group?" Wirya menatapnya dengan tajam.

Dirli merasa semakin menciut. “Ma-maaf, Pak. Saya benar-benar tidak tahu. Bagaimana caranya agar semua berjalan dengan baik?"

Wirya melipat tangan. “Oleh karena itu, akan saya beri langkah untuk memperbaiki semua. Dengarkan dengan baik!”

"Baik, Pak," sahut Dirli mantap.

“Pertama, istri Anda harus menemui Bu Ratna dan menyampaikan permintaan maaf secara langsung. Tanpa drama. Tanpa alasan. Minta maaf saja.”

Dirli mengerutkan kening. “Pak, apa hubungan—”

“Kedua,” potong Wirya, “Anda akan mentraktir minimal dua puluh driver ojol untuk belanja di warung kopi Bu Ratna, mulai hari ini sampai lusa. Tanpa menyebut alasan apapun. Biarkan Bu Ratna yang mendapatkan untungnya, Anda bayar lewat kas pribadi Anda.”

Dirli terkesiap. “Loh, Pak? Kok bisa saya yang—"

Seketika Dirli bungkan melihat sorot mata Wirya yang datar. “Jika Anda menolak, Anda bisa memilih opsi ketiga, yakni gaji Anda turun sepuluh persen, jabatan diturunkan ke asisten pembantu bidang properti, dan semua potensi promosi Anda ditangguhkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.”

glek.

Dirli tercekat. Wajahnya berubah pucat, tetapi ia tak sanggup membantah.

Wirya bangkit dan membereskan map yang ada di hadapannya.

“Direktur Utama tidak menyukai orang-orang yang berwatak angkuh, apalagi terhadap seorang ibu yang berjuang sendiri. Beliau tidak mentoleransi siapa pun yang mempermalukan calon mitra sosial kami, apalagi dengan arogansi seperti itu.”

Sebelum keluar ruangan, ia menambahkan, “Hati-hati, Pak Dirli. Tidak semua warung kecil dihuni oleh orang kecil.” Lalu ia keluar ruangan meninggalkan Dirli yang terlihat cukup tertekan.

...

Beberapa saat kemudian, Dirli turun dari lantai itu, dan segera menuju kendaraannya. Ia menutup pintu mobilnya dengan kasar, duduk di dalam sambil menyalakan AC. Tangannya gemetar menahan emosi. Ia menekan kontak "Amora" di ponselnya dengan geram.

"Cepat diangkat ... Ayo, cepat...!"

Begitu tersambung, tanpa basa-basi ia langsung membentak.

“Apa-apaan kamu sih?! Kamu bikin masalah besar terhadapku, tahu nggak?!”

1
Sutrisno Sutrisno
lanjut
YuWie
bapake asmara.anake wedok hanza..kebalik namanya ya.. asmara cocoknya nama cewek..hanza nama cowok...tapi antik. best lah
YuWie
sopo neh.. jahat kok gak bar2 ya rat
YuWie
rak sadar2 ya..gedek rasanya
YuWie
Luar biasa
YuWie
lho lho..kok ditinggal wrkop nya pak..lagi ràme2nya lho itu
YuWie
pak robin..pak robin
YuWie
ntar mringis kau amora.. dihidupi selama 10th kok gak balas budi..mau jadi apa kau
YuWie
kaum mendang mending sekarang banyak yg di cafe terutama anak mudanya tuh..padahal duit jg baru dpt kiriman langsung zonk 🤣
YuWie
ikut sesek kerika anak tiri yg dirawat dg tulus malah jahat bgt
Nurlina_16
bang Robin sama bi ratna kapan ngadonnya Thor?
Nurlina_16
astagaaaa baru tau ada orang melamar cewek di warkop😀😀
Sandisalbiah
Alyn dan Hanza kah..
Sandisalbiah
antara monofos atau hamidun itu...
Sandisalbiah
ciri-ciri org berpikiran picik dan licik, dia tdk akan mau jatuh sendiri.. pasti akan menarik org di sampingnya buat sama-sama terperosok dan jatuh juga.. saat Nency tak. mampu memprovokasi Ratna melalui Bryan maka dia akan mengajak Robin utk jatuh bersama melalui kebohongan Robin selama ini pd Ratna..
Sandisalbiah
hah.. efek jujur nya cuma setengah² ya gini, jd kelabakan sendiri kan, Robin...
Sandisalbiah
hah.. memang yg namanya lalat dan belatung itu memiliki kesukaan yg sama, sama-sama suka hal hal yg busuk, itu makanya Nancy, Dirli dan Amira gampang banget buat sepakat utk melakukan hal buruk.. bodoh
Sandisalbiah
ujian justru buat Dirli sih ini.. krn Robin sendiri udah mentok dgn keputusannya tp Dirli kalau salah menentukan pilihan maka dia akan kehilangan semuanya...
Sandisalbiah
sayangnya Robin udah kebal dgn trik murahan si Nancy... gak mempan say...
Sandisalbiah
susah emang menghadapi manusia yg mempunyai kepercayaan diri melebihi tiang tower... udah tua, pernah berhianat tp merasa masih di cintai oleh Robin.. ini si Nency mabok apa amnesia ya.. PeDe banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!