(Dilarang mencari adegan wik-wik di sini.😜)
"Sayang, kalau donat ketemu sedotan jadinya apa?" Jari telunjuk Lisa saling bertaut.
"Mana kutahu!"
Farhan si batu bernapas menjawab sekenanya. Bahunya mengedik, pura-pura tidak paham dengan peta kode sang istri.
***
Jangan terlalu banyak bermimpi. Begitulah Lisa mensugesti dirinya agar tidak terlalu berpegang pada prinsip halu.
Menjalani tugas sekretaris dan merangkap menjadi istri CEO tidak semudah yang ia bayangkan. Belum lagi Lisa harus mengurus dua ponakan kembar sang suami yang super istimewa. Sungguh, semua itu hanyalah gosip yang mengarah pada dusta belaka. Karena menjadi istri seorang CEO dikehidupan nyata tak seindah kisah komik ataupun novel.
(Jangan lupa pipis dulu sebelum baca, biar ngakak Anda aman terkendali.)
cover by : @Milda_designn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anarita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Ke Surga
***
Byur!
Lisa gelagepan saat wajahnya tersiram air. Buru-buru ia bangun dari mimpi indahnya, lalu mendapati Cilla sedang memegang gelas sambil melotot ke arahnya.
"Kakak, ngapa tidul sama Ayah?"
"Eh." Lisa termangu kaku. Untungnya semalam ia sempat memakai baju setelah melakukan trial wik-wik tiga menit itu. Farhan yang terkena sedikit air cipratan, Juga ikut bangun dan mendudukkan diri sambil mengucak mata. Di tatapnya Cilla yang sudah rapi dan wangi. Sorot mata polos itu tak bisa ditebak menggunakan Lisan.
"Ayah, kenapa mau bobo cama kakak Lisa?" pertanyaan untuk sang ayah juga ikut melayang dari bibir mungil Cilla. Ada aura cemburu yang dapat dilihat oleh kedua mahluk dewasa tersebut.
"Kenapa masuk kamar ayah sembarangan?" Farhan menatap Lisa yang basah kuyup karena di siram air satu gelas. Lantas mengelap wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa tidak enak. Namun lain halnya dengan pandangan si kecil Cilla yang mendadak murka. Penampakan itu dia anggap sebuah bukti bahwa ayahnya sudah berpaling pada Lisa. Melupakan Cilla untuk selamanya.
Farhan kembali terfokus pada anak kecil yang masih berdiri dengan mata polos.
"Siapa yang ngajarin Cilla jadi urakan seperti itu? Ayah tidak pernah mengajari Cilla tidak sopan, ya!" seru Farhan dengan nada membentak.
Mata gadis kecil yang ada di depannya merambang. Mulai terisak karena ayahnya dianggap tidak peduli lagi padanya.
"Ayah jahat! Ayah galak!" Cilla menjatuhkan gelas keramik itu. Lantas segera berlari kencang meninggalkan Lisa dan Farhan. Untung saja gelas itu tebal, jadi tidak sampai pecah apalagi melukai kaki Cilla.
"Maaf," lirih Lisa saat Cilla sudah berlalu pergi. "Semalam aku lupa mengunci pintu, dan aku juga lupa memasang alarm sampai bangun kesiangan. Aku yang salah."
Lisa menunduk takut. Tidak berani melirik Farhan sama sekali. Namun di luar dugaan, Farhan membela Lisa untuk pertama kalinya.
"Maaf untuk ketidaksopanan anakku. Mandilah, bajumu basah. Jangan sampai masuk angin."
Lisa mendongak, memberanikan diri menatap Farhan dengan sorot mata nanar. Tidak ada keanehan di wajah itu, Farhan nampak tulus saat mengatakannya.
"Anda tidak marah, Tuan?" Lisa menggelengkan kepala heran.
"Tidak! Mandilah sana." Farhan meraih piyama tidurnya di atas nakas. Lantas mengikat talinya sambil berjalan ke arah pintu.
"Aku ingin melihat keadaan Cilla dulu, jangan lupa turun untuk sarapan setelah mandi."
Lisa ternganga melihat kepergian Farhan. Sungguh fenomena langka yang patut diabadaikan. Jarang-jarang seorang Farhan semanis itu.
Pria itu kerasukan apa, sih? Kenapa jadi sok baik begitu?
***
Membuka kamar si kecil, Farhan menatap Cilla yang sedang berbicara dengan boneka beruang dan boneka panda. Menganggap boneka itu seperti orang tuanya sendiri sambil mencurahkan isi hatinya.
"Papa kapan pulang? Mama uga. Cilla tangen cama mama dan papa." Begitulah anak itu berceloteh. Farhan masih diam sambil memperhatikan tingkah gadis kecil itu dari celah pintu yang ia buka sedikit.
"Di sulga enak gak, Pa? Cilla mau ikut Papa and Mama aja. Cilla gak ada capa-capa di cini."
Seketika mata Farhan membola. Sebuah sembilu tajam tak kasat mata menikam bongkahan merah muda di dadanya. Farhan merasa gagal menjadi orang tua baru untuk gadis kecil itu. Buktinya, Cilla tetap ingin kembali pada orang tuanya walau Farhan sudah berusaha menyenangkan hati anak itu sebisa mungkin.
"Ayah udah gak cayang sama Cilla. Ayah udah puna kakak Lisa. Setiap hali ayah celalu baleng telus sama kakak Lisa. Cilla dilupain."
Gadis itu semakin terisak. Dipeluknya dua boneka besar kesayangan sang papa dulu. Boneka pemberian papa Reyno sesaat sebelum meninggal—dan diberi nama Tayo dan Erina. Dua boneka itu merupakan kenang-kenangan terbaik dari kedua orang tuanya.
"Mama," gadis kecil itu menoleh ke samping. Meraih boneka panda miring dan membernarkan duduknya kembali. "Kak Ello uga udah gak cayang Cilla lagi, dia lebih syuka kakak Lisa," isaknya sambil menangis.
"Ayah juga bohong. Katanya bica idupin ikan papa ci Dumbo, tapi ayah boongin Cilla, dumbonya gak ada ... pasti Dumbo syudah di bawa ke sulga sama papa Reyno. Cilla juga mau di bawa, Pa, Ma!"
Batin Farhan menjerit-jerit. Ia sungguh lupa perihal ikan itu karena sibuk mengurus pernikahan dan juga urusan kantor. Rasanya sakit sekali mendengar curhatan anak yatim piatu itu. Sampai tak terasa air mata Farhan tumbang begitu saja. Tangannya gemetar menahan sesak yang merundungi hatinya. Ah, betapa bodohnya ia karena tak memahami perasaan anak kecil.
Farhan tahu persis seperti apa mental anak kecil yang tidak memiliki orang tua. Cilla pasti takut bahwa Farhan akan meninggalkannya atau direbut orang lain. Pemikiran seperti itu wajar bagi anak kecil. Maka Farhan memberanikan diri mendekati gadis kecil itu.
"Cilla," panggil Farhan dengan suara yang dibuat sehalus mungkin.
Gadis itu tidak mau menoleh. Ngambek pada sang ayah karena membentaknya tadi. Persis seperti mendiang papanya jika sedang ngambek dulu, Cilla pura-pura tidak mendengar panggilan Farhan. Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Begitupun dengan watak sensitif dan cemburuan Cilla yang menurun dari papanya.
"Maafin ayah, ya!" Farhan meraih tubuh kecil itu. Mendekapnya erat sampai air mata Cilla menempel di baju piyama Farhan.
"Ayah jahat!" Cilla meronta-ronta.
"Iya, ayah jahat ... maafin ayah ya, karena sudah membentak Cilla. Ayah hanya tidak suka melihat Cilla bersikap kasar seperti itu. Katanya mau jadi tuan putri? Kok Cilla nakal?"
"Cilla uga ndak suka lihat ayah bobo sama kakak Lisa!"
Oh, sungguh Farhan tidak tahu harus berkata apa. Sepertinya keputusan menikah dengan Lisa adalah hal yang terlalu dibuat buru-buru. Demi sebuah hak adopsi asuh yang ingin segera ia dapatka, Farhan melupakan hal penting. Yaitu pendekatan Lisa pada si kembar.
"Kenapa tidak suka? Kakak Lisa baik sama Cilla."
"Baik?" Cilla sedikit mengerucutkan bibirnya. "Kata om William, kakak Lisa pernah bikin ayah kelacunan. Altinya kakak Lisa olang jahat. Cilla gak mau ayah diambil sama kakak Lisa," sergahnya dengan tegas.
"Kamu tahu dari mana kalau ayah pernah diracuni oleh kakak Lisa?"
"Kata om Willi."
Ah, sudah ditebak. Tidak mungkin Lisa yang menceritakan hal itu pada Cilla.
"Kapan ngomongnya?"
"Pas di lumah takit, cilla agi minyum jus tobeli sama kakak Lisa."
Heuh. Farhan mendesah kesal. Ternyata si biang kerok William sangat berperan dalam membuat rasa benci di dalam diri Cilla tumbuh semakin besar.
"Jangan percaya sama kata-kata om William. Memang benar ayah pernah keracunan, tapi itu tidak disengaja. Buktinya ayah masih sehat 'kan?"
"Iya," jawab anak itu datar.
"Cilla gak boleh benci sama kakak Lisa. Membenci orang itu dosa. Apalagi kakak Lisa adalah sahabat tersayang mama Panda."
"Tuh kan, kak Lisa lebutin syemua yang sayang ama Cilla. Mama Panda juga sayang kakak Lisa."
Farhan mendadak ingin menggigit bantal. Ternyata edukasi yang ia berikan tidak mempan. Farhan pikir, Cilla akan senang mengetahui Lisa adalah sahabat mamahnya.
"Yah, janji ama Cilla. Jangan bobo cama kakak Lisa lagi. Jangan bolehin kakak Lisa main ke lumah," pinta gadis kecil itu dengan sorot mata memelas. Farhan hanya dapat mengangguk pasrah.
"Baiklah, maafkan ayah ya, sudah bikin kamu nangis."
"
***
Makasih buat kalian yang udah bantu naikin peringkat ya ... sampe 15, doain aja makin banyak dukungan, biar naik ke 10... masih mimpi, tapi doa yang baik apa salahnya🤣
sgt,,,menghibur...
ketampanan seperti apa Saketek yg mencolok 🤣🤣🤣🤣🤣
lopeeeeeee... 😘🥰😍💞
""buanglah mantan pada tempatnya """"
🤭🤭🤭🤭