Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Suparman hanya tersenyum saat merasakan tangan Caroline semakin erat menggenggam tangannya, Suparman tidak menduga kalau Caroline justru lebih panik melihat bola yang terus menggelinding di atas papan putar.
" Kamu kenapa tegang begitu?" tanya Suparman sambil tersenyum manis kepada Carol.
" Hehehehehehehe, aku juga tidak tau, Man? Kamu yang pasang taruhan kenapa bisa aku ikut tegang." balas Caroline sambil terus menatap ke arah bola yang berputar.
Caroline tidak menyangka kalau perjudian di pasar malam justru lebih menegangkan daripada di dalam kasino, apalagi ditambah dengan sorak-sorai para pemasang yang semakin meningkatkan ketegangan.
Setelah beberapa saat menggelinding dengan cepat, bola berwarna putih itu mulai bergerak dengan lambat seiring dengan putaran papan yang semakin pelan.
Seperti sebelumnya, Suparman langsung menggunakan kekuatan dari kolor saktinya untuk membuat bola berwarna putih itu berhenti di gambar gunung merah.
" Yessss, kita dapat lagi Man!" teriak Sarmin dan Caroline dengan heboh.
Sarmin dan Caroline tidak menyangka kalau keberuntungan Suparman sangat besar, karna salam dua kali pasang tebakan Suparman selalu tepat.
" Satu setengah juta jadi lima belas juta, pasangan siapa ini?" teriak sang bandar dengan wajah masam.
Sang bandar tidak menyangka akan ada pasangan yang tembus dalam jumlah lumayan besar. Walaupun dia masih untung, tetapi dia tetap tidak rela ada yang menang dalam jumlah banyak.
" Pasangkan dikotak merah semuanya pak?" balas Suparman sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
Dengan wajah serius bandar itu langsung memasang uang Suparman di gambar kotak merah, wajah sang bandar kini terlihat lebih serius dan tidak banyak tersenyum lagi seperti sebelumnya.
" Ayoo.. pasang yang banyak jangat takut dan jangan ragu, kalian semua pasti dibayar, lihatlah pemuda ini saja pasangan Lima belas juta, ayo siapa yang mau pasang lagi." teriak sang bandar dengan wajah serius.
" Kamu pasang apa, Man?" tanya Kang Ali yang baru datang bersama Pak Bayu.
" Pasang kotak merah, Kang. Sudah dua kali tembus, mungkin kali ini juga bisa tembus lagi." jawab Suparman dengan santai.
" Wah, mantap pasanganmu itu! Kalau begitu, aku ikut pasang yang sama, Pak Bayu, ayo kita ikut pasangan Suparman, siapa tau Suparman masih memiliki keberuntungan." ajak Ali dengan penuh semangat kepada Pak Bayu, yang merupakan ketua RT di tempat Suparman tinggal.
Tanpa membuang waktu, Ali langsung memasang satu juta di tempat yang sama dengan Suparman, begitu pula Pak Bayu yang memasang lima ratus ribu.
" Man, aku juga mau pasang, tolong pasangkan satu juta ya?" bisik Caroline sambil mengulurkan uang senilai satu juta kepada Suparman.
" Baiklah, kalau dapat kamu harus memberikan bonus kepadaku." balas Suparman sambil mengambil uang dari tangan Caroline dan meletakannya bersama pasangan miliknya.
Sarmin hanya bisa melongo melihat kang Ali dan pak Bayu serta Caroline ikut memasang dengan jumlah yang cukup banyak.
Sarmin yang sudah tidak memiliki uang lagi untuk ikut memasang, hanya bisa mencari kantong plastik untuk menaruh uang, jika kali ini tebakan Suparman benar lagi.
Wajah sang bandar langsung serius melihat tumpukan uang tunai di gambar kotak berwarna merah, keringat dingin langsung menetes di dahinya, dia sebenarnya heran karna pemuda itu bisa menang dua kali berturut-turut.
Tidak ingin kalah lagi, sang bandar langsung memegang keris kecil yang dia taruh di bawah papan, sambil memegang keris kecil yang merupakan jimat andalannya ditangan kiri, tangan kanan sang bandar langsung melemparkan bola berwarna putih ke papan putar.
Sambil terus menatap bola yang sedang berputar, mulut sangat bandar tidak henti-hentinya berkomat Kamit membaca mantra pemberian sang dukun.
Suparman hanya bisa tersenyum mengejek melihat apa yang dilakukan oleh sang bandar, lalu dia mulai fokus untuk mengarahkan bola berwarna putih itu ke dalam gambar kotak berwarna merah, dia sangat yakin bahwa kolor sakti miliknya, akan dengan mudah mengalahkan jimat milik sang bandar.
" Yesssssdd...tembuss...!!" teriak Sarmin dengan heboh saat melihat bola berwarna putih itu sudah berhenti di gambar kotak merah.
" Tenang, tidak usah khawatir haya seratus tujuh puluh lima juta pasti saya bayar, apa mau dipasang semuanya lagi, anak muda." ucap sang bandar dengan wajah serius.
Dia tidak menyangka kalau jimat keberuntungan yang dia beli dengan harga mahal tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hingga membuat dirinya menderita kerugian besar.
" Bayar saja pak, kami mau minum terlebih dahulu. tidak baik bagi kesehatan jantung jika terus dag-dig-dug dengan cepat seperti ini dalam waktu yang lama." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.
Sang bandar dengan wajah masam langsung menghitung uang pembayaran untuk Parman, sedangkan Sarmin dengan cepat langsung memberikan Katong plastik kepada sang bandar untuk menaruh uang kemenangan mereka.
Setelah mendapatkan bayaran dari sang bandar, Suparman langsung mengajak rombongannya untuk menuju ke tempat parkir.
" Kenapa kamu berhenti, Man? Bukankah keberuntunganmu sedang bagus?" tanya Sarmin dengan wajah penasaran.
" Sudah cukup kita menang segitu, Min? Kalau diteruskan belum tentu kita bisa menang terus." balas Suparman dengan santai.
" Kamu benar, Man? Tidak bagus kalau berjudi terlalu bernafsu menang banyak., saya baru datang dapat lima juta saja sudah senang, untung saya mau di ajak kang Ali kemari, kalau tidak saya tidak mendapatkan rejeki nomplok." timpal pak Bayu sambil tersenyum lebar.
" Ya sudah, sekarang lebih baik kita ke warung Mona, kita bagi uang disana saja, tidak baik kalau membagi uang di keramaian seperti ini." usul kang Ali.
" Min, minta sepuluh juta untuk Caroline, dia tadi pasang satu juta." ucap Parman sambil mengulurkan tangannya ke Sarmin yang sedang memegang kantong plastik berisi uang mereka.
" Aku ikut kesana saja dulu, Man? Sudah lama aku tidak main kedesamu." timpal Carol dengan senyum manisnya.
Suparman hanya bisa mengangguk pelan, matanya menyiratkan persetujuan saat Caroline bergegas memimpinnya ke arah tempat parkir. Sedangkan Sarmin dan yang lainnya sudah terlebih dahulu meluncur ke warung Mona.
" Kamu yang nyetir, Man?" pinta Caroline sambil memberikan kunci mobil Pajero sport mewah miliknya kepada Suparman.
" Hehehe, kalau aku yang nyetir mobil kamu, kita bisa langsung ketemu raja neraka. Aku belum bisa nyetir mobil mewah, cuma mobil bak terbuka aja yang bisa," kata Parman sambil tersenyum.
" Ayolah, Man, nggak jauh beda kok sama mobil bak terbuka. Nanti aku bantu, sebentar juga bisa," bujuk Caroline dengan senyum manisnya.
Suparman hanya bisa menghela nafas panjang sebelum akhirnya naik ke balik kemudi. Dengan penuh kehati-hatian, dia mulai mengemudikan mobil Caroline secara perlahan.
Meski ia sudah terbiasa mengemudikan mobil sayuran milik juragan Jarwo, mobil Caroline jelas jauh berbeda. Namun, setelah beberapa saat, Suparman mulai terbiasa dengan kendaraan baru itu.
Tak butuh waktu lama bagi Suparman dan Caroline untuk sampai di warung Mona, begitu mereka tiba disana suasana warung sudah cukup ramai.
" Ramai banget Man?" ucap Caroline begitu mereka turun di warung.
" Iya seperti inilah keadaan didesa." balas Suparman santai sambil mengajak Caroline untuk duduk di bangku yang cukup jauh dari rombongan bapak-bapak yang sedang asik merumus nomor togel.
Begitu Suparman dan Caroline duduk, Sarmin dan kang Ali serta pak Bayu langsung menghampiri mereka, sambil membawa kantong plastik berisi uang hasil judi capjieki di pasar malam.
Setelah menerima kantong plastik berisi uang, Suparman langsung membaginya sesuai dengan kemenangan yang di dapatkan oleh kang Ali, pak Bayu dan Caroline.
" Min, ini uang kekalahanmu yang lima juta aku kembalikan, ini untuk bonus buat kamu, ini untuk kang Ali, ini untuk pak Bayu dan ini untukmu Carol. Min, panggil jarot suruh kesini. Sekalian pesankan aku kopi hitam sama es fanta buat Carol." ucap Parman sambil memberikan tambahan lima juta kepada mereka.
" Siap man. Terima kasih loh, sudah uang kekalahan di kembalikan, aku masih di kasih lima juta." ujar Sarmin sambil tersenyum lebar.
" Saya juga terima kasih, Man? Sudah numpang pasang dan dapat lima juta, kamu masih kasih bonus juga." timpal pak Bayu dengan senang.
" Jangan boros-boros Man, kalau bisa kami jadikan buat modal usaha, siapa tau temanmu tiba-tiba ngajak nikah." canda kang Ali sambil melirik ke arah Caroline.
" Kang Ali bisa saja, saya dan Caroline hanya teman kang?" balas Suparman dengan santai.
Setelah menerima uang dari Parman, Kang Ali dan Pak Bayu segera bergabung kembali dengan para bapak-bapak karena mereka tidak ingin mengganggu Suparman dan Caroline. Tak lama setelah mereka pergi, Sarmin datang lagi membawa segelas kopi hitam dan es Fanta, ditemani seorang pemuda bertubuh kekar mirip Suparman dengan banyak tato di tubuhnya.
" Ada apa, Man? Sarmin bilang kamu yang minta aku ke sini," tanya Jarot, pemuda yang datang bersama Sarmin.
" Beli minuman, Rot. Aku Pesan dua botol anggur merah, sisanya terserah kamu," ujar Suparman sambil menyerahkan dua juta rupiah kepada Jarot.
" Wah, mantap ini! Beres, Man? Lain kali kalau ke pasar malam, ajak-ajak aku juga ya? Biar aku bisa menang, jangan kalah terus hingga habis semua uang hasil kerjaku." Balas Jarot sambil menerima uang dari Suparman.
" Sarmin, ayo temani aku beli minuman. Biarkan Parman di sini sendirian, siapa tahu dia lagi PDKT setelah cerai dari istrinya yang sok cantik itu," lanjut Jarot sambil menarik tangan Sarmin yang hendak duduk.