NovelToon NovelToon
Di Nikahi Duda Anak 1

Di Nikahi Duda Anak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pengasuh
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Kirana Larasati, gadis yang baru saja lulus SMA, harus menghadapi kenyataan pahit. Adiknya menderita sakit kanker, namun masalah ekonomi membuat adiknya terpaksa dirawat di rumah sendiri. Kirana ingin bekerja dan membantu orang tuanya. Suatu hari, tetangganya bernama Lilis menawarkannya pekerjaan sebagai pengasuh anak.
Kirana bertemu dengan Bastian Rajendra, seorang duda yang memiliki satu anak perempuan bernama Freya Launa.
Awalnya, Kirana hanya berniat bekerja untuk mendapatkan uang demi pengobatan adiknya. Namun, kedekatan Kirana dengan Freya, serta tanggung jawabnya yang besar, membuat Bastian mengambil keputusan tak terduga. Bastian menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengan janji akan menanggung seluruh biaya pengobatan adiknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

"BABI MESUM"

"Bastian gila! Keluar nggak?! Saya bisa pakai sendiri!" Kirana mendorong dada Bastian sekuat tenaga.

Bastian tertawa puas melihat reaksi Kirana yang sudah hampir meledak. Ia akhirnya menyerah dan mundur beberapa langkah. "Oke, oke. Saya tunggu di luar. Lima menit ya, Sayang. Kalau lewat lima menit kamu belum keluar, jangan salahkan saya kalau saya masuk lagi dan memberikan 'pelayanan' lebih dari sekadar ganti baju."

Bastian mengedipkan sebelah mata sebelum akhirnya benar-benar keluar kamar, meninggalkan Kirana yang hanya bisa melempar guling ke arah pintu dengan sisa tenaga yang ia punya.

"DASAR BABI MESUM!!!"

Kirana buru-buru mengganti pakaiannya dengan gerakan secepat kilat, mengabaikan denyut nyeri di pergelangan kakinya. Ia tidak mau mengambil risiko Bastian benar-benar kembali dan melaksanakan ancaman 'pelayanan' mautnya itu. Setelah menyisir rambutnya asal dan memoleskan sedikit lipbalm agar tidak terlihat terlalu pucat, ia keluar kamar dengan langkah tertatih.

Bastian sudah menunggu di ruang tengah, bersandar pada pilar sambil memainkan kunci mobil di jarinya. Begitu melihat Kirana, ia menegakkan tubuhnya.

"Pas lima menit. Sayang sekali, padahal saya sudah siap memutar balik langkah," goda Bastian sambil mendekat.

"Jangan banyak bicara, Mas. Ayo cepat jalan, kasihan Freya kelamaan menunggu," potong Kirana cepat, berusaha mengalihkan perhatian dari wajahnya yang pasti masih merona.

Tanpa banyak kata, Bastian merangkul pinggang Kirana, membantu wanita itu berjalan menuju garasi. Ia membukakan pintu penumpang depan dengan sopan—sebuah perlakuan yang membuat Kirana merasa benar-benar seperti seorang istri, bukan lagi pegawai.

Selama perjalanan menuju rumah Mama Bastian, Kirana terus memandang keluar jendela, mencoba menetralkan degup jantungnya. Namun, tangan kiri Bastian yang bebas tiba-tiba meraih jemari Kirana dan menggenggamnya erat di atas persneling.

"Kenapa diam saja? Masih marah?" tanya Bastian lembut, suaranya kini jauh dari nada menggoda yang tadi.

"Cuma... masih tidak percaya saja semuanya berubah secepat ini," gumam Kirana jujur.

"Biasakan diri kamu, Kirana. Karena mulai hari ini, saya tidak akan membiarkan kamu jauh-jauh dari saya."

Mobil berhenti di depan sebuah kediaman mewah bergaya klasik. Di teras rumah, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat anggun—Mama Bastian—tengah berdiri sambil menggandeng seorang gadis kecil berpita merah.

"MAMAAAA ANAAA!" teriak Freya begitu melihat Kirana turun dari mobil.

Gadis kecil itu berlari kencang, menghambur ke pelukan Kirana yang baru saja menapakkan kaki. Kirana hampir limbung jika Bastian tidak sigap menahan punggungnya dari belakang.

"Aduh, anak pintar... pelan-pelan sayang," tawa Kirana sambil memeluk Freya erat, mencium kedua pipi gembulnya dengan rindu yang meluap.

"Mama Ana lama sekali! Freya rindu! Freya pikir Papa tidak mau jemput Freya lagi!" adu Freya dengan bibir mengerucut.

Mama Bastian berjalan mendekat sambil tersenyum lebar. "Lihat itu, bahkan belum sampai ke dalam rumah, anak ini sudah tidak mau lepas dari mamanya."

Kirana tersenyum canggung ke arah mertuanya. "Maaf, Ma, jadi merepotkan Mama semalam."

"Merepotkan apa? Mama justru senang kalau kalian punya waktu berdua," jawab sang Mama sambil melirik Bastian dengan penuh arti. "Bastian, jaga istrimu baik-baik. Dia masih sedikit trauma karena kejadian kemarin, dan kakinya juga belum sembuh benar."

Bastian mengangguk, lalu menarik Freya ke dalam gendongannya sambil tangan satunya merangkul bahu Kirana. "Pasti, Ma. Kirana sekarang tanggung jawab Bastian sepenuhnya."

"Ayo masuk dulu, Mama sudah buatkan camilan kesukaan Freya," ajak sang Mama.

"Lain kali saja ya, Ma? Bastian harus bawa Kirana istirahat. Kakinya butuh kompres lagi," tolak Bastian halus, namun penuh proteksi.

Kirana sempat protes kecil, "Lho, Mas, baru juga sampai..."

"Tidak ada bantahan, Pengasuhku Sayang," bisik Bastian tepat di telinga Kirana, membuat bulu kuduk wanita itu meremang. "Kita pulang sekarang. Ada banyak hal yang perlu kita bahas sebagai suami istri, tanpa gangguan."

Kirana hanya bisa menghela napas pasrah saat Bastian memapahnya kembali ke mobil, sementara Freya sudah melompat kegirangan di kursi belakang karena akhirnya bisa pulang bersama 'Mama' barunya. Di balik kemudi, Bastian melirik istrinya melalui spion tengah dengan senyum tipis.

"Pak Bastian, nggak usah liatin saya terus ya, nanti tergoda lho!" celetuk Kirana tiba-tiba sambil membuang muka ke arah jendela, mencoba menutupi kegugupannya yang memuncak.

Bastian yang baru saja hendak menyalakan mesin mobil, langsung menghentikan gerakannya. Ia melepaskan tangan dari kemudi, lalu sedikit memutar tubuhnya ke arah Kirana. Senyum tipis yang mematikan muncul di sudut bibirnya.

"Terlambat, Kirana. Saya sudah tergoda sejak kamu melempar bantal ke muka saya tadi pagi," jawab Bastian dengan nada rendah yang tenang namun provokatif.

"Mas!" Kirana memekik kecil, wajahnya kembali terasa seperti dipanggang. "Ada Freya di belakang!"

Mendengar namanya disebut, Freya yang sedang asyik memeluk boneka kelincinya langsung menjulurkan kepala ke sela-sela kursi depan. "Kenapa, Ma? Papa godain Mama ya? Papa memang nakal, kemarin Freya mau es krim saja Papa bilang tidak boleh!"

Bastian terkekeh, lalu mengusap puncak kepala putrinya. "Papa tidak nakal, Freya. Papa cuma sedang memastikan Mama kamu tidak kabur karena malu."

"Siapa juga yang malu!" sanggah Kirana cepat, meski tangannya sibuk merapikan dress-nya yang sebenarnya sudah rapi—sebuah gerakan refleks orang yang sedang salah tingkah.

Bastian kembali melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah Mamanya. "Kita mampir ke apotek sebentar," ucapnya setelah beberapa saat hening.

"Mau beli apa lagi? Kan obat yang tadi pagi masih ada," tanya Kirana bingung.

"Beli balsem dan minyak urut. Saya harus memastikan 'pengasuh' saya ini bisa jalan dengan normal lagi secepatnya. Tugas kamu mulai nanti malam akan sangat banyak, Kirana. Menyiapkan baju saya, menemani saya makan, hingga..." Bastian sengaja menggantung kalimatnya, melirik Kirana melalui sudut matanya.

"Hingga apa?" tantang Kirana berani.

"Hingga memastikan saya tidur dengan nyenyak. Dan percayalah, saya ini tipe pria yang sulit tidur kalau tidak dipeluk," ucap Bastian santai, seolah sedang membicarakan laporan cuaca.

Uhuk! Kirana tersedak ludahnya sendiri. Ia menoleh ke arah Freya yang untungnya sudah kembali sibuk dengan dunianya sendiri.

"Mas Bastian benar-benar sudah tidak punya urat malu ya?" bisik Kirana tajam. "Ingat ya, perjanjian kita itu hanya untuk melindungi saya dan Freya, bukan untuk membuat saya jadi guling hidup Mas!"

Bastian menghentikan mobil tepat di depan sebuah apotek besar. Ia mematikan mesin, lalu melepas sabuk pengamannya. Sebelum turun, ia mendekatkan wajahnya ke arah Kirana, membuat wanita itu refleks menahan napas.

"Perjanjian itu dibuat sebelum saya tahu kalau ternyata menggoda istri sendiri jauh lebih menyenangkan daripada memenangkan proyek triliunan, Sayang," bisik Bastian. Ia mengedipkan sebelah matanya, lalu turun dari mobil dengan langkah angkuh yang penuh percaya diri.

Kirana menyandarkan punggungnya ke jok mobil dengan lemas. Ia menatap punggung tegap Bastian yang masuk ke dalam apotek. "Ya Tuhan... baru beberapa jam jadi istrinya saja jantung gue sudah kayak habis lari maraton. Gimana kalau seumur hidup?"

"Mama?" panggil Freya dari belakang.

"I-iya, Sayang?"

"Mama mukanya merah sekali. Mama sakit ya?" tanya Freya polos.

Kirana memejamkan matanya rapat-rapat. "Enggak, Freya. Mama cuma... cuma lagi kena polusi udara dari Papa kamu."

1
Sri Wahyuni Abuzar
kenapa siih harus ada kata² umpatan B2
di bab sblm nya jg gitu aku masih diem..eeh ini ketemu lg..kesel sm majikan boleh² aja tp g mesti ngebatin dengan kata² kotor.
Nur Sabrina Rasmah
bener bener posesif banget ya , mas Bastian ke Kirana🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!