Kalian semua adalah keluarga yang paling berarti dalam hidupku. Bersama kalian, aku merasa lengkap, aman dan dicintai. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan tapi satu hal yang pasti, aku akan selalu menyayangi kalian. Kalian adalah rumahku dan aku akan selalu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonlightaura09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Terakhir Mengguncang Segalanya
Setelah satu minggu berlalu, Alanz merasa sudah cukup dekat dengan tujuannya. Ia pun menjalankan rencana terakhirnya yang akan membuat semua orang menyesal. Alanz mengumpulkan ayahnya, Ayu dan Gerson di ruang keluarga. Ia memiliki sesuatu yang penting untuk diutarakan.
Alanz : ( Dengan nada serius ) Ayah, Ayu, Gerson, aku mengumpulkan kalian di sini karena aku ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
Jungkook, Ayu dan Gerson saling bertukar pandang, menunggu dengan rasa penasaran.
Alanz : ( Menarik napas dalam - dalam ) Aku ingin menikahi Erni.
Seketika, suasana di ruang keluarga menjadi hening. Jungkook, Ayu dan Gerson terkejut dengan ucapan Alanz.
Jungkook : ( Dengan nada marah ) Apa yang kamu katakan, Alanz? Kamu sudah gila? Erni itu adikmu! Kamu tidak bisa menikahinya!
Ayu : ( Dengan nada khawatir ) Alanz apa kamu baik - baik saja? Kamu tidak mungkin mencintai adikmu sendiri.
Gerson : ( Dengan nada tidak percaya ) Abang Alanz, ini tidak lucu. Jangan bercanda seperti ini.
Alanz tersenyum sinis, tidak peduli dengan reaksi orang - orang di sekitarnya.
Alanz : ( Dengan nada dingin ) Aku tidak bercanda. Aku serius ingin menikahi Erni. Aku mencintainya lebih dari apapun di dunia ini.
Jungkook : ( Dengan nada marah ) Tidak! Aku tidak akan pernah memberikan restu untuk pernikahan ini. Erni itu adikmu! Itu tidak mungkin!
Ayu : ( Dengan nada memohon ) Alanz, tolong jangan lakukan ini. Ini akan menghancurkan keluarga kita.
Alanz : ( Dengan nada mengejek ) Menghancurkan keluarga? Kalian yang akan menghancurkan keluarga ini! Kalian pikir aku tidak tahu apa yang kalian lakukan di belakangku? Ayah akan menikahi Ayu dan Gerson akan menikahi Luna, mantan kekasihku. Kalian semua egois! Kalian hanya memikirkan kebahagiaan kalian sendiri!
Jungkook : ( Dengan nada membela diri ) Itu berbeda, Alanz. Ayu ibu kandung Erni otomatis Erni anak kandung ayah. Dan Gerson mencintai Luna. Mereka berhak untuk bahagia.
Alanz : ( Dengan nada mengancam ) Kalau begitu, aku juga berhak untuk bahagia! Aku mencintai Erni dan aku ingin menikahinya. Kalau kalian tidak merestui pernikahanku dengan Erni, aku juga tidak akan merestui pernikahan kalian!
Jungkook, Ayu dan Gerson terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Alanz telah memberikan ultimatum yang sulit. Jika mereka tidak merestui pernikahan Alanz dengan Erni, maka Alanz juga tidak akan merestui pernikahan mereka.
Suasana di ruang keluarga menjadi tegang. Jungkook, Ayu dan Gerson harus membuat keputusan yang sulit. Apakah mereka akan mengorbankan kebahagiaan mereka demi Alanz dan Erni? Atau mereka akan tetap pada pendirian mereka dan menolak pernikahan yang tidak mungkin ini?
Saat Jungkook, Ayu dan Gerson sedang berdebat sengit tentang pernikahan Alanz dan Erni, tanpa mereka sadari, Erni berdiri di ambang pintu, mendengar semua percakapan mereka. Erni mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan.
Erni mendengar bahwa dirinya bukanlah anak kandung keluarga Jeon. Ia mendengar bahwa Alanz ingin menikahinya. Dan yang paling mengejutkan, ia mendengar bahwa Ayu adalah ibu kandungnya.
Dunia Erni terasa hancur berkeping - keping. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Semua yang ia ketahui tentang dirinya dan keluarganya selama ini ternyata adalah kebohongan.
Mereka semua terlalu fokus pada perdebatan mereka sehingga tidak menyadari kehadiran Erni di sana. Sampai akhirnya, seorang pembantu yang sedang berjalan membawa air minum tidak sengaja tersandung dan menjatuhkan gelas yang dibawanya. Air minum tumpah ke mana - mana, memecah keheningan dan menyadarkan semua orang.
Jungkook, Ayu, Alanz dan Gerson menoleh ke arah suara pecahan gelas. Mereka terkejut melihat Erni berdiri di ambang pintu dengan wajah pucat dan mata berkaca - kaca.
Jungkook : ( Dengan nada khawatir ) Erni! Kamu... kamu sudah mendengar semuanya?
Erni tidak menjawab. Ia hanya menatap mereka dengan tatapan kosong.
Ayu : ( Dengan nada memohon ) Erni, Nak... maafkan Ibu. Ibu tidak bermaksud menyembunyikan ini darimu.
Erni masih terdiam, tidak bisa mencerna semua informasi yang baru saja ia dapatkan.
Tiba - tiba, Erni berbalik dan berlari keluar rumah. Ia tidak ingin berada di sana lagi. Ia ingin menjauh dari semua kebohongan dan pengkhianatan ini.
Saat berlari, Erni tidak sengaja menginjak pecahan gelang yang berserakan di lantai. Kakinya terluka dan berdarah.
Alanz yang melihat Erni berlari keluar rumah segera mengejarnya.
Alanz : ( Dengan nada khawatir ) Dek! Tunggu! Jangan lari!
Alanz berhasil menyusul Erni dan meraih tangannya.
Alanz : ( Dengan nada memohon ) Dek, dengarkan abang. Abang bisa jelaskan semuanya.
Erni : ( Dengan nada marah dan sedih ) Jelaskan apa lagi, Abang Alanz? Semuanya sudah jelas! Aku bukan adikmu! Dan kamu ingin menikahiku! Kalian semua jahat! Kalian semua berbohong padaku!
Erni menarik tangannya dari genggaman Alanz dan terus berlari. Alanz tidak bisa mengejarnya lagi karena Erni sudah terlalu jauh.
Jungkook, Ayu dan Gerson hanya bisa terpaku melihat Erni berlari menjauh. Mereka merasa bersalah dan menyesal karena telah menyembunyikan kebenaran dari Erni.
Alanz yang melihat Erni berlari menjauh, segera berbalik dan masuk ke mobilnya. Ia melaju kencang, menyusuri jalanan kompleks, mencari keberadaan Erni. Tidak butuh waktu lama, ia melihat sosok Erni yang terhuyung - huyung di pinggir jalan, dengan langkah gontai dan air mata membasahi pipinya.
Alanz segera menghentikan mobilnya dan menghampiri Erni.
Alanz : ( Dengan nada panik ) Dek! Syukurlah Abang menemukanmu! Kamu nggak apa - apa?
Erni tidak menjawab. Ia hanya mencoba menghindar saat Alanz mendekat.
Alanz : ( Mencoba memeluk Erni ) Dek dengarkan Abang. Abang bisa jelaskan semuanya. Ada kesalahpahaman.
Erni : ( Berontak, mendorong Alanz menjauh ) Lepaskan aku! Jangan sentuh aku! Kalian semua pembohong! Aku benci kalian!
Erni terus meronta, mencoba melepaskan diri dari Alanz. Ia tidak ingin mendengar apa pun lagi. Pikirannya kacau, hatinya hancur.
Alanz : ( Memegang Erni erat ) Dek kumohon, tenanglah. Kita harus bicara. Abang akan menjelaskan semuanya padamu, tapi tidak di sini.
Melihat Erni yang terus berontak dan tidak mau mendengarkan, Alanz akhirnya mengambil keputusan drastis. Ia mengangkat tubuh Erni dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Erni : ( Berteriak, memukul - mukul dada Alanz ) Lepaskan aku! Aku nggak mau ikut! Aku benci kamu!
Alanz : ( Dengan suara tegas namun penuh kepedihan ) Maafkan Abang, dek. Tapi kamu harus ikut dengan Abang. Kamu tidak bisa sendirian dalam keadaan seperti ini.
Alanz melajukan mobilnya menuju apartemennya. Sepanjang perjalanan, Erni terus menangis dan meronta, namun Alanz tetap pada pendiriannya.
Sesampainya di apartemen, Alanz menggendong Erni yang masih memberontak masuk ke dalam. Erni terus menolak, memukul dan menendang, namun tenaganya tidak sebanding dengan Alanz. Akhirnya Erni menyerah, tubuhnya lemas, hanya bisa terisak.
Alanz mendudukkan Erni di sofa, lalu berlutut di hadapannya. Ia melihat luka di kaki Erni yang berdarah akibat pecahan gelang tadi.
Alanz : ( Dengan nada lembut, meraih kaki Erni ) Kakimu terluka. Biar Abang bersihkan.
Erni hanya bisa menangis, air mata tak henti mengalir di pipinya. Ia tidak menolak saat Alanz dengan hati - hati membersihkan lukanya menggunakan antiseptik dan membalutnya. Setiap sentuhan Alanz terasa aneh baginya, antara rasa sakit fisik dan batin yang tak tertahankan.
Alanz : ( Sambil membalut luka Erni ) Abang tahu kamu marah, kamu kecewa. Tapi kumohon, beri Abang kesempatan untuk menjelaskan. Semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan.
Erni hanya menggelengkan kepala, isakannya semakin keras. Ia tidak ingin mendengar penjelasan apa pun. Kebenaran yang baru saja ia ketahui terlalu menyakitkan untuk diterima.
Alanz menatap Erni dengan tatapan penuh penyesalan dan cinta yang rumit. Ia tahu, ia telah menyakiti Erni, namun ia juga percaya bahwa semua ini adalah demi kebaikan mereka berdua.
Setelah membersihkan luka di kaki Erni, Alanz kembali berlutut di hadapannya. Ia meraih kedua tangan Erni dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih.
Alanz : ( Dengan nada lembut ) Dek, Abang tahu kamu marah, kamu kecewa, kamu merasa dikhianati. Abang tahu semua ini sulit untuk kamu terima. Tapi kumohon, jangan pendam semuanya sendirian. Luapkan semuanya padaku. Marahi Abang, pukul Abang, benci Abang, asal jangan diam seperti ini. Abang tidak tahan melihatmu seperti ini.
Erni menatap Alanz dengan tatapan kosong. Air mata masih terus mengalir di pipinya. Ia tidak tahu harus berkata apa, harus berbuat apa.
Alanz : ( Mencoba membujuk ) Ayolah, Dek. Jangan tahan semuanya. Keluarkan semua yang kamu rasakan. Abang di sini untukmu. Abang akan mendengarkanmu, Abang akan menemanimu, apapun yang terjadi.
Mendengar perkataan Alanz, akhirnya Erni tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia mulai menangis histeris, air matanya semakin deras membasahi pipinya.
Erni : ( Dengan nada histeris ) Kenapa? Kenapa kalian semua berbohong padaku? Kenapa kalian menyembunyikan semua ini dariku? Apa salahku? Apa aku tidak pantas tahu yang sebenarnya?
Alanz tidak menjawab. Ia hanya menarik Erni ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Erni menangis sepuasnya, meluapkan semua emosi yang selama ini ia pendam.
Erni memukuli dada Alanz dengan sekuat tenaga. Ia melampiaskan semua amarah, kekecewaan, dan kesedihannya pada Alanz.
Erni : ( Sambil memukuli dada Alanz ) Aku benci kamu! Aku benci kalian semua! Kalian jahat! Kalian menghancurkan hidupku!
Alanz tidak membalas pukulan Erni. Ia hanya memeluknya erat, membiarkan Erni melampiaskan semua emosinya. Ia tahu, Erni membutuhkan ini. Ia membutuhkan seseorang untuk mendengarkannya, untuk menemaninya, untuk membiarkannya meluapkan semua yang ia rasakan.
Alanz : ( Dengan nada lembut, sambil memeluk Erni erat ) Abang tahu, dek. Abang tahu kamu sakit hati. Abang tahu kami semua salah. Maafkan kami. Maafkan Abang.
Erni terus menangis dan memukuli dada Alanz. Namun, perlahan - lahan, pukulannya mulai melemah. Tenaganya terkuras habis. Akhirnya, ia hanya bisa bersandar di dada Alanz, menangis dalam pelukannya.
Alanz terus memeluk Erni erat, mengusap - usap rambutnya dengan lembut. Ia tahu, perjalanan mereka masih panjang. Erni masih membutuhkan waktu untuk memproses semua ini, untuk menerima kenyataan, untuk memaafkan mereka semua. Namun, Alanz berjanji, ia akan selalu berada di sisi Erni, menemaninya melewati semua ini.
Perlahan, isakan Erni mereda. Tenaganya terkuras habis oleh luapan emosi yang begitu besar. Akhirnya, dalam pelukan hangat Alanz, Erni pun tertidur pulas, wajahnya masih menyisakan jejak air mata.
Alanz menatap wajah Erni yang damai dalam tidurnya. Hatinya perih melihat betapa hancurnya Erni. Dengan sangat hati - hati, ia mengangkat tubuh Erni dan memindahkannya ke tempat tidurnya sendiri. Ia menyelimuti Erni dengan lembut, memastikan ia merasa nyaman.
Alanz duduk di tepi tempat tidur, memandangi Erni. Ia mengusap lembut rambut Erni yang terurai.
Alanz : ( Berbisik pelan, nyaris tak terdengar) Maafkan Abang sayang. Maafkan semua kebohongan ini. Abang tahu kamu pasti sangat terluka.
Ia menunduk, mencium kening Erni dengan penuh kasih sayang.
Alanz : ( Berbisik lagi, penuh tekad ) Aku janji, sayang. Aku janji akan membahagiakanmu. Aku akan menebus semua kesalahan ini. Aku akan melindungimu dan membuatmu percaya lagi. Kamu tidak akan pernah sendirian.
Alanz terus duduk di sana, menjaga Erni yang terlelap. Malam itu, ia bertekad untuk memperbaiki segalanya, untuk membangun kembali kepercayaan Erni dan untuk membuktikan bahwa cintanya adalah nyata, terlepas dari semua kerumitan.