NovelToon NovelToon
My Sugar Baby

My Sugar Baby

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Tante
Popularitas:279
Nilai: 5
Nama Author: Angie de Suaza

"Angelica, seorang wanita tegar berusia 40 tahun, berani dalam menghadapi kesulitan. Namun, ketika dia secara bertahap kehilangan motivasinya untuk berjuang, pertemuan tak terduga dengan seorang pria tampan mengubah nasibnya sepenuhnya.
Axel yang berusia 25 tahun masih muda tetapi sombong dan berkuasa, cintanya yang penuh gairah dan kebaikannya menghidupkan kembali Angelica.
Bisakah dia menyembuhkan bekas lukanya dan percaya pada cinta lagi?
Kisah dua sejoli yang bersemangat dan berjuang ini akan membuktikan bahwa usia tidak pernah menjadi penghalang dalam mengejar kebahagiaan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angie de Suaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18

Sebenarnya, rencana dua bulan itu hanyalah khayalan Maria dan Nohelis. Patricia sama sekali tak pernah mengutarakan pendapat soal tanggal, karena justru dia yang paling tidak ingin menikah. Baginya, pernikahan adalah penjara.

"Apa? Dua bulan?" tanya Axel sambil menatap Patricia, yang langsung menundukkan wajah. Dari sana, Axel paham—Patricia sama sekali tidak pernah bicara tentang tanggal.

"Ya, Nak. Itu waktu yang cukup untuk mengatur semuanya," ucap Maria dengan yakin.

"Baiklah, bagaimana kalau tanggal 24 Agustus?" sahut Axel asal-asalan, hanya untuk menghentikan pembicaraan. Ia tak menyangka bahwa tanggal itu justru menancap di benaknya—tanggal ulang tahun Angélica yang ia baca di CV-nya.

"Itu hari Minggu," kata Nohelis cepat, setelah memeriksa kalender di ponselnya.

"Aku mau tanggal itu, titik. Kalau tidak, aku pergi sekarang. Aku masih punya banyak pekerjaan di Emporium Darko Castillo. Besok pagi-pagi aku harus terbang ke Milan." Axel berdiri dari kursinya dan tanpa pamit, langsung meninggalkan ruang makan.

Semua orang terkejut atas sikap Axel. Maria pun buru-buru memberikan pembelaan.

"Kita harus memakluminya. Dia sedang stres menjelang Pekan Mode Milan. Ini adalah pekan pertamanya sebagai CEO utama Darko Castillo. Wajar kalau dia ingin semuanya sempurna." Alasan itu diterima semua orang, dan mereka pun pindah ke ruang tamu untuk menikmati kopi.

Sesampainya di emporium, Axel langsung menuju ruang produksi untuk memeriksa detail jahitan dari gaun terakhir dalam koleksi. Marisolio sudah sibuk sejak pagi, jungkir balik menghadapi para model dan menyempurnakan potongan terakhir yang harus rampung akhir pekan ini.

"Jangan gerak, bodoh! Nanti kesenggol jarum, terus bilang itu kecelakaan kerja. Kaki aja gemetar kayak kena beri-beri!" bentak Marisolio ke Mariela, salah satu model pilihannya sendiri.

Selesai dengan gaun “Fajar Penuh Hasrat”, ia lanjut ke model berikutnya dengan gaun “Siang Nostalgia”.

"Aduh! Kak, nyucuk!" teriak Milcaris, model berikutnya. "Tolong hati-hati, dong!"

"Kau nyuruh aku hati-hati? Aku?! Yang bodoh itu kamu! Siapa suruh narik perut waktu aku mau pasang jarum? Nanti isinya ususmu berhamburan!" Marisolio semakin galak.

Akhirnya ia beralih ke model dengan desain “Senja Penuh Penyerahan”. Kali ini, Ana yang bertugas memakainya—sayangnya ukuran dadanya membuat Marisolio kewalahan memasukkan ke dalam korset.

"Aduh, ini terlalu ketat! Lepaskan sedikit, aku sesak!" rengek Ana.

Marisolio hampir meledak. Ia tergoda ingin menyodokkan jarum ke dada Ana yang penuh silikon itu.

"Aduh, Tuhan! Beri aku kesabaran, dan kekuatan di pantatku untuk menahan ini semua!" gumamnya. Di saat yang sama, ia melihat Axel muncul di ruangan dan langsung berlari ke arahnya.

"Axelito! Aku menyerah! Aku mau mundur! Para penyihir ini bikin rambutku rontok. Mereka pikir mereka malaikat Victoria’s Secret, padahal cuma ayam kampung Victoria's Secret!" gerutunya.

Axel menatap Marisolio dan kata “malaikat” itu langsung membawanya pada bayangan Angélica dalam gaun “Malam Penuh Hasrat”.

"Marisolio, jangan lupa, kamu sendiri yang pilih mereka. Jadi, tahan saja!" balas Axel datar.

Marisolio mulai menangis lebay.

"Uwaaaa! Aku nggak tahan! Aku benci semuanya! Menyebalkan!" Axel memijat pelipis, sudah terlalu stres untuk menghadapi drama Marisolio.

"Cukup, Andreino Marisolio! Aku butuh kamu tetap fokus. Malam ini semuanya harus selesai." Axel menegur tegas dan Marisolio pun langsung diam. Ia tahu Axel benar—semuanya harus rampung malam ini.

"Siapa yang akan pakai 'Malam Penuh Hasrat'?" tanya Axel.

"Jerlys," jawab Marisolio, yang kini lebih tenang.

"Kalau begitu, yang terakhir biar Lety yang pakai," ucap Axel, lalu kembali ke ruang jahit untuk memeriksa gaun terakhir.

Namun pikirannya masih buntu. Gaun yang aneh menurut Marisolio itu belum punya nama. Waktu terus berjalan, dan inspirasi tak kunjung datang.

Besok ia harus terbang ke Milan—hari yang bisa menjadi penentu nasib kariernya. "Apakah namaku akan menjadi besar? Atau karierku justru tersandung?" pikirnya, gelisah.

Besok segalanya akan berubah. Dan ia harus melangkah tanpa sumber inspirasinya. Besok adalah selamanya...

Tiba-tiba matanya membelalak. Ia berbalik dan berlari kembali ke arah Marisolio.

"Marisolio! Aku punya namanya!" seru Axel dengan semangat menggebu.

"Aduh, Axelito, kau kenapa? Sakit di mana? Harus panggil ambulans?" panik Marisolio.

Orang-orang di ruang produksi ikut terkejut, bersiap membantu.

"Bodoh, aku tidak sakit. Aku cuma dapat ide nama gaunnya!" sahut Axel, membuat semua orang akhirnya bernapas lega.

"Tenang semua, ini cuma simulasi. Jangan panik, tenang... tenang," kata Marisolio sambil melambai ke orang-orang. "Lalu, namanya apa?"

"‘*Esok adalah Selamanya.’ Bagaimana menurutmu?" Axel menyebutkan nama itu.

Marisolio mengerutkan dahi.

"Namanya manis banget, tapi gaunnya masih jelek," celetuknya, jujur.

Axel hanya tersenyum. Ia tahu gaun itu akan menjadi yang terindah—setelah mahakaryanya: “Time of Desire.”

Semua tim lanjut menyelesaikan tugas masing-masing. Marisolio memakaikan gaun itu ke Jerlys—gadis ini jauh lebih kooperatif, seperti taman bunga musim semi, penurut pada gaya dan selera Marisolio.

"Hmm... entahlah. Gaun ini terlalu cantik untuk kamu yang... ya, biasa-biasa saja. Tapi ya sudah, Axel yang pilih kamu, dan dia bosnya. Yang berkuasa tetap berkuasa meski salah. Eh, aku ngaco ya..." celotehnya, seperti kerikil kecil di sepatu orang buru-buru.

"Aku akan mencoba sebaik mungkin. Terima kasih atas kesempatannya," ujar Jerlys dengan sabar.

"Ya udah, jangan banyak gaya. Ayo, buka perlahan, jangan sampai ketusuk jarum. Yang berikutnya, maju!" panggil Marisolio ke Lety sambil berjalan mencari Axel, penasaran apakah si "makhluk aneh" itu sudah jadi.

Begitu sampai di ruang jahit, matanya langsung tertuju pada sebuah gaun dramatis—dan cantik luar biasa.

"Astaga!" Marisolio menutup mulutnya.

"Ini dia—'Esok adalah Selamanya' Bagaimana menurutmu?" Axel bertanya penuh harap.

"Indah banget! Dan aku yang tadinya nggak percaya sama makhluk ini!" sahut Marisolio.

Ia lalu membawa gaun itu ke Leticia.

"Nih, kurus beruntung. Aku sempat yakin gaun ini jelek dan cocoknya buat kamu. Tapi ternyata kamu dapat kehormatan buat pakai sesuatu yang luar biasa." komentar Marisolio, tetap dengan gaya nyinyir khasnya.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!