Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehujanan.
“Rani tenang ini aku Leon.” Ucap lelah sambil mengelus pelan pundak rani, merasakan tiba tiba pelukan rani terasa lemas. Leon semakin takut jika rani pingsan, tapi ketakutan Leon ternyata terbukti. Rani yang tadinya terisak seketika tampak tenang, dia tiba tiba saja pingsan di dalam pelukan hangat Leon.
“Pake pingsan segala nih cewek.” Batin Leon sambil menggendong tubuh ringkih rani, Leon menggendong tubuh rani ala bridal style. Dia membawa tubuh rani ke dalam sebuah teras depan toko yang terlihat sudah tidak berpenghuni, beruntung ada kanopi di depannya untuk tempat mereka berteduh di tengah derasnya hujan.
Leon segera meletakkan tubuh rani di sebuah bangku yang terlihat memanjang, dia meletakkan dengan perlahan agar rani tidak terbangun.
Leon memandangi wajah cantik rani, perlahan dia mengusap air mata rani yang masih tersisa di pipinya. “Cantik… sangat cantik…” batin Leon melihat jelas wajah cantik rani.
“Sayang kamu akan menjadi milik kakakku, dan aku sudah mempunyai kekasih.” Batin Leon masih menatap lekat wajah rani, dengan penuh kesadaran Leon tiba tiba mencium bibir rani. Bukan hanya mencium dia pun melumat bibir indah milik rani yang masih tertutup rapat, rasa manis dapat Leon rasakan saat melumat bibir gadis tersebut.
“Eungh…” terdengar lenguhan rani, menyadari jika rani akan terbangun dengan segera Leon berdiri di samping rani dan menatap pemandangan rumput hijau yang terdampar luas di depannya.
“Eungh… dimana aku…” lirih rani sambil membuka matanya, dia dapat melihat Leon yang tampak berdiri di depannya. Dia menatap sekitar, melihat dimana dia berada sekarang.
“Bang… dimana ini, kamu bawa aku kemana. Tadi sepertinya aku…” belum juga rani meneruskan ucapannya leon segera memiting ucapannya.
“Lo pingsan, dan gue yang sudah bawa lo kesini. Makanya jangan main jalan aja, coba kalau lo ketemu orang jahat. Bisa bisa lo habis di perkosa, mau lo kayak gitu.”
Rani mengelengkan kepalanya cepat, dia tidak ingin mengalami kejadian yang di ucapkan Leon tadi. Rasa penyesalan memang datang di akhir, jika di awal namanya pendaftaran. Itu yang di alami rani saat ini, rani segera duduk dan menarik lengan Leon untuk duduk di sampingnya.
“Duduk…” ucap rani merasa sangat berterima kasih dengan Leon, angkuh itulah yang Leon lakukan. Dia tidak ingin melihat rani melihat kelemahannya.
Segera Leon duduk di samping rani, Leon sengaja tidak meninggalkan jarak dia antara mereka. Suhu yang terasa dingin menjadikan Leon ingin dekat dengan rani, tanpa Leon sadari rani pun juga menginginkan hal yang sama.
“Terima kasih kamu sudah menolongku, dan maaf jika aku sudah berkata kasar sama kamu. Aku akan mengganti semua kerusakan mobil kamu, kamu jangan kawatir aku tidak akan lari dari tanggung jawab.”
Mendengar ucapan rani entah kenapa Leon merasa sangat bersalah, Leon merasa dirinya menjadi seorang pengecut. Dia yang berkata kasar dengan rani dan dengan lancang mencium bibir rani tanpa sepengetahuan rani.
“Sudahlah… kamu tidak perlu minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf sama kamu karena aku yang sudah berkata kasar sama kamu. Dan menjadikan kamu kesal dan sakit hati karena ucapan kamarku.”
Rani seakan merinding seluruh badan mendengar penyesalan yang Leon ucapkan, dia merasa yang di sampingnya saat ini bukanlah Leon. Rani memutar kapalnya ke samping melihat Leon yang masih menatap ke arah depan, dia tersenyum melihat Leon yang tatapan sangat tampan di tambah rambutnya yang setengah basah mungkin karena terkena tetesan hujan tadi saat membopong tubuhnya.
“Jika kamu semanis ini kenapa kamu terlihat sangat tampan.” Lirih rani yang samar samar dapat Leon dengar.
“Apa… kamu ngomong apa barusan.” Tanya Leon pura pura tidak mendengar.
“Oh tidak… menurutmu kapan hujan akan berhenti, rasanya tubuhku sangat kedinginan di sini.” Berulangkali rani mengusap lengannya, untuk menghilangkan rasa dingin di tubuhnya. Leon yang tidak tega melihatnya segera melepaskan hodie yang dia pakai, lalu dia serahkan ke depan rani.
“Pake ini, agar kamu tidak kedinginan.” Rani melihat hodie yang baru saja di lepas Leon dari badannya, bau wangi tubuh Leon dapat rani cium. Memastikan apa yang di lakukan Leon tulus, dengan berani rani menatap dua netra Leon. Memastikan jika ini bukan prank, melihat ketulusan Leon dengan segera rani menggambil hodie tersebut dan segera memakainya.
Hangat… itulah yang rani rasakan, rasanya dia seperti sedang di peluk oleh Leon. Parfum Leon tercium di indra penciuman rani, berulang kali rani mencium hodie milik Leon. Dan leonpun dapat melihat tingkah konyol rani, dengan iseng Leon mendekati rani.
“Kenapa harus cium cium hodienya, mending langung cium orangnya saja. Toh orangnya ada di depan mata.” Bisik Leon yang membuat rani sontak terkejut, wajah merah bak tomat dapat Leon lihat.
“Ish… apaan sih, nggak usah ngarep ya. Gini gini aku masih segelan bibirnya, belum pernah di cium sama cowok lain. Dan bibirku ini khusus buat suami aku, orang yang paling istimewa di hari aku.”
Leon terperanjat mendengar jika rani belum pernah berciuman dengan seorang laki laki, “jadi tadi adalah first kiss milik rani, omg apa yang aku lakukan. Jika dia tahu first kiss nya telah aku ambil bisa berubah jadi singa nih cewek” batin Leon sambil menangkupkan tangannya di depan wajahnya.
“Kenapa kamu…?” Tanya rani penasaran.
“Eh… enggak, ini hujannya kapan berhenti ya. Kelihatannya semakin deras aja, bentar coba aku cek jam berapa sekarang.”
Saat handphone milik Leon dia keluarkan dari saku celananya seketika Leon memelototkan matanya, dia menepuk jidatnya seketika.
“Gue lupa, handphone milik gue loe bat tadi. Jadi mati kayak gini, gimana ini…”
Helaan nafas terdengar berat dari mulut rani, dia merasa sangat kecewa dan putus asa.
“Terus gimana kita pulang pak Leon…”
“Kita tunggu hujannya reda, setelah itu kita kembali ke bengkel.”
Senyum rani terukir indah di wajahnya, Leon dapat melihat itu dengan sangat jelas. Perasaan lega melihat rani tersenyum, mejadikan leonpun ikut tersenyum.