Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Saking sibuk dengan rasa kesalnya, tanpa sengaja Ana menabrak seseorang di ambang pintu.
***
"Uuppss maaf, non...kakak ipaaarr", Sam berteriak histeris setelah menabrak seorang wanita dan berhasil menangkapnya yang hampir terjatuh. Kini Sam sedang merangkul pinggang Ana agar tak terjatuh ke lantai. Sedangkan Ana masih belum bisa mengatasi keterkejutannya.
Jeritan Sam tak luput dari perhatian Ken dan Han. Melihat posisi mereka saat ini membuat Ken mengeratkan rahangnya. "Saamm!", jerit Ken tak kalah histerisnya. Ken melebarkan langkahnya untuk menggapai Ana. Dia menarik tangan Ana hingga masuk ke dalam pelukannya.
"Sudah bosan hidup kau rupanya!", tegur Ken yang sudah bersungut-sungut.
Sam menanggapinya dengan kekehan ringan. "Hey kak, kau seharusnya berterima kasih padaku. Jika tidak ada aku maka kakak ipar pasti akan jatuh ke lantai", Sam memberikan pembelaannya dengan nada santai. Dia berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan bersandar pada pintu, tak lupa Sam mengurai senyum tak bersalahnya.
Ana mendongakkan kepalanya menatap wajah Ken dan alisnya sudah membuat sebuah lekukan. "Kakak ipar?", tanyanya heran.
"Apa lagi coba! Kakak ipar apa! Siapa pria ini sebenarnya?!", gumam Ana dalam hati.
"Aku akan menjelaskannya nanti", ucap Ken lembut sambil membelai rambut Ana.
"Siapa dia?", tanya Ana lagi.
"Dia orang gila!", sahut Ken cepat sambil menatap tajam ke arah adiknya.
"Hey, siapa orang gila! Jika aku orang gila maka kau juga orang gila", ucap Sam tak mau kalah.
"Kau yang jelas-jelas gila!", sahut Ken lagi.
"Aku akan gila bersamamu!", ucap Sam sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Ken.
Keributan itu membuatnya tersadar bahwa sebelumnya dia sedang kesal karena Ken, Ana melepaskan tangan Ken yang berada di kepalanya dengan kasar.
"Diaaamm!!", Ana berteriak frustasi. Seketika Ken dan Sam mengehentikan perdebatan mereka. Tubuh mereka mematung seperti habis terkena serangan jantung. Mata mereka membelalak tak percaya ke arah Ana.
"Kau dan kau! Kalian berdua gila!", ucap Ana kesal menunjuk Ken dan Sam bergantian.
Han yang berada di tak jauh dari sana sudah tidak tahan untuk tertawa. Kemudian tawanya pecah hingga menghasilkan bulir air mata.
Ana mengarahkan pandangannya ke arah Han dengan tatapan tajam. Tatapannya siap mengoyak tubuh Han.
"Diam!", bentaknya. Dan pun diam, nyalinya langsung ciut. Aura yang dikeluarkan Ana tak kalah seramnya dengan Ken saat dia marah.
"Tenanglah sayang, sudah jangan marah lagi ya!", ucap Ken yang terlebih dulu mengumpulkan kesadarannya. Ken mengecup lembut pucuk kepala Ana dan membelainya.
"Diam! Apakah kau tahu aku sedang kesal!", ucapnya dengan nada sarkas. Ana melepaskan tangan Ken dari kepalanya. Dan sebelum melangkah, Ana menghentakkan kakinya ke lantai dengan keras. Ana meninggalkan mereka semua yang masih menatap tak percaya kepadanya.
"Tunggu aku di lobby sayang!", ucap Ken agak berteriak karena Ana sudah berjalan menjauh.
Ana mengangkat jempolnya ke udara meskipun mulutnya masih mengerucut di sana.
Setelah Ana menghilang dari pandangan mereka, tawa Sam pun pecah.
"Hebat ka, hebat. Kau memang hebat memilih calon kakak ipar untukku. Lihatlah dia, dia sudah seperti singa betina yang ganas. Sangat cocok untuk mendampingi raja singa yang kesepian", ucap Sam ditengah tawanya. Han terkekeh mendengar penuturan Sam.
"plakk", Ken mendaratkan pukulan pada kepala Sam. "Jadi kau pikir aku ini singa hah", ucapnya lagi sambil menahan kesal.
Sam akhirnya menghentikan tawanya. "Bukankah kita bertiga memang sudah terkenal seperti singa. Kita terkenal kejam bukan oleh lawan kita. Tapi hebatnya, kau yang sebagai raja singa malah kalah oleh seorang singa betina. Jadi kupikir kakak iparku memanglah hebat", tutur Sam dengan gamblangnya.
"plakk", satu pukulan lagi mendarat di kepala Sam. "Bukankah kalian bertiga juga tak bisa berkutik menghadapinya?! Jangan sebut dia singa, dia wanitaku", ucap Ken tajam.
"Baiklah, baiklah!", Sam pun mengalah. Memang dirinya tak akan pernah menang melawan kakaknya. Tapi dia begitu gembira bahwa calon kakak iparnya memang sosok yang keren menurutnya. Tapi ada yang mengusik pikirannya.
"Tadi sepertinya kakak ipar keluar dalam keadaan sangat kesal", ucap Sam mencoba menerka situasi sebelumnya.
"Entahlah!", Ken mengedikkan kedua bahunya dan memasang wajah datarnya.
"Tadi Nona Ana terlihat kesal karena Tuan Ken tidak mengingat tentang sebuah gantungan kunci", ucap Han tiba-tiba.
Sam mengernyit heran menatap kakaknya.
"Dulu ketika remaja, Ana membuat sebuah gantungan kunci dan itu sangat spesial baginya. Dia membuat dua buah, dan dia bertanya kepada siapa dia memberikan yang satunya padaku", tutur Ken menjawab ekspresi adiknya.
"Lalu".
"Aku tidak tahu", jawab Ken singkat.
"Gantungan kunci?!", ucap Sam yang pikirannya tengah menerawang ke atas langit-langit.
"Gantungan kunci berbentuk bulat dengan huruf K di tengahnya. Ana mendesainnya sendiri", lagi-lagi Ken menjawab Sam yang tak bertanya.
"Aahhh!", raut wajah Sam berbinar. "Aku tahu", serunya bersemangat.
"Kenapa kau bisa tahu?!", ucap Ken tak suka.
"Kau ini sudah terlalu tua atau apa kak. Dengan benda milikmu sendiri kau bisa lupa", tegur Sam dengan nada meledek.
"Apa maksudmu?".
"Tadi pagi aku menemukan benda seperti yang kau katakan di laci jam tangan di tempatmu. Ku pikir itu berharga, jadi aku buru-buru meletakkannya lagi karena takut kau marah", ucapan Sam membuat Ken berpikir.
"Paman", ucap Ken kemudian.
"Paman? Paman siapa? Ada apa dengan paman?" tanya Sam yang sudah sangat penasaran.
"5 tahun lalu Paman Danu pernah memberikanku hadiah. Paman mengatakan itu hadiah dari penggemar yang sangat mengagumiku. Hadiah itu berupa kotak beludru hitam dan ada sebuah gantungan kunci di dalamnya. Aku hanya melihatnya sekilas dan menyimpannya" tutur Ken.
"Dan itu kakak iparku yang membuatnya. Benda yang sama, hal sepele yang dibuat menjadi indah. Oh sungguh, kakak iparku memang luar biasa!", ucap Sam sambil tersenyum gembira.
"Berhenti memujinya!", ucap Ken tegas. Dia tak suka bilang ada laki-laki lain yang memuji wanitanya, meskipun itu adiknya sendiri.
"Jadi kakak iparku marah karena hal itu?! Ya tentu saja dia harus marah menghadapi singa tua sepertimu", ucap Sam yang tak hentinya menggoda kakaknya.
"Diam kau!", bentak Ken dengan tatapan tajamnya. " Gajimu dipotong 50%, tidak mendapat tunjangan lainnya dan mulai bulan depan kau bertugas di negara A", perintah Ken santai.
Raut wajah Sam langsung berubah muram. "Kau memang pandai sekali mengancam!", ucap Sam tak suka.
"Lebih baik kau urusi kakak iparku yang sedang marah itu, daripada kau mengancamku ini dan itu", ucap Sam bijak.
Ken mematung wajahnya, dia langsung melangkah pergi meninggalkan adiknya dan Han di sana.
"Lihatlah singa itu Han, dia sudah berubah!", ucap Sam pada Han sambil tersenyum damai.
"Ya Tuan sudah berubah, sekarang dia sudah lebih banyak bicara. Suasana di sekitar Tuan jadi lebih hidup setelah kehadiran Nona Ana. Aku harus benar-benar bersyukur dengan kehadirannya dalam hidup Tuan. Semoga mereka memang berjodoh", Han berkomentar dalam hati sambil tersenyum.
***
Ana baru saja keluar dari lift, dia menggunakan lift karyawan. Kepribadiannya yang low profile membuatnya terbiasa melakukan hal-hal tanpa perlakuan khusus.
"Ting", pintu lift di sebelahnya terbuka. Itu merupakan lift khusus Presdir dan jajarannya. Biasanya orang-orang dengan otoritas khusus atau tamu penting yang menggunakan lift tersebut.
Ana berpikir Ken yang kekuar dari sana. Tapi malah sebuah kaki jenjang yang mulus putih bersih melangkah keluar dari sana. Ana memaku tubuhnya saat tahu siapa orang kini berada di sebelahnya.