Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Pertemuan beberapa minggu yang lalu, membuat kedua sahabat lama ini begitu bersemangat untuk menjodohkan putra dan putri mereka. Biasanya perjodohan kerap kali di lakukan oleh seorang Ibu namun lain hal nya dengan mereka. Justru Ayah mereka lah yang merencanakan perjodohan mereka berdua.
Dari awal, Azlan sudah berusaha menolak untuk di jodohkan. Bahkan dalam konsep hidupnya, tidak akan pernah ada yang namanya pernikahan. Berbagai alasan sudah Azlan lakukan namun semua sepertinya nihil.
"Di jodohkan? yang benar saja!" Azlan sangat kesal dengan sang Papa yang sangat memaksa dirinya untuk menikah. Padahal sudah dari awal ia katakan bahwa ia tidak akan menerima perjodohan itu namun sepulang dari kerja sang Papa tetap saja membicarakan hal itu.
"Ini sudah keputusan Papa dan teman Papa, kamu pasti langsung suka, anaknya cantik dan baik," ujar Rezel yang memang sudah mengetahui secantik apa putri temannya.
Azlan melotot, ia tidak suka mendengar pujian dari Papanya, mengingat sang Papa yang ingin menikah lagi kalau seandainya Azlan menolak perjodohan itu.
"Matanya di kondisikan Azlan," ujar Rezel tersenyum sumringah, ia pikir putranya cemburu karena calonnya di puji.
"Gak usah aneh-aneh deh Pa dan jangan pernah memuji wanita lain selain Mama!" Bentak sang Putra.
"Siapa yang aneh-aneh, calonmu memang cantik. Tapi cantikan Mama Vira, sedikit!"
Vira datang dari arah belakang dan menarik kuping suaminya. "Oh jadi Mama cantiknya sedikit?"
"Ampun Ma, Papa hanya bercanda!" ujar Rezel yang tidak ingin istrinya salah paham, sebenarnya ia takut sang istri salah paham mengingat dulunya Vira pernah stres setelah meninggalnya sang kakak waktu itu.
Azlan tersenyum melihat kemesraan orang tuanya, ia sangat berharap sang Mama selalu bahagia dan tersenyum seperti ini.
Azlan ingin sekali menghilangkan trauma di dalam dirinya. Azlan sangat berharap hidup normal seperti dahulu bahkan ia ingin sekali bermanja-manja dengan Mama yang sangat di sayangi. Namun sialnya, tubuhnya selalu bereaksi saat bersentuhan. Bahkan sedikit saja tubuhnya tersentuh dengan namanya perempuan membuat penyakitnya kambuh, rasa ketakutan itu lah yang membuat Azlan tidak berani mendekati sang Mama dan bisa jadi itu lah penyebab Azlan tidak pernah ingin menikah.
Azlan selalu pergi ke psikiater untuk mengobati traumanya di masa lalu. Haphephobia yang ada di dalam diri Azlan membuat Azlan takut bersentuhan. Phobia yang Azlan alami sudah berlangsung semenjak Azlan menginjak kelas satu SMP.
~
Dengan sedikit paksaan dan butuh drama yang panjang, baru lah seorang Azlan mau ikut bersama orang tuanya untuk pergi ke rumah calon istrinya.
Disinilah ia sekarang, berhadapan dengan calon istri yang berada tepat di hadapannya. Memang cantik calon istri yang bakal ia nikahi, bahkan jantungnya sudah berdebar-debar sedari tadi. Namun Azlan tidak berani menatap Ayesha terlalu lama.
"Ayesha, kenalkan ini anak temannya Ayah," ujar Ayahnya Ayesha.
Ayesha tersenyum dan mengulurkan tangannya namun Azlan tidak kunjung membalasnya. "Maaf, saya tidak bisa bersentuhan dengan yang bukan muhrim," ujar Azlan beralasan, tentu ia tidak ingin calon istrinya mengetahui trauma yang ia alami.
"Oh maaf," jawab Ayesha malu, ia mengusap wajahnya dengan sedikit canggung.
"Kenalkan saya Ayesha," ujar Ayesha dengan menyatukan kedua telapak tangannya. Namun Azlan hanya membalasnya dengan sebuah deheman, memang begitu keterlaluan si Azlan yang begitu kaku dan dingin berhadapan dengan seorang perempuan.
Untuk menghilangkan kecanggungan dari mereka berdua, Rezel langsung kepada topik pembahasan yang menjadi topik pertemuan dua keluarga tersebut.
"Bagaimana Azlan, kamu bersedia menikah dengan Ayesha?" tanya Rezel to the poin. Rezel berharap putranya mengiyakan ucapannya.
Azlan menelan salivanya dan mengangguk ragu. Dia menatap Ayesha sekilas lalu kembali menjauhkan pandangannya.
"Gimana Ayesha? Azlan sudah bersedia menikah denganmu, apakah kamu juga bersedia menikah dengan Azlan?" tanya Bahri dengan harap-harap cemas. Bahri takut Ayesha bakal menolak perjodohan itu, bisa malu Bahri kalau seandainya Ayesha menolaknya.
Cukup lama mereka menunggu jawaban dari Ayesha. Bahkan ada rasa di hati Azlan terhadap Ayesha, kalau seandainya Ayesha menolaknya. Pupus sudah keinginan Azlan untuk menikah.
"Ayesha ... kamu bersediakah menikah dengan Azlan?" tanya Bahri mengulang ucapannya.
"Ayah ...Ayesha tidak bisa menikah dengan Azlan," jawab Ayesha lirih.
Azlan langsung berdiri dari tempat duduknya dan berlalu pergi dari sana.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha