Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Tidak Jelek Juga
Aika menangis kembali di kamarnya setelah pertemuan tidak sengaja tadi dengan Yoda di kantin kesatuan Zeni. Ingin melupakan, tapi kenapa takdir belum berpihak kepadanya untuk bisa melupakan pria tega itu.
Aika merasa takdir yang menimpanya tidak adil, kalau hubungannya harus berakhir dengan Yoda, kenapa dirinya masih harus bertemu?
"Semua tidak adil, laki-laki sialan itu, kenapa aku harus bertemu lagi?" geramnya sembari melempar bantal di atas kasur satu per satu.
Keadaan Aika yang ngamuk di dalam kamar, diketahui Aiko. Aiko ikut sedih, dia ingin merangkul sang adik, tapi Aika saja seakan tidak mau terbuka. Apalagi sedang ngamuk seperti ini, akan susah bila Aika didekati.
"Aika, mbak bukan tidak percaya kalau kamu tidak diapa-apain oleh mantan kekasihmu itu. Tapi, kalau memang kamu tidak diapa-apain sama pria itu, kamu berani tidak jika ditantang tes urin? Iya, aku akan tantang Aika tes urin saja. Kalau dia masih menolak, jangan-jangan ...." Aiko akhirnya menemukan ide untuk menantang Aika tes urin.
Sayangnya untuk membeli tes urin harus besok setelah ia pulang dari bekerja. "Besok saja aku beli ke apotek. Hari ini malas keluar, lelah."
Besoknya, seperti biasa, Aika kembali bekerja. Matanya yang terlihat bengkak ia tutupi dengan topi. Aika segera menuju dapur, merebus jahe dan kunyit yang beberapa hari ini sudah rutin dia minum. Tidak lupa madu juga sudah dia konsumsi sejak dua hari lalu. Karena menurut beberapa orang yang pernah mengalami asam lambung, mereka sembuh hanya dengan rutin minum air godogan jahe dan kunyit ditambah madu.
Bu Andini, Pak Andi dan Aiko sudah berada di meja makan, mereka tidak berkata apa-apa atau menyinggung masalah pengakuan Aika lagi. Sepertinya mereka sudah lelah membahas itu.
"Aika pergi dulu, assalamualaikum." Aika berpamitan, meraih tangan ibu dan bapaknya lalu pergi.
"Waalaikumsalam." Mereka bertiga kompak menjawab sembari menatap kepergian Aika.
***
Aika sudah tiba di depan meja kerjanya, hari ini sedikit santai karena hanya bekerja sampai jam 12 siang saja. Tamu Taman Puri Bunga tidak ramai Sabtu ini, sehingga tugas Aika hari ini hanya pergi ke taman mengecek pupuk dan bunga apa yang kira-kira sudah harus dipisahkan dari indukan.
"Cling"
Tiba-tiba Hp Aika berbunyi, ia sedikit terkejut, tapi tak ayal bunyi WA itu ia lihat juga.
"Dik, ini abang. Kalau kamu tidak keberatan hari ini abang mau ajak kamu ketemu di kafe dekat-dekat sini. Ada yang mau abang omongi. Hitung-hitung kamu balas budi karena telah ditolong abang saat mau bunuh diri. Gimana?"
Pesan itu sudah dibaca Aika, sejenak Aika mendengus kesal. Ia seolah sedang diintervensi oleh kebaikan yang pernah pria itu berikan.
"Mau apa, Bang? Aku rasa tidak ada yang harus kita bicarakan." Aika membalas dengan nada ketus.
"Ya minimal tahu dirilah, balas budi. Traktir abang minum kek atau makan. Karena kalau kamu sampai lompat di pagar jembatan itu, nama keluargamu akan tercoreng dan kematianmu akan menggegerkan dunia," balas Lahat tidak kira-kira membuat Aika meradang.
"Amit-amit, dasar pria jelek. Pake ngancam segala. Huhhh, pasti pria jorok itu jelek. Mobilnya saja rombeng, kotor, dalamnya ada tabung gas melon tabrakan ke sana kemari, terus mur dan baut saling terlepas. Jorokkkk amit-amitttt." Aika ngedumel di tengah-tengah kebun bunga.
"Gimana, mau tidak? Pulang kerja jam berapa? Kita bertemu di kafe Hordeng." Pesan Lahat masuk lagi.
"Maksa banget cowok jelek ini," dumel Aika. Tapi terpaksa ia membalas dengan hati dongkol.
"Baiklah. Kafe Taplak jam 12.30." Aika membalas dengan mengganti tempat janjian, yakni di kafe Taplak, sebab jika di kafe Hordeng, maka kejadian beberapa hari yang lalu masih hangat dalam ingatannya.
"Dasar pria sangar pemaksa. Pantesan dia masih belum nikah. Ihh amit-amit dapat pria sangar dan pemaksa kayak dia." Aika menggedikan pundaknya karena merasa meriang membayangkan Lahat yang sangar dan jelek itu.
Akhirnya tiba saatnya pulang. Meskipun Aika malas dengan janjinya dengan Lahat, terpaksa ia pergi juga. Pulang ke rumah cepat juga, percuma kalau semua orang rumah masih menganggapnya tidak jujur perihal kondisinya saat ini.
Sementara itu, Lahat sudah lebih dulu di kafe Taplak, dengan sabar Lahat menunggu Aika si gadis yang dianggapnya nekad itu.
Lahat membuka kembali obrolannya dengan Aika tadi. Lahat tersenyum sendiri mengingat pesan WA nya yang bernada pamrih. Padahal sedikitpun, dia tidak meminta balasan atas pertolongan yang dia berikan pada Aika tempo hari. Pesan WA itu, hanyalah untuk memancing supaya Aika datang menemuinya.
Lahat ingin memenuhi permintaan orang tua Aika yang meminta bantuan untuk terakhir kali, agar Aika mau buka mulut perihal kondisi dirinya yang diduga hamil.
"Akhirnya datang juga," gumam Lahat. Lahat buru-buru meraih Hp nya, dia segera merekam keberadaan Aika di parkiran. Padahal jarak parkiran dengan ruangan kafe itu terbilang jauh. Namun dengan Hp nya, jarak Aika yang samar, bisa terasa dekat, jarak rekam Hp itu diperbesar. Dengan jelas Lahat bisa melihat wajah Aika yang cukup menarik. Lahat juga bisa melihat ekspresi wajah Aika yang muram. Setelah Aika mendekat, Lahat pura-pura belum sadar kalau gadis itu sudah datang.
"Cantik juga sih. Tapi, kalau dia benar-benar sudah dinodai oleh kekasihnya dan malu mengakui, sayang banget. Kekasihnya dobel untung, dobel brengsek," gumamnya.
Aika kini sudah menapaki teras kafe Taplak, dia sedikit ragu untuk masuk, soalnya dia tidak tahu Lahat datang dengan menggunakan pakaian apa. Sebab waktu itu, Lahat tidak membuka maskernya, bahkan saat di rumah pas mengantar dirinya pulang, maskernya tidak dibuka. Jadi, Aika belum melihat jelas wajah Lahat. Dia menduga kalau Lahat hanyalah pria sangar yang jauh dari tampan.
Aika sudah berada di dalam kafe, matanya bergulir ke semua meja yang sudah dihuni, rata-rata dengan pasangan atau keluarganya. Tapi, ada satu meja yang dihuni seorang pria. Wajahnya belum jelas, karena jaraknya masih beberapa meter darinya, maklum saja kafe Taplak merupakan kafe yang lumayan luas dan viewnya enak.
"Sepertinya pria sangar itu belum datang," duganya. Namun, sebuah lambaian tangan dari pria yang duduk sendiri di satu meja paling kiri mengarah padanya, juga menunjuk ke arah dirinya. Memberi kode kalau dirinya adalah pria yang janjian dengan dirinya.
Semakin diperjelas ketika pria itu mengacungkan Hp nya lalu menghubungi Aika. Setelah yakin, dengan jantung yang tiba-tiba berdebar, Aika memaksa kakinya menghampiri Lahat. Semakin dekat debaran jantung itu berubah seperti mau copot, ternyata Lahat jauh dari gambarannya.
"Bang La~Lahat?" gagapnya tidak percaya.
"Iya, aku Lahat. Duduk, jangan gagap begitu, nanti nyebut abang salah pula, Lahat jadi Lalat," koreksinya membuat Aika malu dan gugup. Aika duduk, dengan perasaan dag dig dug.
"Ternyata tidak jelek-jelek banget dari dugaanku. Lumayan manis mirip siapa, ya? Dia juga tidak terlihat buluk dibanding pertama kali bertemu. Sepertinya pria sangar ini, mandi tujuh kali demi bertemu aku. Sengaja mempertampan diri. Aihhh, tampan gitu? Nggak juga." Aika bicara di dalam hatinya menilai Lahat yang sudah di depan matanya.
"Kenapa, kamu terkejut dengan penampakan abang? Tidak sesuai ekspektasi kamu dibanding pria yang menyakiti kamu?" singgung Lahat, membuat Aika terkejut.
"Ti~tidak. Aku hanya bingung, kenapa Abang mau ketemu aku, dan apa yang mau Abang bicarakan?"
"Kita makan saja dulu."
"Tidak." Aika menolak.
"Lalu?"
"Abang katakan saja apa mau Abang?" desak Aika tidak sabar.
"Baik. Abang hanya ingin kamu jujur, agar Abang bisa bantu kamu untuk menyusul pria yang menghamili kamu. Abang kasihan sama kamu dan orang tua kamu, Dik," ungkap Lahat.
Aika bangkit dengan wajah yang geram. "Apa peduli Abang dengan terus-terusan ikut campur masalah aku? Mau aku hamil atau tidak, bukan urusan Abang," tegas Aika sembari hendak keluar dari kursi.
"Aku peduli, karena aku prihatin melihat kondisi kamu, Dik," balas Lahat. Aika menatap Lahat tajam dengan wajah yang sedih, lalu dia pergi meninggalkan Lahat begitu saja.
"Aika, tunggu!" Aika tidak menggubris.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄